Diana terbangun dengan penuh kehampaan dan kebosanan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain makan dan tidur di tempat yang sama secara berulang.Tapi rasa hampa Diana ini langsung berganti dengan rasa ngeri saat Diana melihat Michel tertidur di sampingnya."Apa aku mimpi?" Diana memukul pipinya hingga berbunyi."Ahss...." Diana mendesis kesakitan seraya memegangi pipinya.Michel yang mendengar suara Diana segera membuka matanya dan duduk."Ada apa?" tanya Michel dengan suara rendahnya."Tuan, kapan anda pulang? Bukanlah anda bilang anda akan pulang setelah 3 hari? Ini bahkan baru sehari semalam," ujar Diana yang terdengar protes."Kenapa? Sepertinya kamu tidak suka aku pulang," ujar Michel seraya menarik tubuh Diana ke pelukannya."Tuan, aku tidak bisa bernafas." Diana mendorong dada Michel agar Michel melepaskannya."Baiklah, siapkan air. Aku ingin mandi," pinta Michel melepaskan Diana."Aku ingin kita mandi bersama," sambung Michel kemudian yang membuat langkah Diana terhenti sejena
Tatang menarik paksa Doni sebagai orang yang memimpin teman-temannya keluar dari rumah Michel dan Diana yang tidak tega melihat Doni diperlakukan kasar oleh Tatang segera bangkit dan mencoba membujuk Doni.Namun Michel malah menarik paksa Diana ke dalam kamar dan menguncinya."Tuan, lepaskan! Mereka tidak boleh memukul Doni!" Diana berteriak dan membuat Michel harus memuat Diana diam dengan cara membuatnya pingsan.Pukkk!Michel memukul belakang kepala Diana dan pukulan yang keras itu membuat Diana pingsan seketika."Maafkan aku, Diana. Aku harus melakukan ini. Aku tidak siap kehilanganmu," ujar Michel menggendong Diana ke atas ranjang yang telah dikeringkan oleh petugas kebersihan perlahan dan keluar dengan mengunci pintu.Diana sangat marah dan kecewa sekarang. Dan mungkin sekarang rasa benci Diana sudah lebih besar pada Michel.Di sisi lain. Doni dan teman-temannya sudah terusir keluar dari kediaman Michel dan di saat yang tepat, mobil Dave muncul entah dari mana dan berhenti tepat
"Jawab aku, Diana!" Bentak Michel pada Diana dan Diana tetap diam mengabaikan Michel seraya menahan rasa sakit akibat cengkraman tangan Michel.Malam hari.Nyonya Kelly dan Vanessa baru saja pulang setelah bersenang-senang. Mereka segera menaruh barang belanjaan mereka di kamar mereka dan kemudian mereka pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama walau mereka tidak lapar sebagai bentuk laporan pada Michel jika mereka sudah pulang."Dari mana kalian? Kenapa terlambat?" tanya Michel dengan nada dingin."Kami arisan, Michel. Setelah itu kami spa ke salon," jawab Nyonya Kelly."Loh, kemana Diana? Tumben dia gak ikut kita makan malam?" Nyonya Kelly teringat akan Diana tiba-tiba."Kenapa? Apa kalian akrab sekarang sehingga sangat perlu bagi Mama untuk bertanya tentangnya?" Nyonya Kelly terdiam menyadari kondisi perasaan Michel yang sedang marah saat ini."Tatang, antar makanan ini ke kamar. Pastikan dia makan dan kamu hanya boleh kembali jika dia makan," pinta Michel kemudian pada Tata
"Vanessa! Tolong aku!" Diana memberontak kuat dan memunculkan suara kegaduhan yang membuat Nyonya Kelly terbangun dan berlari ke sumber suara."Kalian jangan ada yang berani ikut campur atau membantunya! Awas saja kalian. Kembali tidur," ancam Michel menunjuk ke arah Vanessa dan Nyonya Kelly.Michel menggendong paksa Diana ke kamarnya dengan menaiki tangga."Diam atau kita akan jatuh," ujar Michel berhenti dan menyeimbangkan diri.Sesampainya di kamar, Michel melempar Diana ke atas ranjang dan segera mengunci pintu."Sepertinya aku terlalu lunak padamu, Diana." Michel mengambil sebuah tali dan mengikat satu tangan Diana dan menyambungkan ikatannya ke kaki sofa.Tali itu dapat membatasi gerakan Diana karena tali itu hanya berjarak 1 meter."Tuan, kenapa kamu melakukan ini padaku? Tolong lepaskan aku. Aku tidak bisa hidup di sini terus menerus. Aku ingin hidup bebas dan normal." Diana membujuk Michel yang masih sedang mengamuk walau saat ini dada Diana terasa mulai sesak.Michel terdiam
Michel menatap Diana hangat."Tuan, maaf untuk semalam." Diana menjadi merasa bersalah pada Michel."Aku juga salah. Lupakan masalah itu. Kita akan bersenang-senang. Oke?"Di sisi lain.Doni dan Dave sudah menyelesaikan semua rencana mereka. Mereka hanya perlu mempersiapkan diri untuk melakukannya.Pagi hari, Dave mengantarkan Doni ke sekolah seperti biasa. Tidak ada halangan untuk Doni bolos sekolah.Tadi malam Doni mencoba menghubungi Diana namun tidak bisa karena ponsel Diana sudah Michel sita. Karena hal itu pula Doni menjadi sangat yakin kalau Michel pasti menyiksa Diana.Setelah mengantarkan Doni sekolah, Dave memilih untuk pergi menemui Michel di kantornya tapi sayangnya saat Dave sudah sampai di kantor Michel, Jake yang berada di sana mengatakan bahwa Michel tidak ke kantor hari ini.Tujuan Dave beralih ke rumah Michel."Pasti dia di rumah," gumam Dave seraya tetap fokus menyetir.Sesampainya di rumah Michel. Petugas sudah mengenal Dave jadi tanpa banyak tanya mereka segera me
Di rumah Michel.Para pelayan, petugas dan anak buah Michel lainnya sudah terlihat berbaris rapi di halaman rumah Michel dengan Tatang dan Evellyn yang berdiri di depan barisan."Mulai sekarang kalian harus lebih waspada karena Dave sekarang bukan lagi teman saya tapi lawan saya. Tingkatkan keamanan dan penjagaan. Jangan sampai ada yang lolos. Dan misi kalian mulai saat ini adalah jangan membiarkan siapapun masuk tanpa ijin saya kecuali keluarga saya. Dan misi lain adalah kalian harus menjaga Diana. Jangan biarkan Diana keluar dari rumah atau siapapun menemuinya. Semuanya boleh masuk kecuali Evellyn dan timnya." Michel memberi perintah.Di halaman sekarang hanya ada Michel, Evellyn dan anak buah Michel."Kalian berjaga di setiap sudut. Jika ada yang mencurigakan segera lapor pada Evellyn dan kau Evellyn, segera lapor padaku." Michel melanjutkan memberi intruksi sedang Evellyn dari dalam hatinya sedang sibuk bertengkar memikirkan apa langkah yang harus ia ambil."Dave benar. Michel mel
Michel ingin membantu Diana memasak tapi niat baik Michel itu malah membuat dapur menjadi kacau. Pasalnya saat Michel hendak memotong bawang, Michel memotong bagian ujung bawang yang licin dan setelah beberapa saat, tak satupun potongan bawang selesai Michel potong dan itu membuat Diana frustasi."Tuan, duduk saja. Aku akan memasak dengan cepat." Diana mengambil alih dan merampas pisau yang Michel pegang dan tanpa sengaja ternyata pisau yang Michel pegang menggores tangan Diana hingga berdarah."Ahww! Tuan, jangan..." Diana memekik kaget saat melihat tangannya berdarah karena merampas pisau yang Michel pegang secara terbalik. Dan Michel yang kaget malah langsung menarik tangan Diana dan hendak mengisap darahnya.Diana segera menarik tangannya dari Michel dan segera mencuci tangannya yang terasa perih di wastafel diikuti oleh Michel yang ternyata tidak mahir menggunakan pisau walau dirinya adalah ketua mafia."Diana, maaf." Michel berdiri di belakang Diana seraya memalingkan wajahnya u
Peperangan terjadi dimana-mana dan hampir membuat Michel kewalahan. Di perusahaan Dave tengah mati-matian berusaha menstabilkan saham perusahaan mereka yang mendadak anjlok.Sedang di sisi lain, Michel dibantu oleh Evellyn sedang mengejar oknum pencuri 'senjata' mereka.Entah bagaimana hal ini bisa terjadi padahal anak buah Michel sedang berjaga di markas saat itu. Michel meyakini bahwa pasti diantara anak buahnya yang saat ini berjaga, ada sesosok pengkhianat.Kalau tidak, bagaimana mungkin markas yang selalu terjaga dengan ketat seperti ini bisa kebobolan dan ini kali pertama bagi Michel setelah 9 tahun lalu saat Michel baru terjerumus ke dalam dunia gelap."Ini tidak mungkin Dave. Dia tidak punya kendali atau kekuatan dalam hal seperti ini. Lagi pula tidak ada untungnya untuk Dave melakukan ini," pikir Michel tajam.Di markas tempat Michel menyimpan 'senjata' ini tidak ada kamera pengawas. Markas Michel terlihat seperti kantor dalam rumah bukan seperti gudang yang terlihat di dalam
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka