Share

Bukan Cinta Satu Malam
Bukan Cinta Satu Malam
Author: Liachuu

1. Patah hati

Author: Liachuu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Satu, dua, tiga, hingga beberapa langkah selanjutnya terus menerus gadis itu hitung. Senyuman yang merekah terus terlihat di bibir cherry-nya. Kaki jenjang yang terekspos karena memakai dress yang berbatas beberapa centi di atas lututnya itu terus melangkah dengan bersemangat. Hanya tinggal beberapa langkah lagi untuknya memasuki rumah yang sudah selama ini dia tempati. Nyatanya, kembali ke rumah setelah beraktivitas seharian adalah hal yang sangat menyenangkan. Bahagia sekali.

Sebenarnya tidak hanya itu. Valeryn senang bukan hanya karena bisa pulang ke rumah sebelum gelap tiba. Tapi, karena dia akan bertemu dengan pria yang sudah beberapa minggu ini tidak ditemuinya. Nathan, sang kekasih. Akan ada hal lain yang juga akan dia katakan padanya selain kata rindu.

"Baby, kau sudah pulang?"

Valeryn tersenyum. Baru saja dia membuka pintu dan berjalan masuk. Kekasihnya sudah bertanya dengan tubuh yang dia bangkitkan dari duduknya. Merentangkan tangan untuk menyambut kedatangan Valeryn.

"I miss you so much, By," ucap Valeryn bersamaan dengan kaki yang berlari kecil untuk menghamburkan tubuhnya pada sang kekasih.

Keduanya saling berpelukan. Saling mengatakan kerinduan satu sama lain melalu pelukan hangat tersebut.

"Sudah sampai sejak tadi?" tanya Valeryn sekali lagi dengan sebuah senyuman di sana. Bersamaan dengan pelukan yang sudah dilepaskan.

Nathan mengangguk. "Sejak siang tadi."

Valeryn kemudian mengajak pria itu untuk kembali duduk bersamanya. "Beberapa hari ini, kenapa sulit sekali dihubungi, hm? Begitu sibuk?" tanya Valeryn yang sudah duduk menyamping untuk menatap pria di hadapannya. Senyuman tak pernah lepas di bibirnya karena bisa kembali menatap wajah yang selalu dia rindukan.

Nathan tak menjawab. Pria itu malah menatap Valeryn dalam. Sorot mata yang tidak bisa ditebak oleh Valeryn sendiri. Hingga beberapa saat berikutnya, Nathan menarik tubuh Valeryn, menuntun gadis itu untuk duduk di atas pangkuannya. Seperti biasa, Valeryn menurut.

"Rindu. Rindu sekali," rapal Nathan dengan tangan yang sudah melingkar di pinggang ramping Valeryn. Wajahnya sudah mendekat, hingga dapat bertemu dengan lengan atas Valeryn. Memberikan beberapa kecupan di sana.

Valeryn tentu tersenyum lebar. Entah kenapa hal seperti ini terasa menjadi candu untuknya. Sentuhan-sentuhan lembut yang Nathan berikan mampu untuk menumbuhkan bunga-bunga di hatinya. Tentu dengan beberapa kupu-kupu yang juga ikut berterbangan di sana.

"Nath," panggil Valeryn bersamaan dengan tangan miliknya yang dilingkarkan pada leher Nathan. Menatap pria di bawahnya dengan lekat. Menunjukan jika saat ini sangat ingin berbicara dengan serius.

"Hm?" Nathan menyahut dengan cepat. Membalas tatapan itu tak kalah dalam.

"Apa kau menginginkanku?" Valeryn bertanya dengan setengah berbisik. Menekankan beberapa kata di sana.

Nathan menahan senyumnya. Tanpa perlu dia menjawab juga Valeryn pasti tahu jawaban yang dia pikirkan. Untuk pertanyaan Valeryn, dia paham kalau menginginkan di sini adalah menginginkan dalam tanda kutip. Sedikit heran juga sebenarnya saat mendengar pertanyaan ini dari Valeryn. Pasalnya, selama dua tahun dalam hubungannya ini, Nathan belum pernah mendapatkan apa yang dia inginkan dari Valeryn.

"Kurasa kau sedang kehilangan kendali dirimu sendiri, Valeryn. Apa kau mabuk sebelum pulang?" tanya Nathan dengan tangan yang bergerak menyalipkan rambut yang sedikit menghalangi wajah Valeryn.

"No! Aku sadar seratus persen. Kalau kau menginginkanku, aku akan memberikannya padamu." Valeryn berbicara dengan seduktif di sana. Jemarinya digerakkan untuk menyusuri wajah hinga semakin turun melalui leher, dan dada Nathan.

Nathan menaikan satu alisnya, terlihat bertanya-tanya akan ucapan Valeryn. Berpikir jika mungkin ini adalah puncaknya untuk menunggu, nyatanya menahan diri selama dua tahun ini memang sulit.

Dua tahun menjalan hubungan yang begitu datar. Oke, tidak sepenuhnya datar juga. Hanya saja memang tidak mencapai tahap bercinta. Pernah beberapa kali Nathan mengajak Valeryn, tapi beberapa kali juga dia di tolak. Valeryn sebenarnya lebih menginginkan hubungan yang tidak selalu tentang nafsu.

Lalu kali ini, tiba-tiba saja Valeryn mengatakan hal itu. Jelas membuat Nathan senang dan merasa janggal secara bersamaan. Pasti bukan tanpa alasan Valeryn membahas ini dan terlihat bersedia memberikan pertamanya untuk Nathan setelah berkali-kali menolak.

"Bagaimana jika aku bilang iya, Ryn?" Kini giliran Nathan yang bertanya.

"Then, do it!" ucap Valeryn begitu menantang.

"Valeryn, aku tahu kau bukan tipe orang yang seperti itu."

Tepat pada sasaran. Valeryn sedikit terdiam dengan ucapan dari Nathan.

Nathan menjadi ikut terdiam setelahnya. Menatap wajah polos wanita yang masih berada di atas pangkuannya. Mengusap pipi itu lembut.

"Ada hal yang ingin aku sampaikan. Mungkin ini akan sangat mengejutkanmu." Nathan berucap dengan tangan yang masih mengusap pipi Valeryn lembut.

Valeryn mengangguk semangat. Sebuah senyuman terlihat merekah di bibirnya. "Aku juga mau mengatakan sesuatu."

"Bolehkah aku yang terlebih dulu mengatakannya?" tanya Nathan menatap Valeryn lekat.

Valeryn segera menggeleng. Tidak bisa jika harus menunggu. "Ayo menikah. Nath, aku ingin menikah denganmu."

Bukannya berucap untuk menjawab pernyataan Valeryn, Nathan malah terdiam. Menatap Valeryn lekat, dengan mata yang memerah.

Melihat itu, senyuman Valeryn berangsur pudar. Merasa ada keanehan di sana. Bahkan, dia membangkitkan dirinya dari pangkuan Nathan, mengambil posisi untuk kembali duduk di samping Pria itu. Sekali lagi membuat Valeryn merasa situasi ini aneh. Karena kalau biasanya, Nathan pasti akan menahan tubuhnya. Berbeda dengan kali ini.

"Katakan yang ingin kau katakan. Apa ini berkaitan dengan ajakanku barusan?" tanya Valeryn tegas. Dia benar-benar merubah tatapannya.

Perlahan, Nathan  menjawab pertanyaan Valeryn dengan sebuah anggukan. Membuat Valeryn sedikitnya paham, apa pun itu yang akan dikatakan Nathan, pasti bukan sesuatu yang baik.

"Katakan sekarang." Sekali lagi Valeryn semakin menatap tajam ke arah Nathan. Berusaha terlihat tak bisa tergoyahkan, sama sekali tidak menunjukan ketakutan terhadap apa yang akan Nathan katakan sekalipun itu hal yang buruk.

"Aku, tidur bersama Alexa."

Valeryn terdiam. Meski begitu, tangannya meremat ujung dres yang dia kenakan. Meremat kuat hingga terlihat ujung kukunya memutih. Rahangnya mengeras, matanya semakin menajam seolah tengah menghunuskan pedang pada pria di hadapannya.

"Maafkan aku, dia yang terus menggodaku. Aku sama sekali tidak menyukainya. Bahkan, dia sering juga tidur dengan pria yang berbeda," ucap Nathan dengan tangan yang berusaha menarik tangan Valeryn ke dalam genggaman. Tentu yang dia dapatkan adalah tepisan yang kuat.

Helaan nafas kasar terdengar dari bibir Valeryn. "Keluarlah."

"Valeryn, dengarkan aku dulu." Nathan turun dari duduknya. Berlutut tepat di hadapan Valeryn.

Valeryn terlihat mengangguk-anggukan kepalanya tipis. "Okay, aku yang keluar. Lagipula memang ini bukan sepenuhnya rumahku."

Tanpa berbasa basi Valeryn segera bangkit dari duduknya. Tidak ada air mata. Kekecewaan ini terlalu dalam hingga tak mampu membuatnya menangis. Terlalu menyakitkan sampai rasanya tidak mampu lagi mengeluarkan air mata.

"Valeryn, please. Aku tahu aku salah. Jangan seperti ini, kau bahkan tidak punya tujuan bukan?"

Valeryn berbalik, menghadap Nathan yang kini berdiri di belakangnya. Sebuah senyuman miring dia tunjukan. Tertawa remeh pada pria di hadapannya. "We are over now! Ini adalah akhir dari hubungan kita berdua."

"Kau mau seperti ini? Kau mau memutuskan hubungan kita yang sudah selama ini kita bangun? Aku paham aku bersalah, tapi aku bisa berubah. Kau tahu kita tak bisa berpisah. Aku dan kau saling mencintai. Ingat itu, kita sudah bersama selama ini. Aku juga tidak akan semudah itu mengiyakan ajakan Alexa jika saja kau tidak selalu menolakku untuk tidur bersamamu."

Valeryn terkekeh. Lagi-lagi pria yang selama ini menyandang status sebagai kekasihnya itu tetap bersikap manipulatif.

"Aku tidak takut lagi. Aku bisa berpisah darimu."

Dan kata itu, adalah kata terakhir yang Valeryn ucapkan sebelum akhirnya berjalan dengan cepat keluar dari rumahnya, ah ralat, bukan rumahnya karena rumah itu dia beli bersama Nathan. Tentu pria itu yang lebih memiliki kontribusi besar.

Valeryn bahkan mengabaikan panggilan Nathan yang terus terdengar. Valeryn bertekad, tidak akan sekalipun menoleh karena di tahu sekali dia menoleh maka dia akan kembali bertindak bodoh.

Nyatanya, rencana pernikahan yang pernah dia bayangkan bersama Nathan sekarang sirna begitu saja. Beberapa tepukan di dadanya hanya membuat rasa sesak itu semakin nyata. Bohong kalau dia tidak merasakan sakit pada hatinya. Meski air mata itu tak kunjung keluar, bukan berarti dia tidak menangis di dalam hatinya.

"Rose, ayo berlibur bersama. Aku akan memesan dua tiket ke Hawaii. Besok, kita berangkat," ucap Valeryn pada ponsel yang dia dekatkan pada bibirnya. Mengirim sebuah pesan suara untuk Rose, sahabatnya.

Valeryn meghela nafasnya dalam dengan kepala yang sedikit mendongak. Menahan air mata yang mungkin bisa terjatuh kapan saja.

'Lebih baik menyembuhkan diri dengan cepat dari pada harus berlarut dalam kesedihan bukan?'

Atau mungkin, Valeryn hanya melarikan diri dari rasa sakit yang ada.

Related chapters

  • Bukan Cinta Satu Malam   2. Sad vacation

    Valeryn menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari ini sudah pukul empat pagi. Dia baru saja terbangun setelah tertidur begitu saja begitu tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. Terasa seperti sebuah mimpi tentang apa yang terjadi kemarin sore. Namun, nyatanya itu adalah sebuah kenyataan. Bahkan kamar hotel yang menjadi tempatnya tertidur tadi malam adalah buktinya.Mungkin benar tentang apa yang di katakan Nathan tentang Valeryn yang tidak memiliki tujuan. Nyatanya, Valeryn tidak memiliki keluarga, benar-benar tak ada. Teman? Dia hanya memiliki Rose yang memiliki orang tua yang tidak terlalu menyukai Valeryn. Tidak ada teman lain karena memang Valeryn membatasi pertemanannya, tipe pemilih. Terlalu sulit untuk membiarkan sembarang orang lain berada di sekitarnya.Pun begitu, Valeryn tidak ambil pusing. Dia bisa menyewa hotel sepert

  • Bukan Cinta Satu Malam   3. Party

    Desain pakaian yang di sediakan di tempat Vee ini memang luar biasa. Mampu membuat Valeryn kalap sendiri, hingga membeli beberapa pakaian yang sebenarnya juga memang sangat dia butuhkan untuk satu minggu ini selama masa liburannya. Valeryn yang berkali-kali berdecak kagum mampu membuat senyum Vee tak luntur sekalipun. Tentu saja senang dan merasa bangga secara bersamaan."Kau bisa menitipkan barangmu di sini kalau kau akan pergi dulu ke tempat lain," tawar Vee karena melihat beberapa pakaian yang Valeryn beli. Pasti akan sangat merepotkan jika membawanya."Tidak perlu, lagi pula aku akan kembali ke hotel saja." Sebuah senyuman dia tunjukan, tangannya bergerak meraih beberapa kantung berisi pakaian yang baru saja dia bayar. Sisanya, Vee lebih dulu meraihnya, membantu."Oh? Ke hotel? Tidak ke tempat lain?" Cukup terkejut untuk Vee.Dia sudah berbincang dengan Valeryn soal liburan wanita itu. Tidak meny

  • Bukan Cinta Satu Malam   4. Drunk

    Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya."Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn.""Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya.""Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah mera

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

Latest chapter

  • Bukan Cinta Satu Malam   11. Penawar luka

    Berada dalam mobil yang dimiliki oleh pria tampan di sampingnya, Valeryn tidak pernah menduga jika dia akan membuat keputusan yang seperti ini. Tak pernah sekalipun dia menduga akan menjalani kehidupan yang begitu membuatnya melangkah jauh dari dirinya yang sebelumnya. Nyatanya, dia malah tenggelam dalam sebuah dosa yang dulu begitu dia hindari. Menenggelamkan diri dengan sukarela demi mendapatkan sebuah kesenangan yang bisa melupakan sejenak bayang-bayang pria yang berhasil membuat luka yang terus menganga di dalam hatinya. Dia juga tak bisa munafik jika dia bisa meraih kepuasan atas apa yang dia lakukan. Dia mendapatkan hal yang begitu sulit untuk ditolak, terlebih dari pria yang memiliki pahatan wajah yang nyaris sempurna. Pria yang berhasil memberikan penawar untuk luka yang dia dapatkan, meski Valeryn sendiri tak pernah tahu akankah penawar itu justru akan menjadi racun jika waktu terus berlalu seperti ini. Valeryn menghela nafasnya

  • Bukan Cinta Satu Malam   10. Do It

    Untuk menjawab pertanyaan Valeryn, Vee pun menganggukan kepalanya di sana. Mengiyakan pertanyaan tersebut tanpa membantah sedikitpun. Karena memang begitulah faktanya. Hanya sampai liburan Valeryn usai, maka hubungan mereka pun akan usai. Vee melakukannya bukan semata karena memanfaatkan Valeryn. Justru dia membuat jalan lain agar Valeryn tetap bersamanya setelah apa yang dia lakukan pada wanita itu. Setidaknya, sembari dia memikirkan bagaimana rencana selanjutnya dan menyelesaikan masalah yang mereka lewati.Bukan lagi cinta satu malam yang akan mereka lakukan, jika Valeryn menyetujui apa yang Vee tawarkan padanya. Mungkin akan menjadi cinta satu minggu mereka, mengingat Valeryn berada di sana untuk satu minggu ke depan. Dan sekarang, adalah hari kedua. Maka yang tersisa tinggalah lima hari ke depan."Bagaimana? Apa kau menyetujuinya? Semuanya juga sudah terlalu jauh, Valeryn. Kau sudah memberikan pertamamu untukku," bisik Vee sekali lagi. Bisikkannya begitu seduktif.

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   4. Drunk

    Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya."Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn.""Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya.""Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah mera

  • Bukan Cinta Satu Malam   3. Party

    Desain pakaian yang di sediakan di tempat Vee ini memang luar biasa. Mampu membuat Valeryn kalap sendiri, hingga membeli beberapa pakaian yang sebenarnya juga memang sangat dia butuhkan untuk satu minggu ini selama masa liburannya. Valeryn yang berkali-kali berdecak kagum mampu membuat senyum Vee tak luntur sekalipun. Tentu saja senang dan merasa bangga secara bersamaan."Kau bisa menitipkan barangmu di sini kalau kau akan pergi dulu ke tempat lain," tawar Vee karena melihat beberapa pakaian yang Valeryn beli. Pasti akan sangat merepotkan jika membawanya."Tidak perlu, lagi pula aku akan kembali ke hotel saja." Sebuah senyuman dia tunjukan, tangannya bergerak meraih beberapa kantung berisi pakaian yang baru saja dia bayar. Sisanya, Vee lebih dulu meraihnya, membantu."Oh? Ke hotel? Tidak ke tempat lain?" Cukup terkejut untuk Vee.Dia sudah berbincang dengan Valeryn soal liburan wanita itu. Tidak meny

DMCA.com Protection Status