Share

4. Drunk

Penulis: Liachuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya.

"Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.

Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn."

"Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.

Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya."

"Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah meraih gelas di depannya.

Vee menatap Valeryn, menaikan satu alisnya di sana.

Tak mendengar jawaban dari Vee, Valeryn dengan cepat kembali menoleh pada Vee. Meluhat raut wajah yang Vee tunjukan membuatnya menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak, tidak. Maksudku tetap di sini bersamaku. Maksudnya, aku tidak mau sendiri di sini."

Vee tak merubah raut wajahnya sekalipun.

"Bagaimana, ya. Kau tidak mengerti maksudku? Begini, kau tahu 'kan aku tidak mengenal siapa pun di sini? Dan yang mengajaku kemari itu kau, jadi ya begitu," jelas Valeryn yang kini juga kebingungan bagaimana harus menjelaskan yang benar pada Vee. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman.

Pada akhirnya, sebuah tawa terdengar dari Vee. Tawa yang terdengar begitu renyah. "Aku tahu, mengerti. Lucu sekali melihatmu panik seperti itu."

Valeryn memicingkan matanya. Kepalanya menggeleng. "Kau membuatku berpikir kalau aku mengatakan hal yang salah, Vee."

Vee menghentikan tawanya. "Habisnya kau terlihat gugup sekali. Nikmati saja waktumu di sini, jangan perdulikan orang lain atau memikirkan bagaimana orang lain akan memandangmu. Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan selama itu nyaman untukmu."

Valeryn terdiam, menatap Vee dengan kata-kata dari itu yang sedang dia cerna dengan baik. Selain wajah yang tampan, Vee juga ternyata memiliki pemikiran yang memukau.

"Mau temani aku menari, Vee?" tanya Valeryn dengan mata yang menunjuk pada kerumunan orang yang tengah menari di atas pasir pantai.

Sebuah senyuman yang terlihat bangga kini Vee tunjukan. Jelas senang kerika Valeryn mengajaknya seperti itu, terlebih dia melakukannya setelah apa yang dia katakan sebelumnya. "Sure, ayo menari bersamaku."

Keduanya bangkit dari duduknya, melangkah perlahan bersamaan untuk bergabung dengan orang-orang yang tengah menari di sana.

Jujur saja, Valeryn memang kembali gugup. Sempat merutuki dalam hati mengapa dia berucap demikian. Pun begitu, kembali memikirkan apa yang Vee katakan padanya tadi, tiba-tiba saja membuat keberaniannya muncul.

Melihat ke arah Vee yang sudah menari di depannya dengan santai membuat Valeryn perlahan bergerak. Tubuhnya meliuk ke sana kemari dengan perlahan, mengikuti irama musik yang terdengar. Sesekali tersenyum saat sorot matanya bertemu dengan mata Vee.

"Feel the music and enjoy it!" ucap Vee setengah berbisik pada telinga Valeryn saat dirinya masih melihat ada sisa kegugupan yang Valeryn tunjukan.

Valeryn tersenyum dan mengangguk. Kembali menari hingga rasa gugupnya menghilang begitu saja.

Penerangan yang minim membuat Valeryn sedikitnya menambah kepercayaan diri. Toh, orang lain juga mungkin tengah memfokuskan diri pada dentuman musik yang terdengar. Kecuali Vee yang membagi fokusnya pada musik dan sosok wanita yang ada di hadapannya.

"Vee?"

Mendengar panggilan itu beberapa menit setelah mereka menari, membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Mendapati seorang pria yang kini berdiri di samping Vee.

"Oh, Jimmy?" Dengan cepat Vee langsung menghamburkan pelukan pada pria itu. Sebuah tepukan dilayangkan juga pada punggung satu sama lain.

"Kekasihmu?" tanya Jimmy pada Vee saat mendapati Valeryn yang kini ikut menghentikan tariannya.

Vee menggeleng. "Temanku, Jim."

"Oh, helo. Aku Jimmy, teman dekat Vee," ucap Jimmy dengan uluran tangan pada Valeryn.

Valeryn menyambut uluran tangan itu dengan senyuman. "Valeryn."

"Kau terlihat cantik sekali," puji Jimmy sengan senyuman yang dia tunjukan untuk Valeryn.

Valeryn tersenyum lebar. Jelas merasa senang dengan pujian seperti itu. Dia tak munafik, dia juga senang dengan pujian, membuat kepercayaan dirinya bertambah. "Terima kasih."

"Tidak membawa minuman, Vee?" tanya Jimmy saat melihat tangan keduanya kosong.

Vee menggeleng.

"Oh god!" Jimmy mendecak dengan gelengan di kepalanya. Sebelum akhirnya dia memanggil seseorang di sana, salah satu pelayan.

"Bawakan dua Long island iced tea untuk mereka berdua."

Satu kalimat itu akhirnya membuat pria yang sebelumnya menghampiri akhirnya kembali berlalu.

"Jim, kau tahu aku tidak terlalu suka alkohol," ucap Vee pada Jimmy.

Jimmy terekekeh. "Nikmati saja, aku sudah memberikan yang terbaik."

Vee mendecak dengan gelengan di kepalanya.

"Ah, aku harus meninggalkan kalian lagi. Anyways Happy birthday, Vee," ucap Jimmy dengan tepukan di bahu Vee sebelum akhirnya kembali pergi meninggalkan keduanya.

Valeryn yang sejak tadi memperhatikan keduanya mengerutkan kening menatap Vee. "Its your birthday?"

Vee terlihat mennggaruk pelipisnya, dengan cengiran kakunya. "Ya, begitulah."

"Astaga, kenapa tidak mengatakannya. Jangan bilang ini acara untuk ulang tahunmu? Aku pasti sangat mengganggu sekali." Valeryn menunjukan keterkejutannya. Di sisi lain juga merasa bersalah karena menahan Vee bersamanya.

"Tidak. Tidak masalah. Sama sekali tidak mengganggu. Aku juga tidak ingin acara yang seperti biasanya, aku bahkan mengatakan pada yang lain untuk tidak membahas ulang tahun, hanya saja Jimmy memang sulit diatur."

"Tapi tetap saja, bagaimana bis—"

"Minumannya," potong Vee saat pria yang tengah membawa dua gelas minuman pada mereka.

Vee meraih dua minuman itu dan memberikannya pada Valeryn setelah mengucapkan terima kasih pada pria yang kini sudah kembali pergi dari sana.

Valeryn masih menatap Vee di depannya. "Baiklah, tapi rasanya aku perlu mengatakannya. Happy birthday, Vee."

Vee tersenyum lebar dengan gelengan di kepalanya.

"Untuk ulang tahunmu, Vee." Valeryn menyodorkan gelasnya untuk bersulang.

Vee yang tertawa akhirnya melakukan hal yang sama. Membuat dentingan kedua gelas itu terdengar sebelumn akhirnya menyesap isi gelas tersebut.

Keduanya kembali menari, kali ini dengan gelas di tangannya masing-masing.

Musik, alkohol, Vee, semua hal ini membuat Valeryn terus menunjukan kesenangannya. Tidak bohong, Valeryn tengah berusaha melampiaskan kesedihannya dengan kesenangan yang seperti ini. Khususnya alkohol yang dia minum. Satu gelas ditangannya sudah habis, rasa pening yang mulai dirasakan di kepalanya tak dia perdulikan sama sekali.

Justru, isi gelas di tangan Vee pun dia ambil alih untuk dihabiskan. Katanya, 'dari pada dibuang, mending kuhabiskan saja.'

Vee yang melihat hanya menggelengkan kepalanya. Sama sekali tak keberatan dengan hal itu karena dia juga tidak berniat menghabiskannya. Sudah dikatakan sebelumnya jika dia tak begitu menyukai alkohol.

"Vee?" panggil Valeryn yang mendekatkan dirinya pada Vee untuk berbicara. Karena suara di sana semakin bising.

"Ya?" respon Vee cepat. Menatap Valeryn dengan satu alis yang terangkat.

"Mau hadiah yang bagus tidak?" tanya Valeryn dengan cengiran lebarnya.

Vee terkekeh melihat itu, dia tahu jelas jika Valeryn sudah mulai mabuk. Wajahnya sudah memerah. Sepertinya toleransi alkohol Valeryn rendah, atau bahkan kadar alkoholnya yang terlalu tinggi.

"Aku tidak butuh hadiah, Valeryn," jawab Vee masih dengan kekehannya.

Valeryn mengerucutkan bibirnya, cemberut dengan tubuh yang berhenti menari. "Hadiahnya jelek, ya. Pria itu maunya yang bagus saja, ya? Semua pria sama saja. Jahat semua!"

Vee tertawa setengah panik. Pasalnya Valeryn berucap dengan sedikit keras. "Baiklah, hadiah apa, Valeryn?"

"Aku. Hadiahnya aku," jawab Valeryn bersemangat. Tangannya sudah menunjuk dirinya sendiri.

"You already drunk, Valeryn. Melantur sekali." Vee tersenyum tipis dengan usakan di kepala Valeryn.

Valeryn menggelengkan kepalanya. "Tidak mabuk sepenuhnya, Vee. Aku masih sadar, kok, dengan apa yang kukatakan."

Vee mengerutkan hidungnya. "Kau mabuk. Ayo duduk dulu dan hilangkan mabukmu."

Valeryn menahan dirinya saat Vee menarik lengannya. Menatap Vee lekat. "Consent, aku memberikannya. So, would you?" Tubuh Valeryn semakin mendekat pada Vee, membuat keduanya saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

"Ayo, tidur bersama, Vee."

Bab terkait

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

  • Bukan Cinta Satu Malam   10. Do It

    Untuk menjawab pertanyaan Valeryn, Vee pun menganggukan kepalanya di sana. Mengiyakan pertanyaan tersebut tanpa membantah sedikitpun. Karena memang begitulah faktanya. Hanya sampai liburan Valeryn usai, maka hubungan mereka pun akan usai. Vee melakukannya bukan semata karena memanfaatkan Valeryn. Justru dia membuat jalan lain agar Valeryn tetap bersamanya setelah apa yang dia lakukan pada wanita itu. Setidaknya, sembari dia memikirkan bagaimana rencana selanjutnya dan menyelesaikan masalah yang mereka lewati.Bukan lagi cinta satu malam yang akan mereka lakukan, jika Valeryn menyetujui apa yang Vee tawarkan padanya. Mungkin akan menjadi cinta satu minggu mereka, mengingat Valeryn berada di sana untuk satu minggu ke depan. Dan sekarang, adalah hari kedua. Maka yang tersisa tinggalah lima hari ke depan."Bagaimana? Apa kau menyetujuinya? Semuanya juga sudah terlalu jauh, Valeryn. Kau sudah memberikan pertamamu untukku," bisik Vee sekali lagi. Bisikkannya begitu seduktif.

  • Bukan Cinta Satu Malam   11. Penawar luka

    Berada dalam mobil yang dimiliki oleh pria tampan di sampingnya, Valeryn tidak pernah menduga jika dia akan membuat keputusan yang seperti ini. Tak pernah sekalipun dia menduga akan menjalani kehidupan yang begitu membuatnya melangkah jauh dari dirinya yang sebelumnya. Nyatanya, dia malah tenggelam dalam sebuah dosa yang dulu begitu dia hindari. Menenggelamkan diri dengan sukarela demi mendapatkan sebuah kesenangan yang bisa melupakan sejenak bayang-bayang pria yang berhasil membuat luka yang terus menganga di dalam hatinya. Dia juga tak bisa munafik jika dia bisa meraih kepuasan atas apa yang dia lakukan. Dia mendapatkan hal yang begitu sulit untuk ditolak, terlebih dari pria yang memiliki pahatan wajah yang nyaris sempurna. Pria yang berhasil memberikan penawar untuk luka yang dia dapatkan, meski Valeryn sendiri tak pernah tahu akankah penawar itu justru akan menjadi racun jika waktu terus berlalu seperti ini. Valeryn menghela nafasnya

  • Bukan Cinta Satu Malam   1. Patah hati

    Satu, dua, tiga, hingga beberapa langkah selanjutnya terus menerus gadis itu hitung. Senyuman yang merekah terus terlihat di bibir cherry-nya. Kaki jenjang yang terekspos karena memakai dress yang berbatas beberapa centi di atas lututnya itu terus melangkah dengan bersemangat. Hanya tinggal beberapa langkah lagi untuknya memasuki rumah yang sudah selama ini dia tempati. Nyatanya, kembali ke rumah setelah beraktivitas seharian adalah hal yang sangat menyenangkan. Bahagia sekali.Sebenarnya tidak hanya itu. Valeryn senang bukan hanya karena bisa pulang ke rumah sebelum gelap tiba. Tapi, karena dia akan bertemu dengan pria yang sudah beberapa minggu ini tidak ditemuinya. Nathan, sang kekasih. Akan ada hal lain yang juga akan dia katakan padanya selain kata rindu."Baby, kau sudah pulang?"Valeryn tersenyum. Baru saja dia membuka pintu dan berjalan masuk. Kekasihnya sudah bertanya dengan tubuh yang dia bangkitkan dari dudukn

Bab terbaru

  • Bukan Cinta Satu Malam   11. Penawar luka

    Berada dalam mobil yang dimiliki oleh pria tampan di sampingnya, Valeryn tidak pernah menduga jika dia akan membuat keputusan yang seperti ini. Tak pernah sekalipun dia menduga akan menjalani kehidupan yang begitu membuatnya melangkah jauh dari dirinya yang sebelumnya. Nyatanya, dia malah tenggelam dalam sebuah dosa yang dulu begitu dia hindari. Menenggelamkan diri dengan sukarela demi mendapatkan sebuah kesenangan yang bisa melupakan sejenak bayang-bayang pria yang berhasil membuat luka yang terus menganga di dalam hatinya. Dia juga tak bisa munafik jika dia bisa meraih kepuasan atas apa yang dia lakukan. Dia mendapatkan hal yang begitu sulit untuk ditolak, terlebih dari pria yang memiliki pahatan wajah yang nyaris sempurna. Pria yang berhasil memberikan penawar untuk luka yang dia dapatkan, meski Valeryn sendiri tak pernah tahu akankah penawar itu justru akan menjadi racun jika waktu terus berlalu seperti ini. Valeryn menghela nafasnya

  • Bukan Cinta Satu Malam   10. Do It

    Untuk menjawab pertanyaan Valeryn, Vee pun menganggukan kepalanya di sana. Mengiyakan pertanyaan tersebut tanpa membantah sedikitpun. Karena memang begitulah faktanya. Hanya sampai liburan Valeryn usai, maka hubungan mereka pun akan usai. Vee melakukannya bukan semata karena memanfaatkan Valeryn. Justru dia membuat jalan lain agar Valeryn tetap bersamanya setelah apa yang dia lakukan pada wanita itu. Setidaknya, sembari dia memikirkan bagaimana rencana selanjutnya dan menyelesaikan masalah yang mereka lewati.Bukan lagi cinta satu malam yang akan mereka lakukan, jika Valeryn menyetujui apa yang Vee tawarkan padanya. Mungkin akan menjadi cinta satu minggu mereka, mengingat Valeryn berada di sana untuk satu minggu ke depan. Dan sekarang, adalah hari kedua. Maka yang tersisa tinggalah lima hari ke depan."Bagaimana? Apa kau menyetujuinya? Semuanya juga sudah terlalu jauh, Valeryn. Kau sudah memberikan pertamamu untukku," bisik Vee sekali lagi. Bisikkannya begitu seduktif.

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   4. Drunk

    Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya."Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn.""Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya.""Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah mera

  • Bukan Cinta Satu Malam   3. Party

    Desain pakaian yang di sediakan di tempat Vee ini memang luar biasa. Mampu membuat Valeryn kalap sendiri, hingga membeli beberapa pakaian yang sebenarnya juga memang sangat dia butuhkan untuk satu minggu ini selama masa liburannya. Valeryn yang berkali-kali berdecak kagum mampu membuat senyum Vee tak luntur sekalipun. Tentu saja senang dan merasa bangga secara bersamaan."Kau bisa menitipkan barangmu di sini kalau kau akan pergi dulu ke tempat lain," tawar Vee karena melihat beberapa pakaian yang Valeryn beli. Pasti akan sangat merepotkan jika membawanya."Tidak perlu, lagi pula aku akan kembali ke hotel saja." Sebuah senyuman dia tunjukan, tangannya bergerak meraih beberapa kantung berisi pakaian yang baru saja dia bayar. Sisanya, Vee lebih dulu meraihnya, membantu."Oh? Ke hotel? Tidak ke tempat lain?" Cukup terkejut untuk Vee.Dia sudah berbincang dengan Valeryn soal liburan wanita itu. Tidak meny

DMCA.com Protection Status