Share

2. Sad vacation

Author: Liachuu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Valeryn menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari ini sudah pukul empat pagi. Dia baru saja terbangun setelah tertidur begitu saja begitu tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. Terasa seperti sebuah mimpi tentang apa yang terjadi kemarin sore. Namun, nyatanya itu adalah sebuah kenyataan.  Bahkan kamar hotel yang menjadi tempatnya tertidur tadi malam adalah buktinya.

Mungkin benar tentang apa yang di katakan Nathan tentang Valeryn yang tidak memiliki tujuan. Nyatanya, Valeryn tidak memiliki keluarga, benar-benar tak ada. Teman? Dia hanya memiliki Rose yang memiliki orang tua yang tidak terlalu menyukai Valeryn. Tidak ada teman lain karena memang Valeryn membatasi pertemanannya, tipe pemilih. Terlalu sulit untuk membiarkan sembarang orang lain berada di sekitarnya.

Pun begitu, Valeryn tidak ambil pusing. Dia bisa menyewa hotel seperti sekarang. Setidaknya dia memiliki uang yang rasanya sangat cukup dari hasilnya bekerja selama ini.

"Iya, Rose?" sahut Valeryn saat dia mendekatkan ponselnya ke telinga. Dia terbangun karena dering ponselnya tersebut.

"Maaf, mengganggu tidurmu. Tapi sepertinya aku harus mengabarimu secepatnya." Suara Rose terdengar khawatir di seberang sana.

"Kenapa, Rose?" tanya Valeryn penasaran.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut bersamamu. Aku berniat pergi ke tempatmu dengan pakaian yang sudah aku kemas. Tapi ternyata, ibuku mendapatiku saat mengendap. Dia memeriksa isi chatku denganmu lalu mengunciku di kamar sekarang."

Valeryn tersenyum tipis. Terkadang dia memang membenci orangtua Rose. Strict sekali.

"Okay, tidak apa-apa. Aku pergi sendiri. Maaf jadi membuatmu dalam masalah seperti itu," ucap Valeryn lirih.

"Valeryn, are you ok?" Rose bertanya dengan hati-hati di sana.

Valeryn menunjukan senyumnya, meski Rose memang tidak bisa melihatnya di seberang sana. "Tidak. Tapi aku sedang mencoba baik-baik saja."

"Aku tahu dari Nathan. Aku menghubunginya karena bertanya soal liburan yang kau bicarakan, aku tidak tahu kalau kalian sedang dalam masalah. Nathan menceritakan semuanya. Maaf."

"Jangan merasa bersalah hanya karena tidak bisa menemaniku. Sudah kukatakan aku akan mencoba baik-baik saja. Ku tutup, ya. Sepertinya aku juga harus mempersiapkan diri."

"Iya. Valeryn, hati-hati, ya. Have fun!" Kata yang Rose ucapkan itu menjadi akhir dari percakapan mereka pada sambungan telfon.

Valeryn berbaring menyamping, menatap lurus pada tembok yang dia lihat di depan sana. Dia berbohong soal menyiapkan diri, toh nyatanya tidak ada yang perlu disiapkan. Dia hanya perlu keperluan penerbangan pagi nanti yang sudah ada di dalam tasnya. Soal pakaian, mungkin Valeryn akan membelinya saat di Hawaii nanti. Big no untuk kembali ke rumah. Yang ada dia hanya akan bertemu dengan Nathan dan membatalkan penerbangannya.

_____

Hawaii pada akhirnya menjadi saksi bisu akan patah hati yang dirasakan Valeryn. Sungguh, Valeryn tidak pernah membayangkan jika dia akan menginjakan kaki di Hawaii membawa luka yang baru saja ditorehkan oleh pria yang selalu bersamanya, pria yang selama ini selalu mengisi hatinya.

Seringkali Valeryn membayangkan sebuah liburan yang indah bersamanya. Hari-hari yang dipenuhi dengan kenangan indah lainnya. Sayangnya, semesta tidak membiarkan semua itu terjadi.

Hingga setelah beberapa jam berlalu sejak kedatangannya di Hawaii pun, Valeryn masih tak memiliki semangat untuk keluar dari kamar hotelnya. Semua tidak seperti yang dia perkirakan.

"Haruskah aku kembali?" gumam Valeryn.

Kembali berpikir sejenak. Valeryn merasa sayang dengan uang yang sudah dia habiskan untuk pergi ke tempat ini.

Hingga akhirnya dia membangkitkan dirinya secara paksa, dengan sisa semangat yang ada. Meraih tas yang tergeletak di atas ranjang, Valeryn berjalan ke depan kaca lemari rias tak jauh dari sana. Meraih satu lipstick berwarna merah dan memoleskannya pada bibir tipis miliknya itu.

"Baiklah, Valeryn. Mari nikmati waktu yang kau miliki, youre free now. Lalukan apa pun yang kau ingin," ujar Valeryn pada dirinya sendiri.

Helaan nafas yang dia hembuskan menjadi awal sebelum kaki itu melangkah keluar dari kamar hotel tersebut.

Tempat yang menjadi tujuan Valeryn saat ini adalah sebuah toko baju yang tak jauh dari hotelnya berada. Bagaimana pun dia juga butuh pakaian untuk berganti mengingat dia tak membawa satu pun pakaian sekarang.

Sebuah dress panjang berwarna cokelat muda, dengan belahan hingga setengah paha adalah yang dia pilih setelah melihat beberapa dress yang ada. Bagian dada dress yang membentuk huruf V, membuat bagian dadanya terekspos dengan kedua tali kecil yang menggantung di kedua bahunya.

Valeryn berkali-kali memandang pantulan dirinya di depan sebuah kaca yang ada di luar ruang ganti. Ingin terus memastikan penampilannya.

"Nice dress. Pilih saja yang itu, cocok untukmu."

Valeryn menoleh, suara baritone yang baru saja terdengar di belakangnya mengubah atensinya sekarang.

"Percayalah, dress-nya sangat cocok untukmu." Sekali lagi pria yang kini tengah berhadapan dengan Valeryn berucap dengan sebuah senyuman dan kedua telapak tangan yang terbuka untuk menunjuk Valeryn.

Valeryn membalas senyumannya. "Terima kasih. Kalau begitu sepertinya aku harus segera membeli yang ini."

"Tuan Vee, semua desain terbaru sudah siap di pajangkan," ucap salah seorang pegawai di sana pada pria tersebut.

Valeryn menundukan sedikit kepalanya dan menunjukan senyuman saat wanita tersebut melihat ke arahnya dan juga menunduk memberikan sapaan.

"Baiklah, bereskan saja dulu semua. Pastikan semuanya dalam keadaan baik."

Satu anggukan menjadi akhir saat pegawai itu sudah kembali pergi dari sana. Menyisakan Vee dan Valeryn kembali.

"Ah, kau pemilik tempat ini?" tanya Valeryn penasaran.

Vee mengangguk dengan satu alis yang terangkat dan juga senyuman di bibirnya. "Bisa dibilang seperti itu."

"Ah, suatu kehormatan bisa mendapat pujian dari pemilik toko ini secara langsung." Sekali lagi Valeryn menunjukan senyumnya. "Aku suka semua desain yang ada di sini."

"Terima kasih, suatu kehormatan juga memiliki pelanggan yang cantik sepertimu."

Vee mengulurkan tangannya pada Valeryn. "Panggil saja aku Vee."

Melihat itu, Valeryn pun menerima uluran tangannya. "Valery ."

"Baiklah, lanjutkan memilih dress yang kau sukai dengan nyaman. Maaf mengganggu waktumu," pamit Vee yang hendak berjalan melewati Valeryn.

"Tunggu," panggil Valeryn. Hal itu berhasil membuat langkah Vee terhenti dan kembali menatap Valeryn.

"Aku mendengar soal desain yang baru. Apa itu akan dipajangkan hari ini?" tanya Valeryn dengan sopan.

Vee menganggukan kepalanya. "Sebentar lagi."

"Ah, kalau begitu sepertinya aku akan menunggu untuk melihatnya."

Vee menatap Valeryn penuh tanya. "Kau bisa melihatnya sekarang bersamaku secara langsung kalau mau," ucap Vee.

"Oh? Bolehkah?" tanya Valeryn antusias.

Sebuah anggukan menjadi jawaban Vee.

"Baiklah, sebentar. Aku harus mengganti bajuku dulu."

Vee menahan tangan Valeryn saat gadis itu hendak berjalan masuk ke dalam ruang ganti. "Pakai saja yang itu."

"Tidak, aku belum membayarnya. Aku memang pasti akan membelinya, tapi rasanya aku tidak bisa terus mengenakannya sebelum membayar," ujar Valeryn dengan sebuah gelengan di kepalanya.

Vee berjalan untul lebih dekat, berdiri tepat di belakang Valeryn sebelum akhirnya tangan itu tiba-tiba menarik price tag yang menempel pada dress yang Valeryn kenakan. "Anggap saja aku tengah meinjamkan dressnya untukmu. Kau tetap membayarnya setelah ini."

Valeryn cukup terkejut dengan apa yang Vee lakukan. Dia memang benar-benar berniat membeli dress itu, hanya saja hal ini terlihat aneh.

Pun begitu, Valeryn hanya bisa mengangguk dan mengiyakan. Bagaimana pun Vee pemilik tempat ini, tidak mungkin juga Valeryn melarangnya melalukan itu.

Keduanya pun berjalan berdampingan, Valeryn melangkahkan kakinya mengikuti langkah Vee membawanya. Melihat ke sana kemari juga pada beberapa pegawai yang memberi hormat pada Vee. Baiklah, hal itu membuat Valeryn seperti tengah berada di tempat yang salah.

"Ah, boleh tahu pekerjaanmu nona Valeryn?" tanya Vee menoleh pada Valeryn yang ada di sampingnya.

"Aku menjual lingerie yang kebetulan brandku sendiri," jawab Valeryn tenang.

"Benarkah? Wow, jadi pelangganku bukan pelanggan biasa ternyata."

Valeryn terekekeh, diikuti dengan Vee. "Tidak juga. Sama saja."

"Kalau begitu, boleh aku meminta nomormu? Siapa tahu aku juga tertarik dengan lingerie nya?" ucap Vee dengan ponsel yang sudah di sodorkan pada Valeryn.

Valeryn sempat kebingungan dan juga cukup terkejut dengan hal itu. "Ah, untuk kekasihmu maksudnya, ya? Cari saja di akun sosial mediaku, Vwear."

Sebelum akhirnya respon Vee membuatnya paham. Meski tidak ada anggukan atau gelengan di kepala pria itu, dengan sebuah senyuman dan kedua alis yang terangkat setidaknya Valeryn jadi berpikir jika Vee memang berniat melihat brand lingerie miliknya untuk pasangan dari Vee.

Benar, Valeryn sendiri tidak mau ambil pusing soal itu. Setidaknya ada hal yang membuatnya tersenyum selama di Hawaii ini. Sebentar saja melupakan kesedihannya dengan hal ini.

Related chapters

  • Bukan Cinta Satu Malam   3. Party

    Desain pakaian yang di sediakan di tempat Vee ini memang luar biasa. Mampu membuat Valeryn kalap sendiri, hingga membeli beberapa pakaian yang sebenarnya juga memang sangat dia butuhkan untuk satu minggu ini selama masa liburannya. Valeryn yang berkali-kali berdecak kagum mampu membuat senyum Vee tak luntur sekalipun. Tentu saja senang dan merasa bangga secara bersamaan."Kau bisa menitipkan barangmu di sini kalau kau akan pergi dulu ke tempat lain," tawar Vee karena melihat beberapa pakaian yang Valeryn beli. Pasti akan sangat merepotkan jika membawanya."Tidak perlu, lagi pula aku akan kembali ke hotel saja." Sebuah senyuman dia tunjukan, tangannya bergerak meraih beberapa kantung berisi pakaian yang baru saja dia bayar. Sisanya, Vee lebih dulu meraihnya, membantu."Oh? Ke hotel? Tidak ke tempat lain?" Cukup terkejut untuk Vee.Dia sudah berbincang dengan Valeryn soal liburan wanita itu. Tidak meny

  • Bukan Cinta Satu Malam   4. Drunk

    Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya."Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn.""Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya.""Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah mera

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

  • Bukan Cinta Satu Malam   10. Do It

    Untuk menjawab pertanyaan Valeryn, Vee pun menganggukan kepalanya di sana. Mengiyakan pertanyaan tersebut tanpa membantah sedikitpun. Karena memang begitulah faktanya. Hanya sampai liburan Valeryn usai, maka hubungan mereka pun akan usai. Vee melakukannya bukan semata karena memanfaatkan Valeryn. Justru dia membuat jalan lain agar Valeryn tetap bersamanya setelah apa yang dia lakukan pada wanita itu. Setidaknya, sembari dia memikirkan bagaimana rencana selanjutnya dan menyelesaikan masalah yang mereka lewati.Bukan lagi cinta satu malam yang akan mereka lakukan, jika Valeryn menyetujui apa yang Vee tawarkan padanya. Mungkin akan menjadi cinta satu minggu mereka, mengingat Valeryn berada di sana untuk satu minggu ke depan. Dan sekarang, adalah hari kedua. Maka yang tersisa tinggalah lima hari ke depan."Bagaimana? Apa kau menyetujuinya? Semuanya juga sudah terlalu jauh, Valeryn. Kau sudah memberikan pertamamu untukku," bisik Vee sekali lagi. Bisikkannya begitu seduktif.

Latest chapter

  • Bukan Cinta Satu Malam   11. Penawar luka

    Berada dalam mobil yang dimiliki oleh pria tampan di sampingnya, Valeryn tidak pernah menduga jika dia akan membuat keputusan yang seperti ini. Tak pernah sekalipun dia menduga akan menjalani kehidupan yang begitu membuatnya melangkah jauh dari dirinya yang sebelumnya. Nyatanya, dia malah tenggelam dalam sebuah dosa yang dulu begitu dia hindari. Menenggelamkan diri dengan sukarela demi mendapatkan sebuah kesenangan yang bisa melupakan sejenak bayang-bayang pria yang berhasil membuat luka yang terus menganga di dalam hatinya. Dia juga tak bisa munafik jika dia bisa meraih kepuasan atas apa yang dia lakukan. Dia mendapatkan hal yang begitu sulit untuk ditolak, terlebih dari pria yang memiliki pahatan wajah yang nyaris sempurna. Pria yang berhasil memberikan penawar untuk luka yang dia dapatkan, meski Valeryn sendiri tak pernah tahu akankah penawar itu justru akan menjadi racun jika waktu terus berlalu seperti ini. Valeryn menghela nafasnya

  • Bukan Cinta Satu Malam   10. Do It

    Untuk menjawab pertanyaan Valeryn, Vee pun menganggukan kepalanya di sana. Mengiyakan pertanyaan tersebut tanpa membantah sedikitpun. Karena memang begitulah faktanya. Hanya sampai liburan Valeryn usai, maka hubungan mereka pun akan usai. Vee melakukannya bukan semata karena memanfaatkan Valeryn. Justru dia membuat jalan lain agar Valeryn tetap bersamanya setelah apa yang dia lakukan pada wanita itu. Setidaknya, sembari dia memikirkan bagaimana rencana selanjutnya dan menyelesaikan masalah yang mereka lewati.Bukan lagi cinta satu malam yang akan mereka lakukan, jika Valeryn menyetujui apa yang Vee tawarkan padanya. Mungkin akan menjadi cinta satu minggu mereka, mengingat Valeryn berada di sana untuk satu minggu ke depan. Dan sekarang, adalah hari kedua. Maka yang tersisa tinggalah lima hari ke depan."Bagaimana? Apa kau menyetujuinya? Semuanya juga sudah terlalu jauh, Valeryn. Kau sudah memberikan pertamamu untukku," bisik Vee sekali lagi. Bisikkannya begitu seduktif.

  • Bukan Cinta Satu Malam   9. Penawaran yang menggiurkan

    Vee tak bisa lagi menahan senyumannya, meski tak begitu ketara. Tangannya sudah terulur untuk meletakan ibu jarinya di ujung bibir milik Valeryn. Menatap mata wanita di hadapannya dengan lekat. Seolah berusaha membuatnya kembali tenggelam di dalam pesonanya. Bukan karena Vee ingin memperdayainya, dia hanya ingin menunjukan bagaimana dia bisa memperlakukan Valeryn dengan lembut. Dia ingin membuat wanita itu merasa aman dan nyaman dengannya."Kau mencoba melarikan diri dari masa lalumu? Menyembuhkan diri dari kekacauan yang kau rasakan. Dan itu berkaitan dengan seseorang yang kau cintai. Mungkinkah tebakanku ini benar?" tanya Vee dengan suara yang pelan.Lalu yang dia dapati sekarang adalah Valeryn yang diam. Namun, bersamaan dengan itu, Vee juga dapat melihat jawaban wanita itu dari sorot matanya. Sorot mata itu menjelaskan segalanya. Kali ini Vee bukan lagi menebaknya, tapi dia juga tahu sendiri hal itu. Dia pernah berada di posisi yang sa

  • Bukan Cinta Satu Malam   8. Keputusan yang tak pasti

    "Are you okay, Valeryn?"Valeryn terus terngiang dengan pertanyaan itu dalam diamnya. Nafasnya terdengar kasar karena emosi yang sempat bergejolak di dalam dadanya. Menatap pria yang kini sudah menggenggam salah satu tangannya, Valeryn berusa tetap mempertahankan semua pertahanan yang dia buat selama ini. Dia tidak bisa membiarkan dirinya luluh begitu saja. Tidak boleh. Keputusannya untuk tidur bersama Vee ini tak lebih dari kesalahan yang dia buat dalam kekacauannya karena mantan kekasih. Dia yakin bukan karena dia sempat luluh pada sosok pria di hadapannya, tak pernah. Isi kepalanya masih terlalu sibuk untuk memikirkan Nathan sebelumnya.Tapi, untuk pertanyaan yang baru saja Vee lontarkan. Itu berhasil membuat Valeryn seolah kembali tak berkutik. Entah kenapa pertanyaan sederhana itu terasa begitu istimewa untuknya, hingga matanya kini sudah memanas dan siap kapanpun jika harus meneteskan air beningnya. Meski, Valeryn juga

  • Bukan Cinta Satu Malam   7. Are you okay?

    Menelan ludahnya dengan paksa, Valeryn berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang. Pasalnya, Vee baru saja mengajukan pertanyaan yang mampu membuat jantungnya berdebar tak normal. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat tak berkutik oleh pria itu."Jadi, bagaimana?" tanya Vee sekali lagi saat mendapati Valeryn hanya terdiam menatapnya dengan tajam. Seolah baru saja menyatakan sebuah peperangan."Apa maksudmu, Vee?" tanya Valeryn bersikap seolah tak mengerti akan maksud Vee di sana.Vee mengangkat kedua bahunya. "Kurasa kau tahu maksudku, Ryn. Apa perlu aku menjelaskannya? Kau dan aku kita bisa tid—""Simpan semua penjelasanmu. Aku tak membutuhkannya. One night stand, kita hanya sebatas itu, Tuan Vee." Valeryn berucap dengan penuh penekanan. Bersamaan dengan itu, dia berlalu dari hadapan Vee. Berjalan meninggalkan pria yang kini berdiri dengan senyuman miringnya, menatap Valeryn yang kini sudah berjalan ke arah kamar

  • Bukan Cinta Satu Malam   6. One night stand

    Setelah sekian lama terdiam dengan mata yang saling bersitatap, Valeryn lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Dia tidak mampu untuk lebih tenggelam ke dalam dunia Vee yang terlihat di kedua bola matanya. Rasanya, dia hampir saja kembali luluh dan bisa-bisa dia kembali melakukan hal bodoh seperti semalam."Untuk apa yang terjadi semalam aku mau—""Mau memintaku untuk melupakannya? Atau bertanggung jawab karena takut aku melarikan diri? Jika itu yang akan kau katakan, sepertinya kau terlalu banyak menonton film." Vee memotong pembicaraan Valeryn di sana. Satu alisnya sudah terangkat menatap Valeryn dengan senyuman miringnya.Valeryn akui, tebakan Vee memang benar. Tapi bukan meminta pertanggung jawaban Vee, karena dia sadar kalau dia lah yang membua

  • Bukan Cinta Satu Malam   5. The first

    Pertanyaan dari Valeryn mampu membuat Vee terdiam. Batinnya saling berargumen untuk menentukan jawaban yang akan diberikan pada Valeryn. Sorot matanya menatap sosok yang kini menahan tangannya, menggigit bibir bagian dalamnya, Vee mendekatkan wajahnya pada Valeryn. Membisikkan sesuatu di sana.Kini giliran Valeryn yang terdiam setelah mendengar apa yang Vee bisikan. Menatap pria itu dengan tangan yang mulai dia lepaskan dari Vee."Ayo," ajak Vee. Berganti dengan dirinya yang menarik lengan Valeryn. Membuat situasi mereka kini rasanya telah berbalik.Awalnya, Valeryn sempat terdiam dan enggan untuk melangkah. Namun, pada akhirnya Valeryn mengikuti langkah Vee yang menarik lengannya lembut. Mengekor di belakang pria itu tanpa ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Menurut begitu saja seperti seekor kucing yang mengikuti sang pemilik.Hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mereka sampai pada mobil milik

  • Bukan Cinta Satu Malam   4. Drunk

    Alkohol, rasanya tidak mungkin jika di acara seperti ini tak ada alkohol. Apalagi, acaranya di adakan di sebuah Beach club. Jelas alkohol adalah menu utama meski tepat di samping tempat ini adalah sebuah restoran. Namun, yang menjadi primadonanya di sini adalah alkohol itu sendiri. Bahkan, yang sedang meliuk-liuk menari sesuai irama musik pun memegang satu gelas alkohol di tangannya."Maaf karena mengantarku kau jadi terlambat datang kemari," Valeryn yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka suara.Vee menoleh pada Valeryn, lagi-lagi menunjukan senyumnya. Entah senyuman yang ke berapa sekarang. "Berhenti meminta maaf, Valeryn.""Pasti aku mengganggu acaramu dengan temanmu, ya?" tanya Valeryn dengan raut wajah tak enaknya.Vee menggeleng. "Tidak, tanpa aku juga mereka bisa menikmati acaranya.""Baiklah, jangan tinggalkan aku kalau begitu," ucap Valeryn dengan tangan yang sudah mera

  • Bukan Cinta Satu Malam   3. Party

    Desain pakaian yang di sediakan di tempat Vee ini memang luar biasa. Mampu membuat Valeryn kalap sendiri, hingga membeli beberapa pakaian yang sebenarnya juga memang sangat dia butuhkan untuk satu minggu ini selama masa liburannya. Valeryn yang berkali-kali berdecak kagum mampu membuat senyum Vee tak luntur sekalipun. Tentu saja senang dan merasa bangga secara bersamaan."Kau bisa menitipkan barangmu di sini kalau kau akan pergi dulu ke tempat lain," tawar Vee karena melihat beberapa pakaian yang Valeryn beli. Pasti akan sangat merepotkan jika membawanya."Tidak perlu, lagi pula aku akan kembali ke hotel saja." Sebuah senyuman dia tunjukan, tangannya bergerak meraih beberapa kantung berisi pakaian yang baru saja dia bayar. Sisanya, Vee lebih dulu meraihnya, membantu."Oh? Ke hotel? Tidak ke tempat lain?" Cukup terkejut untuk Vee.Dia sudah berbincang dengan Valeryn soal liburan wanita itu. Tidak meny

DMCA.com Protection Status