Beranda / Romansa / Broken Flower / 53. Hidden Truth

Share

53. Hidden Truth

Penulis: Ikabelatrix
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-07 18:27:00
Di tengah sorotan lampu yang gemerlap dan aroma uang kertas yang menguar, Afro Maccini berjalan memasuki lobi megah kasino. Langkahnya terburu-buru, matanya menyapu ruangan dengan cepat, mencari sosok yang telah lama tak bertemu. Suara mesin slot yang berdering dan gemerisik tawa dari para penjudi membuatnya semakin gelisah.

Dengan pakaian yang sedikit berantakan, tangannya mengkepal erat. Dia bergerak dengan cepat melewati bar yang dipenuhi dengan orang-orang yang sedang menikmati minuman mahal mereka. Afro bisa merasakan denyutan jantungnya semakin cepat, karena waktu menjadi musuhnya.

Saat dia melintasi ruang utama menuju area permainan VIP, dia melihat pria yang merupakan saudaranya. Seorang pria dengan setelan jas rapi yang dia cari sedang duduk di meja poker, diapit oleh dua orang wanita yang menyemangatinya. Afro mempercepat langkahnya bersama hatinya yang berdegup kencang. Dia tahu bahwa pertemuan ini akan menentukan segalanya.

"Drake!" seru Afro dengan napas tersengal-sengal.

Ikabelatrix

Maafkan aku kerena menambahkan karakter baru di sini. Tapi gak perlu kalian pedulikan juga. Untuk kalian yg sudah baca Black Rose mungkin sedikit ingat awal konflik antara Alfonso - Fredo Maccini - Afro Maccini - Zack/ David Stamford. Masih inget gak kenapa Alfonso sampai marah? Tapi di sini hanya diceritakan dendam Alfonso pada Afro yg akan diakhiri oleh James. Btw, karakter siapa yg paling kalian benci? Aku, sich mulai gemes sama Helena..

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Broken Flower   54. Longing and anger

    Grassiela duduk di depan meja riasnya dengan tatapan kosong. Tangannya gemetar saat ia menyeka bedak di pipinya dengan kuas yang halus. Sorot matanya yang hilang menunjukkan betapa hampa hatinya seperti angin dingin yang menusuk ke dalam jiwa yang terluka. Make up yang dia poleskan hanyalah topeng tipis untuk menyembunyikan kepedihan di hati.Dia mengingat pertengkaran pahit yang terjadi dengan ibunya, kata-kata pedas yang terucap membuatnya terluka lebih dalam lagi. Betapa ironisnya, di saat seperti ini, Grassiela bahkan tidak tahu pesta macam apa yang sedang diadakan oleh kedua orang tuanya. Seutas senyum terlukis. Meski hatinya berkecamuk dalam kepedihan, kehadirannya di pesta itu akan memberinya kesempatan yang baik.Grassiela memilih sebuah gaun malam berwarna hitam yang anggun dari lemari pakaiannya. Dia membiarkan gaun itu jatuh meluncur dengan gemulai di atas tubuhnya, menciptakan siluet yang mempesona. Dengan menata kembali hatinya yang telah retak, Grassiela bertekad untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Broken Flower   55. Traitors

    Grassiela terperangah bersama ketakutan yang merayap dalam diri saat menyadari bahwa ayahnya sengaja menggelar pesta ini untuk melancarkan sebuah rencana licik. Dia tak menduga bahwa Alfonso diam-diam memiliki rencana untuk mengkhianati James dengan mencoba membunuhnya.Melupakan segala macam perasaan marah dan frustasi yang sebelumnya melanda pikiran, naluri Grassiela mendorongnya untuk bertindak. Dia hendak berlari menuju James untuk menyelamatkannya, namun pasangan-pasangan yang berdansa di sekeliling lantai dansa menghalangi jalannya. Sementara pandangan James yang tak menyadari bahaya yang mengancamnya membuat Grassiela semakin terserang panik.Ini tidak boleh terjadi!Di balkon yang gelap dan tersembunyi itu, seseorang yang telah menerima upah yang sepadan siap membidik sosok James Draxler dan melenyapkannya. Namun sebelum pelatuk ditarik, Fausto muncul secara tiba-tiba, menghadang penembak dengan penuh kekuatan. Dalam kegelapan dan kebisingan pesta, mereka terlibat perkelahian

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Broken Flower   56. Desire and ambition

    Di dalam ruangan kamar yang gelap, Grassiela berdiri di bingkai jendela yang terbuka. Angin malam membelai rambut indahnya, menciptakan ilusi kecantikan yang hampir menyentuh kesempurnaan. Namun di kedua mata biru itu terpancar kegelisahan yang tak tersembunyi."Dia akan datang," bisik Grassiela pada dirinya sendiri, suara lembutnya terdengar rapuh di tengah keheningan malam.Terdengar suara pintu terbuka dengan derit yang mengiris keheningan. Grassiela menahan napasnya, dadanya berdebar seakan siap melompat keluar dari tubuhnya. Dia tahu siapa yang datang, tetapi itu tidak membuatnya lebih siap.Dan di ambang pintu, sosok James muncul dengan langkah yang menghantui. Wajahnya yang dingin penuh dengan kekejaman. Sementara sepasang mata kelabunyanya yang tajam menusuk ke dalam jiwa Grassiela dari belakang."Tersenyumlah, istriku," desis James dengan suara yang menusuk. "Kau tahu apa yang terjadi pada mereka yang berani mengkhianatiku."Diam-diam Grassiela menelan ludahnya dengan kesulita

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Broken Flower   57. Promises paid off

    Di dalam ruang kerja bergaya klasik itu, suasana terhimpit dalam ketegangan yang terasa di atmosfir. Wajah Helena dan Alfonso dipenuhi dengan ketidakpercayaan saat mendengar permintaan mengejutkan dari putri tunggal mereka. Tak pernah terlintas dalam dugaan, bahwa Grassiela akan membahas dan meminta hak atas kekayaan keluarga."Dia telah kehilangan akal sehatnya," bisik Helena penuh keheranan.Alfonso hanya terdiam dan menatap putrinya tajam. Di hadapan mereka, Grassiela berdiri tegar, tatapannya seolah menantang kedua orangtuanya."Katakan apa yang kau inginkan sebenarnya?" bentak Alfonso merasakan kesabarannya menipis.Suasana ruangan semakin dipenuhi dengan ketegangan yang terasa menusuk, seolah-olah segala kebenaran yang terpendam dalam hati mereka akhirnya terungkap ke permukaan dengan tak terelakkan.Lantas Grassiela membalas tatapan ayahnya tak kalah tajam. "Kalian tidak pernah mengatakan bahwa aku mempunyai bagian saham di Daxprom sebelumnya. Sekarang aku meminta hak milikku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Broken Flower   58. Passionate desire

    "Aku telah memenuhi janjiku pada ayahmu. Sekarang giliranmu memenuhi janjimu untuk menjadi milikku seutuhnya."Dalam kegelapan ruangan mandi yang hanya diterangi oleh cahaya remang dari lilin-lilin yang tersebar di sekitar bak mandi, Grassiela merasakan hatinya berdebar kencang. Air hangat beraroma floral meresap ke dalam tubuhnya, tetapi tidak bisa menenangkan kegelisahan yang melanda pikirannya. Dia tahu bahwa pertemuan ini menentukan apa yang akan terjadi pada kehidupan mereka berdua.Saat langkah kaki James semakin dekat, beberapa lilin menjadi padam hingga kegelapan itu terasa semakin mencekam. Kehadirannya memenuhi ruangan dengan aura kekuatan dan ketegasan. Jantung Grassiela berdegup kencang, hingga dia menggigit bibirnya sambil mencoba menenangkan diri di tengah ketidakpastian yang melanda.Ketika James berdiri di hadapannya, Grassiela bisa merasakan kehadiran pria itu mengisi setiap celah di antara ketakutan dan harapannya. Dia membalas tatapan dari sepasang mata kelabu yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Broken Flower   59. Lady of the mansion

    Kedatangan kembali sang nyonya rumah, menggemparkan para pekerja di mansion Rublevka. Para pelayan dibuat sibuk membersihkan seluruh wilayah mansion, bahkan mengganti barang-barang yang telah usang. Para pegawai lain pun tak kalah sibuknya dengan kebijakan-kebijakan baru yang Grassiela terapkan. Apakah James mengijinkannya? Tentu saja. Hal itu tertera dalam syarat pernikahan yang telah mereka sepakati di poin pertama; yang menyatakan bahwa Grassiela memiliki kuasa penuh di tempat di mana dia akan tinggal. Dan pagi itu, di dalam perpustakaan megah yang dikelilingi oleh rak-rak buku berlapis kayu mahoni, Grassiela duduk di sebuah kursi berlapis beludru merah. Cahaya matahari yang menerobos melalui jendela besar menciptakan pola bayangan yang indah di atas lantai marmer. Sang nyonya rumah menatap meja kayu di depannya yang penuh dengan dokumen. Di seberangnya, empat orang pegawai inti berdiri dengan sikap hormat. Mereka adalah Runova, kepala pelayan yang berusia lima puluhan dengan ram

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Broken Flower   60. Conspiracy and fear

    Grassiela berdiri di depan cermin besar di kamarnya, memastikan penampilannya sempurna. Gaun biru muda yang elegan melambai-lambai di tubuhnya dengan indah, dan sepasang sepatu hak tinggi putih melengkapi penampilannya. Ia mengambil tas tangan kecil berwarna pastel di meja riasnya dan melangkah keluar kamar. Saat Grassiela turun menuju halaman, ia mendengar suara tawa kasar dari arah lapangan mini golf yang ada di sudut taman rumahnya. Langkahnya melambat, hatinya berdebar tak menentu. Ia tahu bahwa suara itu berasal dari James dan orang-orangnya yang sedang berkumpul di sana. "Grassiela, sayang! Kau mau pergi keluar hari ini?" James menyapa dengan senyum yang terhampar lebar di wajah tampannya. Haruskah Grassiela mengungkapkan bahwa dirinya merasa mual setiap kali suaminya memanggil dengan kata "sayang"? Kita tahu, dia harus lebih banyak bersabar. Meski demikian, Grassiela mencoba membalas senyum itu, memastikan bahwa James masih bisa mempercayainya. "The State Tretyakov Galler

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Broken Flower   61. Arrogance of the moon

    Keheningan malam di mansion megah itu menjadi semakin menegang. Grassiela berdiri kaku di koridor panjang yang remang-remang. Mata birunya yang besar kini membara penuh amarah bercampur dengan cemburu. Sementara Sofia, gadis malang itu, mengenakan gaun tidur tipis yang tidak dapat menyembunyikan bekas kekerasan di tubuh rentannya. Matanya yang sewarna dengan mata milik Grassiela, penuh dengan air mata, menggambarkan ketakutan yang mendalam. "Seekor anjing bahkan tahu jalan untuk pergi dari tempat dimana dia di disakiti," desis Grassiela, suaranya bergetar menahan amarah. Sofia tersentak, tubuhnya gemetar hebat. Dia tidak berani menatap Grassiela, pandangannya tertunduk ke lantai marmer yang dingin. "Maafkan saya, Nyonya... saya tidak punya pilihan," suaranya hampir tak terdengar di tengah keheningan malam. "Tidak punya pilihan? Kau berani mengatakan itu padaku? Di rumah ini?" Kemarahan yang membakar di dalam diri Grassiela bercampur dengan sakit yang mendalam. Dia merasa dikhianat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16

Bab terbaru

  • Broken Flower   107. Unerasable Wound

    Seorang wanita mengemudikan mobilnya dengan tenang, melewati jalan-jalan kota, menuju mansion besar di Newcastle yang telah lama menjadi rumahnya. Setelah beberapa waktu, mobilnya akhirnya berhenti di depan pintu besar mansion. Martha, pelayan yang telah lama bekerja di mansion itu, segera menghampirinya.“Nyonya, ada tamu yang datang,” kata Martha dengan suara pelan, wajahnya menunjukkan sedikit keheranan.“Siapa?”Martha menjawab ragu-ragu, “Nyonya Helena.”Laurine terdiam sejenak. Tanpa berkata lebih lanjut, dia melangkah keluar dari mobil dan menuju taman. Di sana, dia melihat anak laki-lakinya yang masih berusia dua tahun, bermain dengan seorang wanita paruh baya.Laurine mendekat, matanya terfokus pada wanita itu.Helena, tampak senang bermain dengan anak dari keponakannya di taman yang luas. Tangan-tangannya yang lembut membelai rambut anak kecil itu, membuatnya tertawa riang. Sebuah pemandangan yang begitu damai, mes

  • Broken Flower   106. Requiem for the Living

    Langit di luar jendela kamar Grassiela tampak berawan. Tirai tipis bergoyang perlahan tertiup angin. Di dalam kamar yang hangat dan tertata rapi, seorang dokter kandungan wanita, berusia sekitar lima puluhan, tengah menurunkan stetoskopnya dari telinga.Grassiela duduk di atas ranjang dengan bantal menopang punggungnya, mengenakan gaun tidur satin berwarna merah muda. Di sisi lain ruangan, Helena berdiri tampak cemas dan penasaran. Sementara Alexa, berdiri tenang di dekat pintu, memperhatikan dengan saksama.Dokter itu menatap Grassiela dengan senyum tipis. "Kehamilannya sehat, usia janin kira-kira sebelas minggu. Detak jantungnya kuat. Tapi, Anda harus benar-benar menjaga diri, Nona Grassiela. Tidak boleh ada stres berlebih." Grassiela menatap perutnya yang belum begitu tampak membuncit. Tangannya perlahan menyentuhnya. Ada keheningan yang menggantung di udara.Helena berdiri tak jauh dari ranjang, matanya mengamati setiap ger

  • Broken Flower   105. Destroyed

    Di tengah ruang makan yang luas dan temaram, James duduk sendirian di ujung meja panjang dari kayu. Kepulan asap cerutu melayang lambat di udara, mengambang bersama kenangan yang tak juga pudar.Tangannya yang kekar menggenggam cerutu setengah terbakar, sementara matanya menatap kosong ke piring kosong di hadapannya. Tidak ada pembicaraan bisnis, tidak ada suara sendok beradu dengan piring, tidak ada suara Benicio yang suka berdebat mengenai kebijakan bisnis dengan Sergei, tidak ada Alexsei yang mengumpat karena mereka terlalu berisik, dan tidak ada Grassiela yang kesal karena meja makan berubah menjadi tempat rapat dadakan. Kini ruangan itu sunyi. Hampa.James menarik napas dalam, namun dadanya tetap terasa sesak. Ia memejamkan mata. Terlintas bayangan Grassiela yang tersenyum menggodanya, kadang-kadang juga mengomel saat dia sedang marah pada dunia. James biasa melihatnya duduk di kursi itu. Di sampingnya.Tapi sekarang…Ja

  • Broken Flower   104. Shadows of Farewell

    Rintik hujan membasahi kaca jendela mobil hitam yang melaju kencang di jalanan sepi, membelah gelap malam seperti peluru melesat tanpa arah. Di kursi belakang, Benicio duduk gelisah. Kedua tangannya terkepal erat di pangkuan, dan sesekali ia menengok jam tangannya, seakan jarum detik adalah algojo yang memburunya. "Percepat lagi," katanya pada sopir muda di depan. Suaranya dalam dan berat, tapi penuh kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. Lalu pedal gas yang ditekan terdengar jelas setelah itu. Benicio memejamkan matanya. Wajah Grassiela melintas— wajah yang pucat, lemah, dengan napas berat, menggenggam pergelangan tangannya saat ia mengucap: "Sebagai seseorang yang akan dijatuhi hukuman mati, aku berhak meminta sesuatu, bukan?" "Aku ingin kau merahasiakan kondisiku. James tak akan mengetahuinya. Dia tidak akan pernah mendapatkannya." Saat itu, Benicio ingin menolak. Ingin mengatakan bahwa James berhak tahu. Dan fakta itu akan menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawanya dari huk

  • Broken Flower   103. A Queen's Fall

    Hukuman mati. Grassiela berdiri membeku, tubuhnya terasa seakan kehilangan daya saat kata-kata James menghantamnya seperti belati tajam. Matanya membesar dalam keterkejutan yang begitu nyata. "Tak ada lagi pengampunan," suara James terdengar parau, nyaris bergetar, tapi tegas. Sepasang mata kelabunya menatap Grassiela penuh kepedihan. "Kau telah menghancurkan semuanya. Kau membunuh kepercayaanku, membunuh rasa hormatku padamu, membunuh… cintaku." Dunia Grassiela seketika runtuh. Jantungnya berdebar begitu kencang, bukan karena amarah atau ketakutan, tetapi karena kesakitan yang mengoyak hatinya. Semuanya selesai. Bukan karena putusan hukuman mati yang dijatuhkan padanya dengan tidak adil. Melainkan karena Grassiela sudah benar-benar kehilangan cinta James. Kehilangan satu-satunya alasan untuk dia bertahan. James mendekatinya, ekspresinya gelap dan penuh keputusan. "Kau satu-satunya wanita yang membuatku tergila-gila," bisiknya. "Tapi kini aku sadar, terbuai dalam cinta hany

  • Broken Flower   102. Judgment at Dusk

    Langit sudah menjadi gelap ketika Grassiela turun dari mobil, tumit sepatunya menghantam aspal basah di halaman mansion. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu bukan apa-apa dibandingkan dinginnya hatinya saat ini. Di kanan dan kirinya, para pelayan dan pengawal berjejer rapi, menundukkan kepala penuh hormat saat dia melangkah melewati mereka. Grassiela berdiri diam di depan mansion megah itu, kepulangan yang seharusnya menjadi hal biasa justru terasa seperti hukuman. Matanya menelusuri tiap detail bangunan yang pernah ia pikir akan menjadi tempat tinggalnya, tempat di mana ia bisa menyentuh hati James dengan caranya sendiri. Namun, kenyataan telah membuktikan betapa keliru pikirannya. Mansion ini bukan istana tempat ia menjadi permaisuri, melainkan sebuah kurungan yang perlahan-lahan menghancurkan jiwanya. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah mengingatkannya pada semua luka yang pernah terukir di tempat ini. Para pelayan yang berbaris rapi di pintu masuk masih membungk

  • Broken Flower   101. On the Brink of Judgment

    Di dalam ruang rawat yang masih berbau khas antiseptik, Runova sibuk membereskan barang-barang Grassiela ke dalam koper. Tangannya cekatan melipat pakaian, sementara matanya sesekali melirik ke arah Grassiela dan Alexsei yang tengah berbicara di dekat jendela. Grassiela berdiri dengan wajahnya yang masih pucat, namun tatapannya serius. Alexsei, dengan sikap tenangnya yang khas, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan menatapnya dalam. "Jika kau pulang sekarang dan menghadapi James, maka kau akan mendapatkan keputusan saat itu juga," kata Alexsei, suaranya datar namun tegas. Grassiela tidak langsung menjawab. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi langit sore yang mulai berubah jingga. Napasnya terhela pelan sebelum ia berbalik menghadap Alexsei. "Aku siap dengan keputusan apa pun," ucapnya penuh keyakinan. "Aku tidak mau mengulur waktu dengan ketidak pastian. Semua harus diselesaikan secepatnya." Alexsei menatapnya beberapa detik, seolah ingin memastikan

  • Broken Flower   100. Discarded

    Grassiela duduk diam di atas kasur ruang rawat VVIP, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesunyian. Selimut putih membungkus tubuhnya yang terasa lemah, sementara tatapannya kosong menatap jendela besar di seberang ruangan. Matahari sudah mulai tenggelam, menyisakan warna jingga redup di langit. Di sampingnya, Runova dengan sabar mencoba membujuknya untuk makan. “Nyonya, anda harus makan sesuatu. Saya tahu anda tidak nafsu makan, tapi tubuh anda terlalu lemah. Setidaknya beberapa suap saja.” Grassiela tetap diam, pikirannya melayang entah ke mana. Mual, pusing, dan kelelahan terus menggerogoti tubuhnya, tapi bukan itu yang membuatnya merasa benar-benar hancur. Yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa James… mengabaikannya.Ia menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Bagaimana keadaan James?” Runova tampak sedikit terkejut karena akhirnya Grassiela berbicara. “Kondisinya berangsur pulih. Sudah jauh lebih baik sekarang."Grassiela terdiam, mencoba mencerna kaba

  • Broken Flower   99. The Rise of the Boss

    Tangisan bayi pertama itu menggema di ruangan yang dipenuhi oleh dokter dan perawat. Seiring dengan suara tangisnya, sorak sorai dan tepuk tangan bergema di luar ruangan, di antara kerumunan keluarga, rekan bisnis, serta orang-orang kepercayaan Fyodor Draxler. Seorang putra telah lahir. Seorang pewaris. Seorang calon Bos mereka. Masa depan kerajaan bisnis Draxler kini memiliki penerus. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Fyodor justru berdiri membisu di samping ranjang istrinya. Tatapannya kosong, tangannya gemetar saat menggenggam tangan wanita yang kini terbaring tak lagi bernapas. Bibirnya bergetar, mencoba mengucapkan sesuatu, tapi yang keluar hanyalah bisikan berat yang dipenuhi kepedihan. Wanita yang paling dicintainya, yang ia janjikan akan hidup bahagia bersamanya, kini telah pergi. “Selamat, Tuan Draxler. Putra Anda sehat dan kuat.” Fyodor tak menjawab. Ia hanya menunduk, menggenggam tangan istrinya lebih erat, seolah berharap kehangatan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status