แชร์

21 Hari Yang Menyebalkan

ผู้เขียน: Miss_Pupu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-01 14:38:26

Ketika langkah kaki Raya sampai di lobi, ia tak sengaja kembali bertemu Aditya Fadillah di sana.

"Lain kali jangan berlagak sombong. Saya pikir kamu tidak akam membutuhkan siapa pun di dunia ini," sindir Aditya ketika lewat di depan Raya.

"Maafkan saya, Pak. Saya memang lupa belum mengucapkan terima kasih pada Bapak," balas Raya mengaku salah.

"Terlambat!" Aditya mengibaskan sebelah tangannya kemudian pergi menuju kendaraan roda empat miliknya. Ia akan meeting dengan orang penting, di tempat lain.

Melihat tingkah Aditya, isi dada Raya menjadi panas. "Sebenarnya yang sombong itu siapa sih? Aku apa dia?" desis Raya menjadi kesal sendirian. Sial sekali nasibnya, mengapa harus bertemu dengan pria itu di kantor Hani. Lebih apesnya lagi Raya baru tahu kalau atasan Hani adalah Aditya Fadillah—pria jutek dalam pandangannya.

Raya melanjutkan langkah, ia berharap untuk tidak berurusan lagi dengan pria jutek tadi.

Di pinggir jalan, Raya berdiri sendirian karena tengah menunggu pesanan ojeg onlin
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Bukan Ibu Susu Palsu   22 Sakit Hati

    Meskipun sedang melakukan meeting penting dengan client, langsung Aditya tinggalkan begitu mendapatkan laporan dari perawat rumah sakit. Aditya sudah menunggu lama untuk bertemu dengan ibu susu anaknya, yakni Raya Maulida yang asli.Namun sepertinya kesabaran Aditya benar-benar tengah diuji, kendaraan roda empat yang dikemudikan malah terjebak macet parah di perjalanan menuju rumah sakit."Sial!" Beberapa kali Aditya mendengus kesal. Mana ia menyetir sendirian pula. Padahal kalau ada driver, bisa saja Aditya pergi dengan ojeg online agar lebih cepat sampai.Cukup lama sekali Aditya terjebak macet, hampir satu jam lebih. Aditya cemas, khawatir akan datang terlambat.Ting!Suara notifikasi pesan masuk pada handphone Aditya.Aditya segera membuka dan membaca pesan yang datangnya dari perawat rumah sakit.Perawat: [Pak Aditya masih dimana? Ini sudah hampir dua jam Ibu Raya menunggu.]Aditya segera membalas: [Saya akan tiba sekitar lima menit lagi. Tahan wanita itu.]Perawat: [Baik, Pak.]

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-01
  • Bukan Ibu Susu Palsu   23 Pergi

    Tubuh Raya serasa lelah. Batinnya kian terasa pilu. Mengapa ia harus bertemu dengan orang-orang yang lagi-lagi menyakiti hatinya.Ketika malam tiba, Raya merenung sendirian di taman belakang rumah Hani. Sampai kapan ia harus terus menumpang di rumah sahabatnya itu? Raya kemudian mendapatkan keputusan. Ia beranjak dari tempat duduknya, mengampiri Hani di ruang tengah. "Han, sepertinya besok aku akan pergi. Terima kasih ya sudah memberi tumpangan."Hani tersentak mendengar ucapan Raya barusan. "Kamu ngomong apa sih, Raya? Pergi kemana maksudnya?"Raya terlihat mengatur napas, kemudian ia duduk di dekat Hani. "Sepertinya aku akan bekerja menjadi ART. Kebetulan tadi siang aku bertemu dengan penyalur ART. Aku sudah mendaftarkan diri.""Ya ampun, Raya. Jangan dong. Aku akan usahakan mencari pekerjaan yang lebih layak lagi untuk kamu." Hani berusaha menahan niat Raya."Tidak usah, Han. Aku sudah terlalu sering merepotkan kamu." "Tidak ada yang direpotkan, Raya. Please... Jangan kemana-man

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
  • Bukan Ibu Susu Palsu   24 Maaf

    Hani berangkat ke kantor sendirian. Dia membawa paper bag yang berisi ASI titipan Raya. Begitu sampai di kantor Fadillah group, wanita berambut ikal itu langsung menuju ruangan Aditya Fadillah.Di depan ruangan sang Presdir, Hani mengangkat sebelah tangan, lalu mengetuk pintu di depannya.Tok tok tok!"Masuk!" Suara Aditya menyahut dari dalam, sebagai perintah dari sang pemilik ruangan.Hani segera memutar handle pintu. Ia masuk dan berdiri di hadapan Aditya. "Selamat pagi, Pak!" sapanya."Pagi!" balas Aditya seraya menengok ke belakang Hani. Tak ada satu pun wanita yang bersama Hani pagi ini. "Mana Raya?" tanyanya kemudian."Maaf, Pak. Raya tidak bersedia ikut dengan saya. Saya sudah membujuk, tapi Raya tetap tidak mau," jawab Hani sambil menundukkan kepala dengan sopan. Tentu ia sadar sedang berhadapan dengan siapa. Walau pun hati sangat kecewa pada Aditya, Hani tetap hormat.Aditya pun terkejut mendengar keterangan Hani barusan. "Kenapa Raya tidak mau menghadap saya? Padahal saya h

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
  • Bukan Ibu Susu Palsu   25 Pertemuan

    Terlihat jelas kalau Raya masih memendam rasa kecewa. Dia masih terpaku dalam diam, merapatkan kedua bibirnya tanpa sepatah kata."Raya, Pak Aditya khilaf. Seandainya beliau tahu dari awal jikalau kamu adalah ibu susu anaknya, tentu Pak Aditya tak akan menyakiti perasaan kamu." Hani langsung menimpali."Iya, Raya. Saya bersungguh-sungguh ingin meminta maaf. Sebenarnya sudah lama saya mencari keberadaan kamu kemana-mana." Aditya menambahkan."Bukankah saya hanya beberapa kali saja memberikan ASI pada Fatih? Selama di kampung, ASI saya selalu dibawa mama untuk di donorkan pada orang lain. Rasanya, saya tidak pantas disebut ibu susu untuk anak Pak Aditya," balas Raya akhirnya."Tidak, Raya. Sejak saya tahu kalau status Winda adalah seorang gadis yang belum pernah menyusui, saya pun membongkar semua kebohongan Ibu Wati dan Winda selama ini." Aditya langsung menerangkan. "Jadi, Pak Aditya tahu tentang mertua dan ipar saya?" Raya terkejut.Aditya pun langsung mengangguk. "Jelas saya tahu.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-03
  • Bukan Ibu Susu Palsu   26 Menjadi Ibu Susu

    Pelukan itu dilonggarkan. Anita menatap wajah Raya dengan tatapan haru. Sepasang maniknya bahkan terlihat berkaca-kaca."Maaf, Tante. Saya sudah pernah datang ke rumah sakit, tapi tak ada Tante di sana. Kata Suster, Fatih sudah pulang." Raya menjawab dengan pelan."Iya, Tante memang selalu lupa tak bertukar nomor telepon denganmu," sesal Anita. Lalu wanita paruh baya itu menoleh ke sebelah Raya. "Siapa ini, Raya?" tanyanya pada Raya."Perkenalkan, ini Hani, Tante. Hani adalah sahabat saya," jawab Raya.Hani pun langsung mencium punggung tangan Anita dengan sopan. "Hani, Tante," sapanya.Anita menyambut dua wanita muda di depannya dengan ramah. Raya dan Hani duduk di sofa berwarna mewah di ruang tengah kediaman Aditya.Di atas meja persegi di depan Raya, tersaji aneka makanan dan minuman sebagai jamuan. Tapi belum sempat Raya mencicipi, suara tangisan bayi seketika terdengar dari salah satu kamar yang ada di rumah Aditya.Oaa oaa!Itu pasti suara Fatih. Spontan Raya langsung beranjak.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
  • Bukan Ibu Susu Palsu   27 Difitnah

    Hari ini setelah Fatih tertidur pulas, Raya meminta izin kepada Anita untuk pergi ke minimarket guna membeli keperluannya. Padahal Anita bisa saja meminta tolong pembantu, tapi Raya menolak karena dia tidak mau merepotkan orang lain.Anita tidak membiarkan Raya pergi sendirian. Karena khawatir, dia menyuruh supir untuk mengantarkan Raya."Tante, apakah boleh jika saya menengok makam anak saya sebentar saja?" Sebelum Raya masuk ke dalam mobil, terlebih dahulu ia meminta izin kepada Anita."Boleh, Raya. Pergilah, kamu pasti merindukan anakmu." Anita yang baik hati selalu berbicara lembut kepada Raya. Diantar supir atas diperintah Anita, terlebih dahulu Raya pergi ke makam almarhum anaknya. Ketika telah sampai di sana, Raya menekuk lututnya, mengusap nisan bayinya yang telah tiada. Nampak terbendung bulir bening dari sudut matanya. Raya selalu saja ingin menangis setiap kali berada di makam almarhum anaknya. Dia tak tahu seperti apa wajah anaknya.Usai mendoakan anaknya, Raya beranjak d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04
  • Bukan Ibu Susu Palsu   28 Pertamuan Yang Tak Diinginkan

    Dengan kasar, Wati nampak menarik sebelah tangan Raya. Wati dan Winda menyeret Raya ke samping gerbang yang menjulang tinggi."Jangan kasar, Ma!" Raya menghempaskan genggaman Wati yang cukup kencang."Kenapa pergi dari rumah Mama, Raya?" Wati langsung bertanya. Dia sudah geram melihat sang menantu yang sudah satu minggu menghilang. "Kurang baik apa Mama selama ini? Kamu pergi begitu saja, tak ada kata terima kasih pada Mama yang selama ini menampungmu," cerocosnya kemudian."Ya, aku memang lupa belum sempat mengucapkan terima kasih. Aku ucapkan terima kasih karena Mama sudah menampungku, meski pun hanya sebagai benalu," balas Raya sedikit menyindir sambil mengatur napas kesalnya."Mulai berani kamu ya sama Mama!" Telunjuk Winda langsung mendorong pundak Raya secara tidak sopan.Tubuh Raya sampai mundur satu langkah. "Kasar sekali kamu, Win!" Raya menjadi geram."Itu belum apa-apa bila dibandingkan dengan kelakuan kamu, Raya. Kamu itu menantu tidak tahu terima kasih. Sombong dan songon

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
  • Bukan Ibu Susu Palsu   29 Tidak Yakin

    "Heh siapa ini?" Tentu saja Wati terkejut. Jelas sekali itu suara wanita, bukan suara Raihan. "Tante, siapa yang telepon?"Samar-samar Wati mendengar suara Raihan menyahut di dalam telepon. Tapi kenapa malah memanggil Tante? "Raihan!" Wati mengeraskan volume suaranya ke dekat benda pipih yang dia tempelkan pada telinga.Tak ada sahutan lagi.Tuttt!Sambungan telepon berakhir. Raihan mengakhiri panggilan telepon dari mamanya."Kenapa, Ma?" Winda tercengang mendengar mamanya berteriak.Raut wajah Wati nampak tegang. Ia merasa ada yang tak beres dengan anak laki-lakinya.Hingga akhirnya Wati memutuskan pergi ke Jakarta tanpa memberi tahu Raihan.Hari ini, pagi-pagi sekali Wati pamit pada Winda dengan alasan pergi ke pasar. Padahal, wanita paruh baya itu akan menemui Raihan secara mendadak.Perjalanan Wati memang tidak sebentar, ia kini telah berada di dalam gerbong KRL menuju stasiun Duri.Setelah sampai di stasiun, kakinya yang sudah tak sekuat anak muda itu, melangkah menuju bajaj ya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05

บทล่าสุด

  • Bukan Ibu Susu Palsu   57 Mengadu Domba

    Aditya masih kebingungan di tepi jalan. Ia masih termenung di dalam mobilnya sendirian. Tak ada jalan keluar dari Hani. Jemari tangannya terlihat sibuk menekan kontak bernama Raya pada layar ponselnya. Aditya berusaha menghubungi Raya melalui sambungan telepon.Namun detik itu pula Aditya harus kecewa manakala nomor yang dia tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area.Aditya berdecak kesal. Ia melempar ponselnya ke kursi sebelah. Terlihat sangat menyesal. "Aku tidak menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Aku egois. Aku tidak memikirkan hal yang lebih penting daripada mengusir Raya dari rumah," desis Aditya berbicara sendirian penuh rasa sesal.Namun tak lama ponselnya kembali berdering. Panggilan masuk datang dari Selin.Sebenarnya Aditya sangat malas menjawab sambungan telepon dari Selin. Tapi biar bagaimanapun Selin adalah adik iparnya. Akhirnya Aditya tetap menjawab telepon yang masuk dari Selin."Hallo, Mas Aditya. Kamu di mana? Aku datang ingin bertemu Fatih, ta

  • Bukan Ibu Susu Palsu   56 Mencarinya

    Pagi yang menegangkan itu membuat Aditya menunda pekerjaannya untuk pergi ke kantor. Aditya segera membawa Fatih ke Dokter. Perasaannya cemas memikirkan anak semata wayangnya yang tengah mengalami demam yang cukup tinggi pada suhu badannya. "Bisakah lebih cepat, Adit?" Anita yang duduk di kursi belakang di mobil Aditya terlihat resah sambil mengusap-ngusap punggung Fatih yang kini berada pada pangkuannya.Padahal Adit sudah melajukan kendaraan yang dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Anita hanya risau. Iya benar-benar khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada cucunya."Iya, Mah," jawab Aditya dengan singkat sambil fokus ke jalan Raya. Hanya Aditya dan Anita yang membawa Fatih ke rumah sakit. Mereka tidak mengajak Susi, karena pembantu rumah tangga itu masih banyak tugas dan pekerjaan di rumah."Bubu..." rengek Fatih. Dalam tangisannya, anak tampan itu terus saja memanggil nama bubu sebagai sebutan sayangnya kepada Raya. Padahal baru satu hari satu malam Raya meninggalkan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   55 Dalam Hati Menjadi Rindu

    "Biaya perawatan atas nama Nyonya Wati dan Tuan Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Keterangan dari pihak kasir membuat Raya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Wati berbohong kepadanya, padahal Raya ingin berbaik hati dan berdamai dengan mantan mertuanya. Sebelum Raya berlalu dari rumah sakit, ia kembali ke ruangan Wati. Raya melihat Wati masih menangis di kamarnya, entah tangisan apa yang tengah dikeluarkan oleh Wati. "Kenapa Mama berbohong?" Raya bertanya ketika sudah kembali menghadap Wati.Melihat Raya sudah kembali, Wati pun mendongak terkejut mendengar pertanyaan dari mantan menantunya. "Mama tidak bermaksud membohongi kamu. Jika Mama jujur, kamu tak akan percaya," elak Wati. "Aku sudah menemui pihak kasir. Semua biaya rumah sakit Mama dan Mas Raihan sudah ditanggung BPJS kesehatan." Raut wajah Raya terlihat kecewa. "Maafkan mama, Raya. Mama terpaksa berbohong, agar kamu mau meminjamkan uangmu pada Mama," elak Wati lagi."Sudah, Ma. Tidak apa-apa. Tolong jangan ulan

  • Bukan Ibu Susu Palsu   54 Luka Tak Berdarah

    Anita segera mengejar langkah Raya yang sudah sampai di pintu utama.Langkah beratnya segera Raya hentikan begitu namanya dipanggil. Dadanya semakin terasa melemah. Raya ingin menoleh, tapi begitu berat."Raya, tetaplah tinggal di sini walau bukan lagi menjadi ibu susu Fatih." Anita meminta. Sebelah tangannya tampak meraih tangan Raya. Hingga membuat Raya harus kembali meneteskan air matanya. Raya menoleh pada Anita, menatap wanita paruh baya itu penuh dengan kasih sayang. "Tidak, Tante. Saya harus tetap pergi. Titip Fatih ya, Tante." Raya memeluk Anita. Terasa berat meninggalkan Fatih, tapi fitnah dari Aditya bagai senapan yang menusuk jantungnya. "Tante mohon, jangan pergi," pinta Anita lagi lirih.Namun Raya tetap memilih untuk pergi dari kediaman Aditya. Dia merasa sudah tak dibutuhkan lagi tanpa ASI. Langkah berat Raya kini telah jauh meninggalkan kediaman Fatih.Di bawah teriknya sinar matahari yang membakar kulit, Raya kini tengah duduk di kursi besi berwarna hitam yang ada

  • Bukan Ibu Susu Palsu   53 Fitnah Yang Menyakitkan

    Satu hari setelah kejadian malam itu, semua orang berkumpul di ruang tengah kediaman Aditya. Di sana ada Anita, Aditya dan juga Raya. Berita mengejutkan itu telah sampai ke telinga Raya yang saat ini sudah sadar dari mabuknya."Tidak, Tante. Saya tidak pernah mengkonsumsi barang haram. Apalagi sebuah pil ekstasi. Melihat jenisnya saja saya tidak pernah. Sungguh saya bersumpah, saya tidak bohong." Raya menautkan kedua telapak tangannya di depan Anita dan Aditya. Dia berusaha membela diri, menepis hasil laboratorium di tangan Aditya. "Tapi kenyataannya kamu telah berbohong, Raya. Kenapa kamu melakukan ini? Apa karena gara-gara Saya marah kemarin kamu berbuat nekat?" Aditya menimpali.Raya pun mengalihkan pandangannya pada Aditya. Dia segera menggelengkan kepala. "Saya tidak pernah berbuat nekat. Saya memang kecewa, kenapa Pak Aditya sempat marah pada saya. Tapi kepala saya masih waras dan tak berpikir ke jalan pintas," bantahnya lagi. Dihadapan Raya, Anita sampai tak mampu untuk berk

  • Bukan Ibu Susu Palsu   52 Tak Percaya

    Sampai malam hari, Raya masih tertidur pulas akibat efek dari obat yang tercampur dalam minuman dingin berwarna merah di cafe tadi siang.Obat terlarang yang dimasukkan Selin ke dalam minuman Raya, langsung bereaksi hingga membuat Raya kehilangan akal."Saya harap, Ibu Raya tidak boleh memberikan ASI kepada bayinya. Pengaruh dari obat terlarang yang dikonsumsi dapat membahayakan bayi dan dapat menular melalui ASI." Penjelasan Dokter pribadi yang sengaja dipanggil oleh Anita sangat mengejutkan.Anita dan Aditya nampak terkejut. Keduanya merasa tak percaya jika memang selama ini Raya telah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. "Dokter, apa ini serius? Rasanya Raya tidak mungkin mengkonsumsi obat-obatan terlarang." Anita berusaha membantah keadaan."Saya sudah memeriksanya. Semua tanda-tanda yang dialami oleh ibu Raya, adalah bagian dari pengaruh obat-obatan terlarang yang sudah dikonsumsi."Lagi-lagi Anita dibuat tercengang. Nafasnya terasa tersengal di tenggorokan. Ia duduk lesu di so

  • Bukan Ibu Susu Palsu   51 Sempoyongan

    Aditya terlihat kacau. Sang Presdir tak mampu mengendalikan emosinya. Ia juga lupa bahwa wanita yang telah dimarahi adalah ibu susu anaknya. Aditya terduduk sambil memasang wajah sinis dan berpangku tangan. Dia juga memalingkan tatapan ke arah yang lain, enggan untuk membalas tatapan Raya padanya. "Maafkan saya, Pak. Saya memang bersalah." Raya menundukan kepalanya. Dia melihat emosi Aditya persis seperti saat pertama bertemu dahulu.Ucapan maaf Raya tidak mendapat respon. Setelah meletakkan ponsel pintar milik Aditya di atas meja, Raya segera keluar dari ruangan Aditya. "Saya pamit," ucapnya sebelum berlalu. Akan tetapi Aditya masih tertuju dalam pandangan yang sama, seolah tak peduli dengan Raya.Raya sudah keluar dari ruangan Aditya, langkah pelannya sesekali berhenti. Raya menoleh ke arah belakang, tak ada Aditya di sana. Nampaknya sang presdir tak lagi perduli dengan perasaannya hingga tak mau mengejar langkah Raya."Dari mana kamu?" Raya tersentak, tiba-tiba saja Seline sudah

  • Bukan Ibu Susu Palsu   50 Membuatnya Kecewa

    Raya melihat tubuh Wati digotong oleh beberapa orang ke pinggir jalan. Wanita berbulu mata lentik itu segera keluar dari kendaraan dan langsung mendekat pada Wati. Ia melangkah melewati beberapa orang yang berkerumun. "Permisi!"Dada Raya bergetar cemas. Debaran jantung terasa berdegup lebih kencang dari biasanya. Tepat di depan mata Raya, Wati tergeletak dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya mantan mertua, Raya juga melihat Raihan—mantan suami yang turut menjadi korban kecelakaan tunggal pada hari itu. "Saya mengenal mereka, saya akan segera membawa mereka ke rumah sakit." Raya menjadi panik. Ia pun langsung berbicara pada beberapa orang yang berdiri mengelilingi Wati dan Raihan. Melalui sambungan telepon Raya segera menghubungi ambulans untuk membawa Wati dan Raihan ke rumah sakit. "Ma, bertahan ya." Air mata Raya menetes manakala naik mobil ambulans menamani Wati yang tak sadarkan diri. Karena panik dan tergesa-gesa, Raya sampai lupa menitipkan ponsel Aditya

  • Bukan Ibu Susu Palsu   49 Keputusan Akhir

    Namun meskipun Raya terus menolak bantuan dari Aditya, tetap saja dengan sembunyi-sembunyi Aditya meminta bantuan pengacaranya untuk mengurus perceraian Raya.Hari berganti. Jadwal mediasi kedua telah tiba. Berat rasanya Raya meninggalkan Fatih, mengingat tempo lalu Fatih menangis karena terlalu lama Raya tinggalkan.Tapi mau bagaimana lagi, Raya harus tetap memenuhi jadwal mediasi kedua, agar gugatannya segera diterima. Hingga ketika matahari mulai naik ke atas, Raya masih berada di kamar Fatih, menatap bayi tampan itu cukup lama. "Kenapa masih belum berangkat? Bukankah hari ini ada jadwal mediasi?"Tiba-tiba saja Aditya datang menghampiri Raya di kamar Fatih, duda tampan itu bertanya dengan penuh perhatian kepada Raya."Saya bingung, Pak. Berat rasanya jika harus meninggalkan Fatih dalam beberapa jam. Saya sangat khawatir kalau Fatih akan menangis, seperti tempo lalu," jawab Raya terlihat lesu. Aditya yang sudah tahu kalau anaknya memang tidak mau minum ASI melalui dot bayi, hany

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status