Arletta benar-benar bingung dengan pria di depannya. Melihat Arletta benar-benar sudah melupakan dirinya, pria tampan itu berjalan mendekat dan menunduk ke arah Arletta yang masih belum sepenuhnya sadar.
"Kau harus ingat, saat kau di bawah pengaruh obat perangsang waktu itu, kau mengambil keuntungan dariku dan mengambil keperjakaan milikku. Kau juga meninggalkan aku setelah paginya kau terbangun." Pria tampan itu bergerak semakin dekat membuat Arletta benar-benar tidak berkutik.
"Apa yang kau mau? Aku juga menderita kehilangan saat itu," keluh Arletta dengan wajah menyedihkan.
Arletta akhirnya ingat, saat itu setelah bangun dan waktunya sangat mendesak dengan kedatangan kedua kembarannya. Arletta pergi meninggalkan pria yang menjadi penolongnya malam itu.
"Kau tahu, aku belum pernah disentuh oleh siapapun sampai saat kau mengambil keuntungan dariku. Aku juga sudah kehilangan banyak dan berusaha mencarimu dan sekarang setelah kita bertemu, kau mau kabur atau lari lagi dari tanggung jawabmu?" Pria itu melipat tangannya di dada sembari menatap tajam Arletta.
"Kau butuh uang?" Arletta bertahan dengan wajah polos membuat pria tampan di depannya memutar mata.
"Aku ingin tubuhmu sebagai ganti rugi. Aku juga akan tinggal denganmu mulai sekarang, kau tidak perlu takut! Aku bisa memasak dan membersihkan rumah jadi kau tidak perlu repot-repot membersihkan rumah dan perutmu lagi." Pria tampan itu tersenyum kecil.
"Astaga, apakah benar-benar ada laki-laki yang mau mengerjakan pekerjaan rumah?" Arletta bertanya dengan lirih.
"Selain itu apalagi yang kau inginkan?" tanya Arletta sembari mengangkat kepala. Entah bagaimana Arletta merasa pria di depannya tidak berbahaya sama sekali.
"Kau tidak boleh berdekatan dengan pria lain, kontak fisik dengan pria lain. Dan yang lebih penting kau tidak boleh memiliki hubungan apapun dengan pria lain." Satu-persatu pria itu mengucapkan kata-kata lantang yang terlihat seperti ancaman.
"Baiklah," angguk Arletta dengan cepat seraya bangkit dari tempat tidur.
"Kau tidak boleh menyentuh diriku tanpa izin, kau tidak boleh memegang barangku seenaknya dan kau tidak boleh mengajak perempuan manapun ke sini. Aku tidak suka kebisingan apalagi keributan." Arletta juga mengatakan syarat yang dimilikinya.
"Jadi, aku boleh menyentuhmu ketika kau izinkan begitu? Sayangnya aku tidak suka dengan syarat yang kau ajukan sebab aku, sudah tidak tahan lagi ingin menyentuh dan memakanmu." Pria itu bergerak maju dengan cepat dan meraih pinggang Arletta.
Tanpa menunggu persetujuan Arletta dia langsung mencuri ciuman dari bibir indah Arletta yang sejak tadi menjadi incarannya.
"Manis, sama seperti malam itu." Pria itu terlihat senang dengan wajah tampan menyeringai penuh kemenangan.
Arletta benar-benar tidak mampu untuk melawannya kembali. Membuat tubuhnya benar-benar tidak bisa menentang keinginan pria tampan di depannya.
"Kau adalah milikku, aku mendengarkanmu dan kau mendengar apa yang aku ucapkan." Ini jelas ancaman namun Arletta tidak merasakan takut sama sekali. Senyumnya makin mengembang saat ia melihat wajah tampan di depannya.
"Aku tidak suka diperintah, aku akan melakukan apapun yang aku suka dan tidak ada yang bisa melarangnya." Arletta berbisik di telinga pria itu dengan nakal.
"Kau nakal juga ternyata tapi aku tahu belum ada satu pun laki-laki yang memasuki dirimu selain aku jadi, kau tidak bisa menentang ucapanku atau aku akan mengirim bukti keterlibatan kau dengan dunia bawah." Pria tampan itu berbisik di telinga Arletta sembari menjilat telinga Arletta yang putih bersih.
Arletta benar-benar bingung dengan tindakan apa yang harus diambilnya sekarang, dia juga tidak mengerti kenapa ada yang bisa memasuki rumahnya dan mendapatkan keuntungan darinya seperti ini begitu saja.Arletta bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Langkah kakinya yang anggun membuat dia terlihat cantik dan menambah gairah si pria."Cantik dan menarik, semakin lama aku semakin ingin memiliki Arletta. Sekian lama mencari akhirnya aku menemukanmu dan aku tidak akan melepasmu sekalipun." Pria tampan itu berbisik lembut dengan tangan di bibirnya.Arletta melepas semua pakaiannya dan mandi di bawah shower, setelah membilas bersih tubuhnya Arletta ke luar dari kamar mandi dengan handuk mandi melilit di tubuhnya rampingnya."Kau masih di sini?" tanya Arletta bingung dan juga heran. Arletta melipat tangannya di dada dan masih bertahan berdiri di depan kamar mandi, rambut panjang Arlet
"Ya, aku mendengar dari mulut ke mulut kalau anak perempuan Gabriel adalah perusak kepercayaan laki-laki. Aku juga mendengar bahwa ia mengganti kekasihnya layaknya ia mengganti pakaian sehari-hari." Pria itu mengangguk dengan tenang tapi wajahnya menyunggingkan senyuman yang membuat bulu kuduk Arletta berdiri."Lalu ... apa kau masih ingin tinggal bersamaku?" tanya Arletta usil dengan wajah penuh kepercayaan diri.Arletta yakin dengan nama buruk yang disandangnya maka tidak akan ada pria yang ingin bersamanya secara serius, dia benar-benar tidak ingin ada pria di sampingnya. "Tentu saja aku masih mau, sebab aku tahu kalau yang pernah memasuki dirimu dan berada di dalamnya sangat lama hanyalah diriku." Pria tampan itu tersenyum dengan penuh kebahagiaan.Dia sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaan dari semua mantan Arletta dan semuanya mengatakan jika bersama Arletta mereka hanya bisa sekedar memegang tangan di keramaian. Bahkan kontak lebih dengan Arletta hanyalah sekedar memelu
Arletta melepaskan diri dari Albert dengan cepat, perasaan berbahaya yang diberikan Albert padanya membuat Arletta harus memikirkan cara lain. Arletta belum siap untuk tindakan lebih, bayangan luka yang diterima neneknya serta rasa sakit yang ditanggung ibunya membuat Arletta tidak ingin terjebak dalam sebuah hubungan tidak pasti.Arletta tidak ingin semua hal buruk itu memasuki hidupnya dan menghancurkan dirinya tanpa sisa. Arletta tidak akan memberikan kesempatan untuk pria melukainya dan hanya dia yang bisa melukai pria manapun sesuka hatinya."Aku lapar, buatkan aku makanan sesuai dengan yang kau janjikan!" Arletta melangkah menjauh dan memilih melihat pemandangan membosankan di jendela."Baiklah, kau harus ingat hal ini Arletta! Jika kau ingin aku menjadi budakmu maka kau harus memberikan aku sesuatu yang aku inginkan. Aku tidak sama dengan laki-lakimu yang lain. Aku Berbeda," tegas Albert dengan senyuman sebelum membalik badannya melangkah ke luar kamar Arletta."Huh, dia pikir a
"Sayang sekali! Aku sedang tidak berminat bermain tarik ulur ataupun bermain hati sekarang." Arletta menatap Albert sekilas sebelum berjalan meninggalkan Albert di dapur.Arletta membuka teleponnya dan berselancar dengan mudah di sana. Pertama-tama, Arletta melihat apakah ada yang meminta tolong atau ada pekerjaan untuknya. Setelah memastikan kalau dia tidak memiliki pekerjaan Arletta mulai berseluncur di dunia maya melihat berita terbaru.Saat sedang berselancar, matanya tiba-tiba menemukan sebuah nama. Arletta memperhatikan apa yang sedang dilakoni oleh orang itu hingga dia bisa muncul di kalangan atas.Kisah cinta manis pengusaha tampan dan seorang artis cantik.Artis muda Elin Yunita sekarang sedang menjalani hubungan diam-diam dengan seorang pengusaha tampan dan mapan Arzein Fernando. Hubungan keduanya dikatakan berjalan lancar meski ada isu miring yang mengatakan kalau Arzein tidak terlalu mengekspose hubungan mereka ke media.Berita itu ditulis dengan tulisan besar dan rapi. Ar
Seorang gadis kecil berlari dengan riang mengikuti langkah kaki dua kembarannya yang sedang asik bermain kejar-kejaran ke sana-kemari. Gadis kecil itu mengenakan gaun merah lembut dengan rambut diikat ke atas memperlihatkan leher putih miliknya. Ia juga memakai sendal berwarna senada dengan gaun yang ia kenakan, sekilas dia terlihat manis dan menarik.Si kecil tampak bersemangat dengan senyuman lebar di bibirnya sembari melangkah menuju ke sekitar ruangan tempatnya berada saat ini. Ia pantang menyerah meski sering ketinggalan oleh kedua kembarannya, kaki kecilnya yang pendek tanpa henti terus berusaha mengejar kembarannya yang terus berada di posisi depan."Sayang! Sini peluk Daddy!" Gabriel berteriak dengan suara lantang berharap dapat mengalihkan Arletta kecil dari kegiatan yang sedang dikerjakannya saat ini.Arletta yang dipanggil bahkan tidak menoleh ke arah Gabriel, ia masih sibuk dengan kegiatan yang tengah ia lakukan meski sering jatuh tersandung. Tampakn
"Kenapa dengan tangan Tante Kelly?" tanya Alexa penasaran."Lincah, cepat dan sangat cantik kelihatannya." Arletta menjawab dengan senyuman.Arletta memang sering diantar ke tempat Kelly, Arletta juga akan menginap di sana selama beberapa hari hanya untuk mengagumi kelincahan jemari Kelly dalam bekerja di depan komputer miliknya.Apalagi saat Kelly bermain game, Arletta akan dengan gembira menjadi penyemangat Kelly sebagai pemandu sorak. Arletta lebih dekat kepada Kelly dibandingkan dengan dirinya dan Gabriel.Hal itu sering menimbulkan kecemburuan di hati Alexa hingga sering bertengkar dengan Kelly demi memperebutkan hak bermalam Arletta.Wajah cantiknya yang bahagia membuat dia terlihat lebih indah dari biasanya.***"Letta! Di mana kau?" teriak Alfred keras saat dia tidak kunjung menemukan keberadaan Arletta yang katanya akan ikut bersama di SM Algriel ke kantor."Ada apa, Kak?" Suara malas yang terdengar dari balik dapur me
Siang menjelang, mentari sudah naik tinggi di peraduan. Terik sinarnya membuat beberapa orang memilih untuk bersantai di tempat teduh maupun di rumah.Alfred yang saat ini tengah berkumpul bersama teman-temannya di luar tampak menikmati sinar mentari yang menerjang seisi dunia. Mereka tengah duduk ditepi pantai menikmati cuaca dengan sebuah kelapa muda dan juga minuman lainnya."Apakah kau tahu kelakuan kembaranmu yang perempuan?" Seseorang bertanya pada Alfred yang tengah menikmati kelapa muda miliknya.Alfred menaikkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu."Memangnya dia melakukan apa?" tanya Alfred santai seolah-olah dia tidak tahu hal apa yang dilakukan oleh Arletta."Dia menolak anak pengusaha kaya lagi. Apakah dia itu tidak normal? Banyak laki-laki yang mengejar dan rela melakukan apa saja demi dirinya tapi dia? Dia sedikitpun tidak menaruh perhatian dan hanya bermain-main saja. Apa dia tidak takut mend
"Siapa yang menyuruhmu berdiri di depanku?" tanya Arletta dengan nada sangat tidak ramah, Arletta menatap dua orang di depannya dengan pandangan tidak suka serta tatapan peringatan, dia benar-benar benci diganggu saat sedang bekerja seperti ini."Bisakah Anda ikut kami sebentar, Nona?" tanya dua orang itu dengan senyuman yang dipaksakan. Semua itu terlihat jelas dari bibir mereka yang tersenyum tapi pipi dan mata mereka tidak menunjukkan hal itu sama sekali."Tahukah kalian tentang sebuah pepatah? Jangan menganggu harimau yang sedang tidur!" bentak Arletta kesal.Arletta paling benci ada orang yang menganggu kesenangannya. Dan dia benar-benar tidak suka ada orang yang sedang menghentikan dirinya memotret bahkan jika orang itu adalah keluarganya sendiri."Jangan banyak bicara! Kita tinggal menarik dan memaksanya saja untuk ikut bersama kita." Pria lain berbicara keras pada temannya, hanya satu tujuannya berkata seperti itu, ialah untuk mengancam Arletta ik