"Kenapa dengan tangan Tante Kelly?" tanya Alexa penasaran.
"Lincah, cepat dan sangat cantik kelihatannya." Arletta menjawab dengan senyuman.
Arletta memang sering diantar ke tempat Kelly, Arletta juga akan menginap di sana selama beberapa hari hanya untuk mengagumi kelincahan jemari Kelly dalam bekerja di depan komputer miliknya.
Apalagi saat Kelly bermain game, Arletta akan dengan gembira menjadi penyemangat Kelly sebagai pemandu sorak. Arletta lebih dekat kepada Kelly dibandingkan dengan dirinya dan Gabriel.
Hal itu sering menimbulkan kecemburuan di hati Alexa hingga sering bertengkar dengan Kelly demi memperebutkan hak bermalam Arletta.
Wajah cantiknya yang bahagia membuat dia terlihat lebih indah dari biasanya.
***
"Letta! Di mana kau?" teriak Alfred keras saat dia tidak kunjung menemukan keberadaan Arletta yang katanya akan ikut bersama di SM Algriel ke kantor.
"Ada apa, Kak?" Suara malas yang terdengar dari balik dapur membuat Alfred menganga tidak percaya.
"Kau masuk dapur?" tanya Alfred terkejut. Alfred berjalan mendekat ke arah Arletta dengan langkah lebar agar cepat sampai di mana Arletta tengah sibuk memotong dan menumis sesuatu secara santai.
"Mau bagaimana lagi? Jika mengharap salah satu dari kalian memasak sesuatu untukku maka aku akan mati kelaparan terlebih dahulu," ejek Arletta dengan wajah masam sembari mengerakkan bahunya ke atas secara serentak.
"Terima kasih, Tuhan! Akhirnya wanita setengah jadi ini memasuki dapur juga." Alfred nampak bersyukur dengan tangan dan wajah menengadah ke atas.
Alfred bahkan memasuki dapur lebih dalam untuk melihat jenis masakan apa yang Arletta masak pagi ini, sebuah keajaiban yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Sejak dulu, sejak mereka kecil dan sampai mereka kuliah, tidak pernah sekalipun Alfred melihat kembarannya berada di dapur.
"Apa-apaan dengan tampang yang kau perlihatkan itu? Kau pikir aku ini bukan wanita sejati apa?" tanya Arletta marah.
Wajahnya berubah cemberut dengan pisau yang menunjuk ke arah Alfred, satu tangannya lagi berada di pinggang. Jika seperti ini, Arletta terlihat seperti seorang ibu-ibu yang akan memarahi anaknya yang terlalu bandel dan tidak bisa diatur.
"Selama ini mana mau kau masuk ke dapur? Kau melihat dapur saja seperti melihat monster," ejek Alfred dengan cemoohan yang terlihat jelas.
Alfred merasa apa yang dia katakan adalah kebenaran, padahal dia sendiri jarang berada di rumah dan lebih sering berada di apartemennya. Alfred hanya akan pulang ke rumah jika ada kegiatan penting saja di rumah, itupun kalau sudah dipaksa oleh Alexa dengan tangisan.
Tidak mau meladeni keisengan Alfred lagi, Arletta kembali melanjutkan memotong sayuran yang akan dimasaknya. Arletta tampak sangat berpengalaman, dia dengan cekatan memotong sayuran hingga ukuran mereka hampir sama panjang.
Algriel yang mencium aroma masakan pun ikut turun dari lantai dua apartemen mereka saat ini, Algriel memperbaiki lengan bajunya untuk mencari kenyamanan.
Ya, ketiganya memutuskan untuk tinggal berbeda negara dengan kedua orangtuanya. Arletta juga mengikuti kedua kembarannya lantaran dia tidak suka hidup terkekang bersama kedua orangtuanya, jika bersama Gabriel kebebasan Arletta serasa direnggut karena ke manapun dia pergi Gabriel pasti akan mengirim orang untuk mengikuti mereka.
"Kau memasak?" Lagi, sebuah pertanyaan serupa datang dan memasuki indra pendengaran Arletta.
Algriel menghentikan gerakan tangannya lantaran dia heran melihat kembarannya yang dijaga semua orang layaknya berlian mahal ini memasuki dapur sekarang. Aroma makanan yang dimasak Arletta terlihat menggugah selera hingga perutnya terasa lapar.
"Menunggu kalian memasak untukku sama dengan menunggu aku mati kelaparan." Arletta menjawab dengan sinis dengan bibir mengerucut.
Wajahnya terlihat masam dan penuh dengan ejekan yang tersembunyi, dia memindai ke-dua suadaranya yang sudah rapi lalu melihat pakaiannya yang masih acak-acakan. Arletta menyunggingkan senyuman jahat saat sebuah pikiran buruk merasuk ke dalam otaknya.
'Beruntung aku rajin melihat mommy memasak bersama nenek kalau tidak aku benar-benar tidak bisa memasak sama sekali.' Arletta membatin.
Tinggal bersama dua kembarannya kerap kali membuat Arletta hampir mati lemas karena terlambat makan, di rumah mereka sama sekali tidak menyewa koki ataupun pelayan dengan alasan mereka takut privasi mereka terganggu. Alasan kuno untuk seorang pria yang tidak memiliki sesuatu disimpan di rumah, kadang Arletta merasa dua kembarannya ini tidak memiliki uang di tangan mereka.
"Salah sendiri, siapa yang menyuruhmu untuk ikut kami. Kalau kau mau kau bisa tinggal sendiri juga," ejek Algriel dengan senyuman penuh cemoohan.
Algriel melirik ke arah Alfred yang sudah memakai pakaian santai dan terlihat ingin ke luar dari rumah, Alfred memang tidak seperti orang lain yang ke kantor menggunakan seragam lengkap. Alfred mengatakan dia lebih nyaman bekerja seperti itu, untung perusahaan itu milik ayah mereka jika tidak mungkin dia sudah lama dipecat.
"Baiklah, aku akan membeli rumah sendiri dan tinggal sendiri. Jika kalian merindukan diriku jangan harap aku mau menemui kalian." Arletta melontarkan ancaman mautnya, sejak dulu dia tidak diizinkan tinggal di luar rumah seperti dua saudaranya.
Setelah memasukkan semua potongan sayur yang telah ia cuci dengan bersih Arletta memilih menutup panci tadi dan melangkah ke luar dari dapur dengan anggunnya. Sesekali Arletta akan mengibaskan rambutnya yang diikat ekor kuda itu bahkan hampir saja rambutnya mengenai wajah tampan Algriel.
"Aku ragu kau kembaran kami?" Algriel melipat tangannya sembari bersandar di pintu dapur melihat tingkah mengemaskan Arletta yang benar-benar terlihat bandel dan nakal.
Ini adalah jurus jitu yang akan mereka keluarkan jika ingin mengganggu Arletta sebab Arletta paling benci tidak diakui sebagai anak orangtuanya. Arletta akan merajuk dan tidak akan berbicara dengan mereka selama beberapa hari, hal ini akan dilakukan Alfred dan Algriel jika tidak ingin diganggu oleh Arletta.
"Aku juga ragu dia anak Mommy dan Daddy. Dia tidak memiliki satupun sifat dari mommy ataupun Daddy dan darah yang mengalir di nadinya sepertinya bukan darah keluarga kita." Alfred ikut mencemooh dengan suara lantang.
Hal itu sukses memacu kemarahan Arletta, bibirnya bergerak-gerak beberapa kali dengan kemarahan menggebu di dalam hatinya. Arletta menatap tajam kedua saudaranya lalu meletakkan tangan di pinggang dengan wajah memerah.
"Hem, kalian benar! Aku memang bukan kembaran kalian, aku juga bukan anak Daddy. Aku ini cucu dari Kelvin jadi mana mungkin aku saudara kalian yang nyatanya adalah cucu Aretha." Arletta mengangguk mengiyakan membuat wajah kedua kembarannya berubah masam.
"Tidak seru!" Alfred memutar matanya malas mendengar perbandingan yang dikatakan oleh Arletta.
Semua orang tahu kalau Arletta adalah cucu kesayangan Kelvin dan seluruh paman-paman dan kakek yang mereka miliki.
Sedari kecil Arletta sudah menjadi rebutan dalam keluarga, membuat mereka berdua merasa tersaingi.
Siang menjelang, mentari sudah naik tinggi di peraduan. Terik sinarnya membuat beberapa orang memilih untuk bersantai di tempat teduh maupun di rumah.Alfred yang saat ini tengah berkumpul bersama teman-temannya di luar tampak menikmati sinar mentari yang menerjang seisi dunia. Mereka tengah duduk ditepi pantai menikmati cuaca dengan sebuah kelapa muda dan juga minuman lainnya."Apakah kau tahu kelakuan kembaranmu yang perempuan?" Seseorang bertanya pada Alfred yang tengah menikmati kelapa muda miliknya.Alfred menaikkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu."Memangnya dia melakukan apa?" tanya Alfred santai seolah-olah dia tidak tahu hal apa yang dilakukan oleh Arletta."Dia menolak anak pengusaha kaya lagi. Apakah dia itu tidak normal? Banyak laki-laki yang mengejar dan rela melakukan apa saja demi dirinya tapi dia? Dia sedikitpun tidak menaruh perhatian dan hanya bermain-main saja. Apa dia tidak takut mend
"Siapa yang menyuruhmu berdiri di depanku?" tanya Arletta dengan nada sangat tidak ramah, Arletta menatap dua orang di depannya dengan pandangan tidak suka serta tatapan peringatan, dia benar-benar benci diganggu saat sedang bekerja seperti ini."Bisakah Anda ikut kami sebentar, Nona?" tanya dua orang itu dengan senyuman yang dipaksakan. Semua itu terlihat jelas dari bibir mereka yang tersenyum tapi pipi dan mata mereka tidak menunjukkan hal itu sama sekali."Tahukah kalian tentang sebuah pepatah? Jangan menganggu harimau yang sedang tidur!" bentak Arletta kesal.Arletta paling benci ada orang yang menganggu kesenangannya. Dan dia benar-benar tidak suka ada orang yang sedang menghentikan dirinya memotret bahkan jika orang itu adalah keluarganya sendiri."Jangan banyak bicara! Kita tinggal menarik dan memaksanya saja untuk ikut bersama kita." Pria lain berbicara keras pada temannya, hanya satu tujuannya berkata seperti itu, ialah untuk mengancam Arletta ik
"Aku kejam katamu? Siapa yang paling kejam dan tidak berperasaan sekarang? Aku atau kalian berdua, kalian adalah kekasih dan sahabatku. Semua orang tahu akan itu dan kita bahkan akan bertunangan dalam beberapa hari lagi, sekarang kau mengatakan dia hamil di depanku tanpa rasa bersalah sama sekali." Wanita itu berhenti sejenak untuk mengambil napas, senyum jahat yang tercetak jelas di bibirnya membuat ke-dua orang di depannya ketakutan bukan main."Tapi kau tidak berhak melakukan semua itu, kau bisa menghancurkan karir yang selama ini telah dibangun oleh Stella dengan baik. Dia hanya ingin bersama dengan lelaki yang dicintainya, apa itu salah?" tanya pria itu dengan nada suara meninggi."Apa? Aku sudah membantu dirinya sejak awal dia memasuki dunia hiburan, aku memohon pada kakakku untuk memasukkan dia ke dalam perusahaan manajemen aktris miliknya tapi ini balasan yang dia berikan padaku. Sekarang, aku hanya mengambil apa yang telah aku berikan sebagai teman padanya, ka
Arletta benar-benar bingung dengan pria di depannya. Melihat Arletta benar-benar sudah melupakan dirinya, pria tampan itu berjalan mendekat dan menunduk ke arah Arletta yang masih belum sepenuhnya sadar."Kau harus ingat, saat kau di bawah pengaruh obat perangsang waktu itu, kau mengambil keuntungan dariku dan mengambil keperjakaan milikku. Kau juga meninggalkan aku setelah paginya kau terbangun." Pria tampan itu bergerak semakin dekat membuat Arletta benar-benar tidak berkutik."Apa yang kau mau? Aku juga menderita kehilangan saat itu," keluh Arletta dengan wajah menyedihkan.Arletta akhirnya ingat, saat itu setelah bangun dan waktunya sangat mendesak dengan kedatangan kedua kembarannya. Arletta pergi meninggalkan pria yang menjadi penolongnya malam itu."Kau tahu, aku belum pernah disentuh oleh siapapun sampai saat kau mengambil keuntungan dariku. Aku juga sudah kehilangan banyak dan berusaha menca
Arletta benar-benar bingung dengan tindakan apa yang harus diambilnya sekarang, dia juga tidak mengerti kenapa ada yang bisa memasuki rumahnya dan mendapatkan keuntungan darinya seperti ini begitu saja.Arletta bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Langkah kakinya yang anggun membuat dia terlihat cantik dan menambah gairah si pria."Cantik dan menarik, semakin lama aku semakin ingin memiliki Arletta. Sekian lama mencari akhirnya aku menemukanmu dan aku tidak akan melepasmu sekalipun." Pria tampan itu berbisik lembut dengan tangan di bibirnya.Arletta melepas semua pakaiannya dan mandi di bawah shower, setelah membilas bersih tubuhnya Arletta ke luar dari kamar mandi dengan handuk mandi melilit di tubuhnya rampingnya."Kau masih di sini?" tanya Arletta bingung dan juga heran. Arletta melipat tangannya di dada dan masih bertahan berdiri di depan kamar mandi, rambut panjang Arlet
"Ya, aku mendengar dari mulut ke mulut kalau anak perempuan Gabriel adalah perusak kepercayaan laki-laki. Aku juga mendengar bahwa ia mengganti kekasihnya layaknya ia mengganti pakaian sehari-hari." Pria itu mengangguk dengan tenang tapi wajahnya menyunggingkan senyuman yang membuat bulu kuduk Arletta berdiri."Lalu ... apa kau masih ingin tinggal bersamaku?" tanya Arletta usil dengan wajah penuh kepercayaan diri.Arletta yakin dengan nama buruk yang disandangnya maka tidak akan ada pria yang ingin bersamanya secara serius, dia benar-benar tidak ingin ada pria di sampingnya. "Tentu saja aku masih mau, sebab aku tahu kalau yang pernah memasuki dirimu dan berada di dalamnya sangat lama hanyalah diriku." Pria tampan itu tersenyum dengan penuh kebahagiaan.Dia sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaan dari semua mantan Arletta dan semuanya mengatakan jika bersama Arletta mereka hanya bisa sekedar memegang tangan di keramaian. Bahkan kontak lebih dengan Arletta hanyalah sekedar memelu
Arletta melepaskan diri dari Albert dengan cepat, perasaan berbahaya yang diberikan Albert padanya membuat Arletta harus memikirkan cara lain. Arletta belum siap untuk tindakan lebih, bayangan luka yang diterima neneknya serta rasa sakit yang ditanggung ibunya membuat Arletta tidak ingin terjebak dalam sebuah hubungan tidak pasti.Arletta tidak ingin semua hal buruk itu memasuki hidupnya dan menghancurkan dirinya tanpa sisa. Arletta tidak akan memberikan kesempatan untuk pria melukainya dan hanya dia yang bisa melukai pria manapun sesuka hatinya."Aku lapar, buatkan aku makanan sesuai dengan yang kau janjikan!" Arletta melangkah menjauh dan memilih melihat pemandangan membosankan di jendela."Baiklah, kau harus ingat hal ini Arletta! Jika kau ingin aku menjadi budakmu maka kau harus memberikan aku sesuatu yang aku inginkan. Aku tidak sama dengan laki-lakimu yang lain. Aku Berbeda," tegas Albert dengan senyuman sebelum membalik badannya melangkah ke luar kamar Arletta."Huh, dia pikir a
"Sayang sekali! Aku sedang tidak berminat bermain tarik ulur ataupun bermain hati sekarang." Arletta menatap Albert sekilas sebelum berjalan meninggalkan Albert di dapur.Arletta membuka teleponnya dan berselancar dengan mudah di sana. Pertama-tama, Arletta melihat apakah ada yang meminta tolong atau ada pekerjaan untuknya. Setelah memastikan kalau dia tidak memiliki pekerjaan Arletta mulai berseluncur di dunia maya melihat berita terbaru.Saat sedang berselancar, matanya tiba-tiba menemukan sebuah nama. Arletta memperhatikan apa yang sedang dilakoni oleh orang itu hingga dia bisa muncul di kalangan atas.Kisah cinta manis pengusaha tampan dan seorang artis cantik.Artis muda Elin Yunita sekarang sedang menjalani hubungan diam-diam dengan seorang pengusaha tampan dan mapan Arzein Fernando. Hubungan keduanya dikatakan berjalan lancar meski ada isu miring yang mengatakan kalau Arzein tidak terlalu mengekspose hubungan mereka ke media.Berita itu ditulis dengan tulisan besar dan rapi. Ar