"Aku kejam katamu? Siapa yang paling kejam dan tidak berperasaan sekarang? Aku atau kalian berdua, kalian adalah kekasih dan sahabatku. Semua orang tahu akan itu dan kita bahkan akan bertunangan dalam beberapa hari lagi, sekarang kau mengatakan dia hamil di depanku tanpa rasa bersalah sama sekali." Wanita itu berhenti sejenak untuk mengambil napas, senyum jahat yang tercetak jelas di bibirnya membuat ke-dua orang di depannya ketakutan bukan main.
"Tapi kau tidak berhak melakukan semua itu, kau bisa menghancurkan karir yang selama ini telah dibangun oleh Stella dengan baik. Dia hanya ingin bersama dengan lelaki yang dicintainya, apa itu salah?" tanya pria itu dengan nada suara meninggi.
"Apa? Aku sudah membantu dirinya sejak awal dia memasuki dunia hiburan, aku memohon pada kakakku untuk memasukkan dia ke dalam perusahaan manajemen aktris miliknya tapi ini balasan yang dia berikan padaku. Sekarang, aku hanya mengambil apa yang telah aku berikan sebagai teman padanya, karena kalian tidak ingin berurusan denganku aku pun tentu tidak ingin bersinggungan dengan kalian." Setelah mengatakan itu, si wanita melangkah pergi.
Baru saja dia menghilang dari hadapan keduanya, berita perselingkuhan Stella langsung beredar di media sosial. Foto serta gambar Stella berpelukan dengan Frans serta tingkah mesra ke-duanya bermunculan satu-persatu membuat Frans terkejut bukan main.
Stella menangis pilu, dia merasa karier yang dia bangun dari nol akan hancur sebentar lagi, Stella memeluk Frans erat tapi tatapan jahat dengan senyum penuh kemenangan yang diperlihatkan Stella membuat Arletta menggelengkan kepala.
"Wanita munafik di mana-mana itu sama saja, tampang menyeramkan yang kau miliki tidak akan bertahan lama. Apa yang kau ambil dari tangan orang lain pasti akan diambil lagi dari tanganmu, kau mungkin iri atas semua kemewahan yang dimiliki sahabatmu itukan hingga kau berniat mengambil apa yang dia miliki. Sayangnya dia jauh lebih cerdik dari yang kau kira," ejek Arletta meninggalkan tempat itu.
Ejekan itu dapat didengar oleh Stella dan Frans, ke-duanya mencoba mencari darimana suara itu berasal namun mereka tidak dapat menemukan apapun sebagai petunjuk. Mereka meninggalkan tempat itu segera karena tidak ingin ditemukan oleh wartawan ataupun warga, tanpa mereka sadari ada kemungkinan lagi mereka akan bertemu kembali.
Esok paginya, Arletta benar-benar pergi mencari sebuah apartemen yang letaknya jauh dari milik kedua kembarannya. Dengan angkutan umum yang menurutnya paling aman dan santai, Arletta pergi menuju pusat pencarian apartemen paling bagus di kota itu.
Arletta sangat senang karena akhirnya dia bisa hidup bebas sendirian tanpa ada lagi kedua saudaranya yang mengganggu.
Arletta dengan gembira menyusuri jalanan padat yang dilalui banyak orang, satu demi satu tempat yang bisa membantunya mencari apartemen telah dia temui dari yang harga murah hingga harga mahal namun semua tempat telah terisi penuh.
Di dalam rasa putus asa yang mendera Arletta mendengar panggilan masuk ke telepon seluler miliknya.
"Ya halo!" sapaan lembut Arletta terdengar.
"Ada satu kamar yang kosong di apartemen mewah kami namun kami takut apakah Anda mau atau tidak? Apakah tempatnya sesuai dengan keinginan Anda atau tidak?" Orang itu berbicara sembari melirik pria tampan di depannya.
"Saya akan datang memeriksa, apakah itu apartemen di bagian gedung Morena?" Arletta bertanya dengan hati-hati. Arletta takut dia salah orang karena banyaknya tempat yang dia hampiri sedari tadi.
"Ya, Anda menebak dengan benar." Orang itu menjawab dengan segera sebelum memutuskan sambungan.
Arletta menghembuskan nafas lega, setidaknya dia sudah menemukan apartemen sendiri dan tidak perlu lagi tinggal bersama dua saudara kembarnya yang menyebalkan.
Arletta tanpa ragu-ragu pergi menuju ke arah gedung Morena berada, gedung itu adalah gedung dengan lantai paling banyak dan mewah.
"Masalah uang bukanlah hal besar untukku, harga tempat itu hanya satu kali harga menjebol jaringan perusahaan untukku." Arletta berbisik di dalam hati dengan senyum penuh kebahagiaan.
Arletta sempat ragu dan takut kalau saudaranya ikut campur dengan urusannya mencari apartemen.
Arletta sampai di sana sekitar setengah jam kemudian, Arletta langsung memeriksa ukuran dan fasilitas yang ada di apartemen tersebut sebelum dengan cepat menyelesaikan proses jual beli.
"Hah, akhirnya aku punya tempatku sendiri. Lihat saja, aku akan membuktikan pada kalian kalau aku bisa hidup tanpa kalian berdua." Arletta nampak bangga dan senang. Saat ini dia tengah berbaring di ranjang king size yang ada diruangan itu.
Arletta merasakan kenyamanan dan ketenangan di apartemen itu. Tanpa sadar Arletta menutup matanya dan tertidur dengan nyenyak tanpa rasa khawatir sama sekali.
Tanpa Arletta sadari ada seseorang yang masuk ke rumahnya dan sedang menatap dirinya yang tengah tertidur nyenyak.
"Akhirnya aku menemukanmu gadis nakal, aku sudah mencarimu ke sana- kemari dan hari ini kita bertemu secara langsung kembali. Selamat datang di duniaku, Sayang! Kau tidak akan bisa ke luar lagi selamanya." Pria tampan itu duduk di sofa yang ada di kamar Arletta.
Dengan sabar ia terus menunggu Arletta bangun dari tidurnya yang lelap. Bahkan pria tampan itu telah melepas jas biru tua yang dikenakannya dan meletakkan jas itu di atas sandaran sofa.
Dua jam menunggu akhirnya Arletta mulai memperlihatkan tanda-tanda akan bangun dari tidurnya.
Matanya bergerak perlahan untuk terbuka sebelum dengan santai meregangkan tubuh dan bangun.
"Sudah bangun? Apa kau tahu, aku sudah menunggumu selama satu jam lebih di sini." Pria itu berbicara dengan santai sembari menatap wajah cantik Arletta ketika bangun tidur.
"Siapa kau? Bagaimana caranya kau masuk ke dalam kamarku?" tanya Arletta terkejut.
Arletta melihat sekeliling dan menyadari kalau jendela masih tertutup rapat, lagipula kamarnya berada di lantai yang tinggi jadi tidak mungkin pria yang saat ini berdiri di depannya masuk ke kamarnya melalui jendela. Arletta menatap waspada, dia tampak khawatir karena kecerobohannya membuat ia lengah.
'Bagaimana jika yang masuk adalah salah satu dari orang yang ingin membunuh diriku? Bagaimana bisa aku tertidur lelap seperti ini? Ini benar-benar bukan seperti diriku? Apa aku terlalu lelah dalam menyelesaikan misi kemarin malam hingga aku tertidur nyenyak seperti ini?' batin Arletta terguncang, dia tidak habis pikir dengan semua ini.
Biasanya dia akan selalu waspada tapi kali ini dia anehnya malah membiarkan seseorang mendapatkan celah dari kelalaiannya, bulu kuduk Arletta berdiri, dia masih tidak percaya kalau dirinya bisa abai seperti ini. Ini bukan gayanya sama sekali, padahal sejak dulu dia sudah dilatih menjadi wanita tangguh nan waspada.
"Kau melupakan diriku? Apakah setelah mengambil keuntungan dan kabur dari seseorang yang membantumu adalah ciri khas dirimu?" Pria tampan itu berbicara dengan santai membuat Arletta mengernyit bingung.
Arletta benar-benar bingung dengan pria di depannya. Melihat Arletta benar-benar sudah melupakan dirinya, pria tampan itu berjalan mendekat dan menunduk ke arah Arletta yang masih belum sepenuhnya sadar."Kau harus ingat, saat kau di bawah pengaruh obat perangsang waktu itu, kau mengambil keuntungan dariku dan mengambil keperjakaan milikku. Kau juga meninggalkan aku setelah paginya kau terbangun." Pria tampan itu bergerak semakin dekat membuat Arletta benar-benar tidak berkutik."Apa yang kau mau? Aku juga menderita kehilangan saat itu," keluh Arletta dengan wajah menyedihkan.Arletta akhirnya ingat, saat itu setelah bangun dan waktunya sangat mendesak dengan kedatangan kedua kembarannya. Arletta pergi meninggalkan pria yang menjadi penolongnya malam itu."Kau tahu, aku belum pernah disentuh oleh siapapun sampai saat kau mengambil keuntungan dariku. Aku juga sudah kehilangan banyak dan berusaha menca
Arletta benar-benar bingung dengan tindakan apa yang harus diambilnya sekarang, dia juga tidak mengerti kenapa ada yang bisa memasuki rumahnya dan mendapatkan keuntungan darinya seperti ini begitu saja.Arletta bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Langkah kakinya yang anggun membuat dia terlihat cantik dan menambah gairah si pria."Cantik dan menarik, semakin lama aku semakin ingin memiliki Arletta. Sekian lama mencari akhirnya aku menemukanmu dan aku tidak akan melepasmu sekalipun." Pria tampan itu berbisik lembut dengan tangan di bibirnya.Arletta melepas semua pakaiannya dan mandi di bawah shower, setelah membilas bersih tubuhnya Arletta ke luar dari kamar mandi dengan handuk mandi melilit di tubuhnya rampingnya."Kau masih di sini?" tanya Arletta bingung dan juga heran. Arletta melipat tangannya di dada dan masih bertahan berdiri di depan kamar mandi, rambut panjang Arlet
"Ya, aku mendengar dari mulut ke mulut kalau anak perempuan Gabriel adalah perusak kepercayaan laki-laki. Aku juga mendengar bahwa ia mengganti kekasihnya layaknya ia mengganti pakaian sehari-hari." Pria itu mengangguk dengan tenang tapi wajahnya menyunggingkan senyuman yang membuat bulu kuduk Arletta berdiri."Lalu ... apa kau masih ingin tinggal bersamaku?" tanya Arletta usil dengan wajah penuh kepercayaan diri.Arletta yakin dengan nama buruk yang disandangnya maka tidak akan ada pria yang ingin bersamanya secara serius, dia benar-benar tidak ingin ada pria di sampingnya. "Tentu saja aku masih mau, sebab aku tahu kalau yang pernah memasuki dirimu dan berada di dalamnya sangat lama hanyalah diriku." Pria tampan itu tersenyum dengan penuh kebahagiaan.Dia sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaan dari semua mantan Arletta dan semuanya mengatakan jika bersama Arletta mereka hanya bisa sekedar memegang tangan di keramaian. Bahkan kontak lebih dengan Arletta hanyalah sekedar memelu
Arletta melepaskan diri dari Albert dengan cepat, perasaan berbahaya yang diberikan Albert padanya membuat Arletta harus memikirkan cara lain. Arletta belum siap untuk tindakan lebih, bayangan luka yang diterima neneknya serta rasa sakit yang ditanggung ibunya membuat Arletta tidak ingin terjebak dalam sebuah hubungan tidak pasti.Arletta tidak ingin semua hal buruk itu memasuki hidupnya dan menghancurkan dirinya tanpa sisa. Arletta tidak akan memberikan kesempatan untuk pria melukainya dan hanya dia yang bisa melukai pria manapun sesuka hatinya."Aku lapar, buatkan aku makanan sesuai dengan yang kau janjikan!" Arletta melangkah menjauh dan memilih melihat pemandangan membosankan di jendela."Baiklah, kau harus ingat hal ini Arletta! Jika kau ingin aku menjadi budakmu maka kau harus memberikan aku sesuatu yang aku inginkan. Aku tidak sama dengan laki-lakimu yang lain. Aku Berbeda," tegas Albert dengan senyuman sebelum membalik badannya melangkah ke luar kamar Arletta."Huh, dia pikir a
"Sayang sekali! Aku sedang tidak berminat bermain tarik ulur ataupun bermain hati sekarang." Arletta menatap Albert sekilas sebelum berjalan meninggalkan Albert di dapur.Arletta membuka teleponnya dan berselancar dengan mudah di sana. Pertama-tama, Arletta melihat apakah ada yang meminta tolong atau ada pekerjaan untuknya. Setelah memastikan kalau dia tidak memiliki pekerjaan Arletta mulai berseluncur di dunia maya melihat berita terbaru.Saat sedang berselancar, matanya tiba-tiba menemukan sebuah nama. Arletta memperhatikan apa yang sedang dilakoni oleh orang itu hingga dia bisa muncul di kalangan atas.Kisah cinta manis pengusaha tampan dan seorang artis cantik.Artis muda Elin Yunita sekarang sedang menjalani hubungan diam-diam dengan seorang pengusaha tampan dan mapan Arzein Fernando. Hubungan keduanya dikatakan berjalan lancar meski ada isu miring yang mengatakan kalau Arzein tidak terlalu mengekspose hubungan mereka ke media.Berita itu ditulis dengan tulisan besar dan rapi. Ar
Seorang gadis kecil berlari dengan riang mengikuti langkah kaki dua kembarannya yang sedang asik bermain kejar-kejaran ke sana-kemari. Gadis kecil itu mengenakan gaun merah lembut dengan rambut diikat ke atas memperlihatkan leher putih miliknya. Ia juga memakai sendal berwarna senada dengan gaun yang ia kenakan, sekilas dia terlihat manis dan menarik.Si kecil tampak bersemangat dengan senyuman lebar di bibirnya sembari melangkah menuju ke sekitar ruangan tempatnya berada saat ini. Ia pantang menyerah meski sering ketinggalan oleh kedua kembarannya, kaki kecilnya yang pendek tanpa henti terus berusaha mengejar kembarannya yang terus berada di posisi depan."Sayang! Sini peluk Daddy!" Gabriel berteriak dengan suara lantang berharap dapat mengalihkan Arletta kecil dari kegiatan yang sedang dikerjakannya saat ini.Arletta yang dipanggil bahkan tidak menoleh ke arah Gabriel, ia masih sibuk dengan kegiatan yang tengah ia lakukan meski sering jatuh tersandung. Tampakn
"Kenapa dengan tangan Tante Kelly?" tanya Alexa penasaran."Lincah, cepat dan sangat cantik kelihatannya." Arletta menjawab dengan senyuman.Arletta memang sering diantar ke tempat Kelly, Arletta juga akan menginap di sana selama beberapa hari hanya untuk mengagumi kelincahan jemari Kelly dalam bekerja di depan komputer miliknya.Apalagi saat Kelly bermain game, Arletta akan dengan gembira menjadi penyemangat Kelly sebagai pemandu sorak. Arletta lebih dekat kepada Kelly dibandingkan dengan dirinya dan Gabriel.Hal itu sering menimbulkan kecemburuan di hati Alexa hingga sering bertengkar dengan Kelly demi memperebutkan hak bermalam Arletta.Wajah cantiknya yang bahagia membuat dia terlihat lebih indah dari biasanya.***"Letta! Di mana kau?" teriak Alfred keras saat dia tidak kunjung menemukan keberadaan Arletta yang katanya akan ikut bersama di SM Algriel ke kantor."Ada apa, Kak?" Suara malas yang terdengar dari balik dapur me
Siang menjelang, mentari sudah naik tinggi di peraduan. Terik sinarnya membuat beberapa orang memilih untuk bersantai di tempat teduh maupun di rumah.Alfred yang saat ini tengah berkumpul bersama teman-temannya di luar tampak menikmati sinar mentari yang menerjang seisi dunia. Mereka tengah duduk ditepi pantai menikmati cuaca dengan sebuah kelapa muda dan juga minuman lainnya."Apakah kau tahu kelakuan kembaranmu yang perempuan?" Seseorang bertanya pada Alfred yang tengah menikmati kelapa muda miliknya.Alfred menaikkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu."Memangnya dia melakukan apa?" tanya Alfred santai seolah-olah dia tidak tahu hal apa yang dilakukan oleh Arletta."Dia menolak anak pengusaha kaya lagi. Apakah dia itu tidak normal? Banyak laki-laki yang mengejar dan rela melakukan apa saja demi dirinya tapi dia? Dia sedikitpun tidak menaruh perhatian dan hanya bermain-main saja. Apa dia tidak takut mend