Happy Reading*****Seorang perempuan cantik, berumur di atas ketiga perempuan yang sejak tadi berdebat, terlihat menggandeng tangan Wibisana dengan mesra. Tak canggung sama sekali walau usianya terpaut jauh dari si lelaki bahkan mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak. Inara mulai tak tahan melihat pemandangan di depannya. Dia pun melangkah mendekati Wibisana dengan wajah marah penuh kecemburuan. "Siapa dia, Bi?" tanya Inara mengagetkan lelaki parlente di depannya.Kelopak mata terbuka sempurna dengan mulut sedikit menganga, Wibisana melirik perempuan paruh baya di sebelahnya yang tak lain adalah Hana. "Siapa, Sayang?" tanya Hana.Wibisana memutar bola mata malas. "Dia calon istriku," jawabnya."Kalau dia calon istrimu, lalu aku siapa?" Inara dan Hana berkata berbarengan.Diam sejenak, menetralkan detak jantungnya yang berlompatan. Wibisana tersenyum kecut. "Tenang, Sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya."Tangan merangkul pundak Hana, Wibisana menatap Inara marah. "Bisa tidak
Happy Reading *****"Lho, Om? Kok, bisa ada di sini?" tanya Zakaria heran. Pasalnya, lelaki itu mengatakan akan keluar kota selama seminggu, tetapi baru dua hari sudah terlihat lagi."Om terpaksa pulang lebih cepat. Niat semula akan menemui Hana, tapi ternyata tantemu itu sibuk dengan berondongnya.""Kenapa mencariku?" tanya Hana sinis."Baca chat-ku. Pabrik yang aku berikan padamu akan dijual oleh lelaki ini. Dia benar-benar bajingan tengik yang akan menghisap seluruh harta dan uangmu," ucap Ashwin.Wibisana tertawa. "Sayangnya, bukan aku yang menjual pabrik itu. Tapi, Hana sendirilah yang menginginkan.""Tapi, kamu tidak harus membodohinya, kan? Pembeli itu bukan orang lain melainkan dirimu sendiri yang menggunakan nama salah satu perempuan yang sedang menjadi targetmu selanjutnya. Kamu kira aku bodoh? Tidak semudah itu membohongi orang tua sepertiku, anak muda," kata Ashwin lantang. Hana menatap Wibisana tak percaya. "Tega kamu melakukan semua ini, Bi. Selama ini, aku benar-benar
Happy Reading*****Mengendarai motor skuter miliknya, gadis berumur 26 tahun dengan rambut lurus, tertutup jilbab tiba di depan gerbang rumah. Senyum terkembang ketika melihat mobil yang biasanya digunakan sang ayah bekerja sudah terparkir rapi di bagasi sebelum dirinya pulang. Ayumi Kusuma Dewi pemilik nama tersebut melangkah penuh kebahagiaan setelah memarkirkan motor. Jarang sekali melihat keberadaan sang ayah di jam seperti sekarang. Hati si gadis merasakan bahagia yang luar biasa apalagi mengingat percakapan dirinya dan sang kekasih sebelum pulang tadi. Namun, langkahnya terhenti ketika suara keras terdengar. Ayumi terdiam di ambang pintu masuk rumahnya. Salam yang tadi diucapkan teredam oleh perkataan keras sang ayah. "Bunda jangan gegabah dengan keputusan ini. Semua bisa kita bicarakan baik-baik. Sudah puluhan tahun kita hidup bersama. Apa kata anak-anak jika kita sampai bercerai," ucap seorang lelaki paruh baya memasuki usia 58 tahun. Tulang-tulang Ayumi rasanya patah menj
Happy Reading*****Mengambil headset dan memasangnya di telinga, Ayumi mencoba menghalau suara yang makin mengeras dari perdebatan orang tuanya. Suara azan magrib berkumandang menghentikan aksi si gadis. Selesai salat, gadis itu bangkit. Bayangan wajah Fathin, saudara perempuannya terlintas. Ayumi meraih ponsel dan mencoba menghubungi ibu satu anak tersebut. Di rumah, terasa sesak akibat pertengkaran orang tuanya yang tak kunjung reda. "Kenapa Mbak Fathin tidak mengangkat telponku? Biasanya dia selalu standby dengan HP-nya. Apa sebaiknya aku pergi ke rumahnya saja," gumam Ayumi. Ragu jika tiba-tiba datang berkunjung ke rumah saudara perempuannya. Ayumi kembali mendengar pertengkaran Ayah, bundanya. Menutup telinga dengan kedua tangannya supaya tak mendengar pertengkaran mereka lagi. "Pusing kepalaku kalau terus-terusan mendengar keributan mereka," ucap Ayumi. Segera mengambil tas dan keluar kamar. Ayumi bahkan tidak pamit pada kedua orang tuanya. Perasaannya sangat kacau hari in
Happy Reading*****Melajukan motornya meninggalkan kediaman Fathin, Ayumi mencoba menghubungi lelaki kedua yang sangat dia hormati setelah sang ayah. Namun, berkali-kali melakukan panggilan, tak ada satu yang dijawab oleh lelaki pemilik nama Muhammad Gaza. Sepanjang perjalanan menuju rumah saudara tertuanya, Ayumi memikirkan keadaan Fathin. Kehidupannya sangat berbanding terbalik dengan cerita yang didengar oleh Ayumi. Saudara perempuannya itu selalu menceritakan kebahagian dalam rumah tangganya. Namun, apa yang dilihat sangat jauh dari bayangan kebahagiaan. Fathin ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh suami dan mertuanya. Entah berapa banyak rahasia lagi yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarganya. Ayumi mengembuskan napas kasar. Sepanjang perjalanan, sang gadis memikirkan banyak hal. Dadanya begitu sesak dengan segala permasalahan keluarga yang tidak pernah diketahuinya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Ayumi sampai di pelataran rumah Gaza. Rumah tidak berpagar memuda
Happy Reading***** Mengendarai motor tanpa tahu arah dan tujuan, sepanjang jalan Ayumi menangis. Memiliki keluarga utuh tanpa sedikitpun masalah, membuat gadis berumur 26 tahun tersebut terlena dan hampir lupa caranya bersyukur. Kini, jangka waktu kurang dari sehari semalam, semua berubah. Kebahagian yang dirasakan lenyap bahkan banyak kejutan tak terduga menghampiri."Ya Allah jika semua ini adalah teguran darimu karena hamba yang semakin menjauh. Maka, detik ini juga, hamba memohon ampun. Yakinkan hamba bahwa semua ini cuma mimpi dan ketika terbangun nanti, semua tidak pernah ada," ucap Ayumi sepanjang perjalanan yang entah menuju mana. Pulang ke rumah adalah hal yang tidak dia inginkan saat ini. Ayumi mencoba menghindari kedua orang tuanya. Merogoh saku gamisnya, gadis itu mengeluarkan benda pipih pintar miliknya. Sekali lagi mencoba menghubungi lelaki yang mengiriminya chat. Dia harus tahu alasan sesungguhnya sang kekasih memutus hubungan secara sepihak. Namun, sampai dering k
Happy Reading*****"Kamu bertanya apa alasannya. Coba berpikir sendiri. Mengapa aku sampai memutuskan ini." "Kenapa dibalikkan ke aku? Jika ada yang salah denganku, ngomong saja. Bukankah kita sering sharing berbagai hal selama ini. Aku siap mendengar keluh kesah Mas Prima dan akan memperbaiki jika memang akulah yang bersalah." Gadis berjilbab dengan kulit sawo matang itu masih berusaha membela diri. Hubungan dengan lelaki di depannya ini sudah sangat jauh baginya. Ayumi bahkan sangat yakin jika Prima adalah lelaki yang akan menjadi pelabuhan terakhir pencarian cintanya. "Cewek aneh, ngapain datang malam-malam begini. Tidakkah kamu tahu etika bertamu. Kamu itu perempuan, tidak pantas berkunjung malam-malam begini apalagi ke rumah seorang cowok." Nada bicara Prima meninggi, tidak biasanya lelaki itu berkata demikian.Sejatinya, cowok itu tengah mengalihkan perhatian Ayumi supaya tidak mengungkit permasalahan dan keputusan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak. Ada ha yang tid
Happy Reading*****Meninggalkan sejuta luka dan tanya, Ayumi kembali melajukan motor skuter miliknya. Kali ini, tidak ada tempat yang dituju. Sang gadis menyusuri jalanan yang mulai sepi tanpa tahu arah. Mengikuti arah hati dan tangannya. Sesekali menambah kecepatan karena merasakan sesak kian mengimpit dada. Sesakit itu hati sang gadis. Air mata terus turun tanpa diperintah semakin membuat orang iba jika melihat keadaan Ayumi sekarang.Di tempat berbeda, Ramlan mendekati sang istri berniat menanyakan keberadaan si bungsu. Namun, lagi-lagi kalimat pedas dan kemarahan yang didapat. "Cari saja sendiri. Kalau bukan karena kesalahan Ayah, Yumi tidak akan pergi selarut ini." Sang istri melirik jam dan meninggalkan Ramlan sendirian di ruang tengah. Lelaki itu tengah sibuk dengan ponsel. Menghubungi siapa pun yang sekiranya mengetahui keberadaan si bungsu. Namun, semua nomor yang dihubungi tidak mengangkat panggilnya. "Ya Allah. Kemana anak itu pergi?"Mencoba menghubungi seseorang yang