Beranda / Romansa / Broken Flower / 58. Passionate desire

Share

58. Passionate desire

Penulis: Ikabelatrix
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-22 18:35:27
"Aku telah memenuhi janjiku pada ayahmu. Sekarang giliranmu memenuhi janjimu untuk menjadi milikku seutuhnya."

Dalam kegelapan ruangan mandi yang hanya diterangi oleh cahaya remang dari lilin-lilin yang tersebar di sekitar bak mandi, Grassiela merasakan hatinya berdebar kencang. Air hangat beraroma floral meresap ke dalam tubuhnya, tetapi tidak bisa menenangkan kegelisahan yang melanda pikirannya. Dia tahu bahwa pertemuan ini menentukan apa yang akan terjadi pada kehidupan mereka berdua.

Saat langkah kaki James semakin dekat, beberapa lilin menjadi padam hingga kegelapan itu terasa semakin mencekam. Kehadirannya memenuhi ruangan dengan aura kekuatan dan ketegasan.

Jantung Grassiela berdegup kencang, hingga dia menggigit bibirnya sambil mencoba menenangkan diri di tengah ketidakpastian yang melanda.

Ketika James berdiri di hadapannya, Grassiela bisa merasakan kehadiran pria itu mengisi setiap celah di antara ketakutan dan harapannya. Dia membalas tatapan dari sepasang mata kelabu yang
Ikabelatrix

Hallo.. Minal aidin wal faizin.. Mohon maaf ya kalau aq ada salah & kekurangan đŸ™đŸ» Yux semangatin lg couple ini 💞

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
amoree
semangat terus kaaa, minalaidinalfaidzin juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Broken Flower   59. Lady of the mansion

    Kedatangan kembali sang nyonya rumah, menggemparkan para pekerja di mansion Rublevka. Para pelayan dibuat sibuk membersihkan seluruh wilayah mansion, bahkan mengganti barang-barang yang telah usang. Para pegawai lain pun tak kalah sibuknya dengan kebijakan-kebijakan baru yang Grassiela terapkan. Apakah James mengijinkannya? Tentu saja. Hal itu tertera dalam syarat pernikahan yang telah mereka sepakati di poin pertama; yang menyatakan bahwa Grassiela memiliki kuasa penuh di tempat di mana dia akan tinggal. Dan pagi itu, di dalam perpustakaan megah yang dikelilingi oleh rak-rak buku berlapis kayu mahoni, Grassiela duduk di sebuah kursi berlapis beludru merah. Cahaya matahari yang menerobos melalui jendela besar menciptakan pola bayangan yang indah di atas lantai marmer. Sang nyonya rumah menatap meja kayu di depannya yang penuh dengan dokumen. Di seberangnya, empat orang pegawai inti berdiri dengan sikap hormat. Mereka adalah Runova, kepala pelayan yang berusia lima puluhan dengan ram

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Broken Flower   60. Conspiracy and fear

    Grassiela berdiri di depan cermin besar di kamarnya, memastikan penampilannya sempurna. Gaun biru muda yang elegan melambai-lambai di tubuhnya dengan indah, dan sepasang sepatu hak tinggi putih melengkapi penampilannya. Ia mengambil tas tangan kecil berwarna pastel di meja riasnya dan melangkah keluar kamar. Saat Grassiela turun menuju halaman, ia mendengar suara tawa kasar dari arah lapangan mini golf yang ada di sudut taman rumahnya. Langkahnya melambat, hatinya berdebar tak menentu. Ia tahu bahwa suara itu berasal dari James dan orang-orangnya yang sedang berkumpul di sana. "Grassiela, sayang! Kau mau pergi keluar hari ini?" James menyapa dengan senyum yang terhampar lebar di wajah tampannya. Haruskah Grassiela mengungkapkan bahwa dirinya merasa mual setiap kali suaminya memanggil dengan kata "sayang"? Kita tahu, dia harus lebih banyak bersabar. Meski demikian, Grassiela mencoba membalas senyum itu, memastikan bahwa James masih bisa mempercayainya. "The State Tretyakov Galler

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Broken Flower   61. Arrogance of the moon

    Keheningan malam di mansion megah itu menjadi semakin menegang. Grassiela berdiri kaku di koridor panjang yang remang-remang. Mata birunya yang besar kini membara penuh amarah bercampur dengan cemburu. Sementara Sofia, gadis malang itu, mengenakan gaun tidur tipis yang tidak dapat menyembunyikan bekas kekerasan di tubuh rentannya. Matanya yang sewarna dengan mata milik Grassiela, penuh dengan air mata, menggambarkan ketakutan yang mendalam. "Seekor anjing bahkan tahu jalan untuk pergi dari tempat dimana dia di disakiti," desis Grassiela, suaranya bergetar menahan amarah. Sofia tersentak, tubuhnya gemetar hebat. Dia tidak berani menatap Grassiela, pandangannya tertunduk ke lantai marmer yang dingin. "Maafkan saya, Nyonya... saya tidak punya pilihan," suaranya hampir tak terdengar di tengah keheningan malam. "Tidak punya pilihan? Kau berani mengatakan itu padaku? Di rumah ini?" Kemarahan yang membakar di dalam diri Grassiela bercampur dengan sakit yang mendalam. Dia merasa dikhianat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Broken Flower   62. Determination or obsession

    Malam itu, kastil Cestershire dipenuhi oleh cahaya lampu kristal dan suara musik klasik yang mengalun lembut. Pesta besar digelar, merayakan sesuatu yang tak lagi diingat Grassiela, mungkin sekadar pertemuan keluarga atau ulang tahun pernikahan neneknya meski sang kakek telah lama wafat. Tamu-tamu berdatangan dengan pakaian terbaik mereka, tertawa dan bercakap-cakap di antara kilauan gelas-gelas kristal yang beradu. Namun, di tengah keramaian itu, Grassiela merasa sendirian. Dia berdiri di sudut ruangan, memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Setiap orang tampak tenggelam dalam obrolan dan tawa, seolah keberadaannya tidak berarti. Tidak ada satu pun yang menghampirinya, tidak ada yang menanyakan kabarnya. Dia hanya menjadi bayangan di tengah gemerlap pesta yang meriah. Di salah satu sisi hall, terlihat keluarganya yang ramai menggunjing. David, sepupunya yang kontroversial, datang ke kastil ini dengan wanita simpanannya. Keberanian David untuk membawa wanita itu ke pesta keluarg

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Broken Flower   63. Problem begins

    Ketika sinar matahari pagi menembus masuk lewat jendela-jendela kaca, Grassiela berada di ruang perpustakaan yang telah dia ubah menjadi ruangan pribadinya. Dinding-dindingnya dilapisi wallpaper berwarna krem dengan motif bunga yang halus, dipadukan dengan perabotan kayu jati yang dipoles mengilap. Meja kerja besar di sudut ruangan dihiasi dengan lampu baca antik dan setumpuk buku-buku berkulit tebal. Di sisi lain, sebuah sofa mewah berwarna merah tua dengan bantal-bantal lembut menambah kenyamanan, siap menyambut tamu-tamu yang datang. Jendela besar yang menghadap ke taman belakang memberikan pencahayaan alami yang luas, menambah kehangatan ruangan. Wanita muda itu berdiri di tengah ruangan, menghirup dalam-dalam aroma wangi mawar dari diffuser di atas meja kecil. Senyuman tipis terbentuk di wajahnya yang cantik. Grassiela memutuskan untuk menikmati ketenangan sejenak. Namun, ketukan keras di pintu mengganggu pikirannya. Sebelum ia sempat mempersilakan masuk, pintu sudah terbuka den

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Broken Flower   64. Hold me tight

    Malam itu, mansion berdiri megah namun suram di bawah sinar rembulan yang pucat. Angin malam yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela, membawa serta aroma bunga mawar yang layu. Pepohonan di sekitar mansion bergoyang lembut, menciptakan bayangan-bayangan misterius di halaman. Kolam renang mansion terletak di bagian belakang rumah, tersembunyi di balik dinding-dinding tinggi yang tertutup dan tanaman merambat. Air kolam yang tenang memantulkan cahaya bulan lewat jendela-jendela besar yang berwarna warni, memberikan kilauan magis. Lampu-lampu kecil di sekitar kolam memberikan penerangan redup, menciptakan suasana tenang namun penuh misteri. Di tepi kolam, bangku-bangku kayu dan kursi santai berjejer bersama tanaman hias yang tertata rapi. Namun, dalam cahaya redup malam, semuanya tampak seperti siluet gelap yang mengintai. Di tengah ketenangan itu, suara gemericik air terdengar samar. Grassiela, dengan gaun tidur sutranya yang berwarna putih, duduk di tepi dengan sebagian kaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Broken Flower   65. Your plan, not mine

    Orang-orang mengatakan, bahwa cara terbaik untuk mengatasi ketakutan adalah dengan menghadapinya. Grassiela mungkin harus mencoba melakukannya. Dia tidak punya pilihan. Semua perasaan kompleks yang nyaris membuatnya frustasi, seolah tak berujung. Ketakutan, kecemasan dan perasaan terperangkap membuatnya tertekan. "Aku menginginkanmu seutuhnya." Grassiela menatap bayangan dirinya yang kuyup di depan cermin. Berkali-kali ia bertanya pada diri sendiri. "Apa yang James inginkan darinya?" Grassiela tak menemukan jawaban. Dan hanya ada rasa ngeri yang menghantui. Marah, frustasi, semua itu tak berarti. Kita semua tahu bahwa dia tidak mendapatkan dukungan dari siapapun. Grassiela harus menahan semua beban perasaan itu sendirian. Dan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya menjadi bukti pengikat yang tak akan pernah bisa lepas. Namun, jika Grassiela merasa menjadi korban atas pernikahan sepihak ini, mengapa kita tidak berpikir untuk membalikkan fakta? Wanita muda itu membasuh wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Broken Flower   66. Challenge at night

    Malam itu, ruangan tampak suram. Hanya diterangi lampu gantung bergaya antik yang memancarkan cahaya keemasan, menciptakan bayangan samar di dinding. Aroma asap cerutu bercampur dengan harum whiskey yang baru saja dituang. James duduk di kursi besar di ujung meja, tatapannya tajam menembus gelas kaca di tangannya. Paolo berdiri di dekat jendela, memandang ke luar seolah mencari jawaban di antara bintang-bintang yang tersembunyi di balik awan gelap. Ketegangan memenuhi ruangan seperti udara yang berat. James memecah keheningan. "Aku sudah cukup sabar. Borsellino pikir dia bisa bermain-main dan pergi begitu saja." Paolo menoleh, senyum miring terbentuk di wajah tampannya yang khas Italia. "Kau akan memberi dia pelajaran?" James mengangguk, meletakkan gelasnya dengan suara beradu yang menggema. "Ya, tapi aku butuh pendapatmu. Bagaimanapun, dia adalah saudaramu. Dan aku menghargai itu." Paolo tertawa kecil, dan juga getir. "Saudara? Borsellino tidak pernah menganggapku sebagai saudara

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28

Bab terbaru

  • Broken Flower   83. Illusion or belief

    Malam menjalar perlahan di balik tirai kamar itu, memberikan kehangatan yang berbeda setelah dinginnya udara di tebing tadi. Lampu di kamar menyala redup, menciptakan suasana intim. Grassiela berdiri di tengah ruangan, sibuk merapikan pakaian-pakaian baru yang ia beli di butik.Namun, matanya kemudian tertuju pada sebuah tas kecil di sudut ranjang. Tas itu berisi pilihan lingerie yang ia pilih dengan ragu-ragu tadi siang. Sesaat, pikiran nakalnya menerawang memikirkan James. Bibir Grassiela melengkung dalam senyum kecil yang hanya ia sadari saat memikirkan pria itu.Dia memutar-mutar jemari pada salah satu tali lingerie di dalam tas. Mengeluarkan dua potong lingerie, berwarna merah tua dengan renda halus dan satu lagi berwarna hitam dengan potongan berani yang memperlihatkan lekuk tubuh dengan indah. Grassiela membawa keduanya ke depan cermin besar di sudut kamar. Bayangannya menatap balik dengan rasa percaya diri yang baru ia temukan belakangan ini.

  • Broken Flower   82. I want to live

    Apa moment terburuk yang pernah kau hadapi? Menyaksikan saudaramu tewas tertembak tepat di depan matamu? Diusir dari rumah dan diasingkan ke sebuah sekolah asrama? Atau, apa kau pernah menyaksikan sebuah ledakan hebat yang menjatuhkan banyak korban dan itu semua adalah karena kesalahanmu? Tidak, itu baru sebagian kecil. Masih banyak hal buruk yang Grassiela lewati selama hidupnya. Terlebih lagi, setelah dia dinikahi oleh seorang bos mafia yang tak kenal ampun. Semua itu jelas mengerikan. Sikap angkuh kedua orangtuanya juga suaminya membuat Grassiela tertekan dan frustasi. Jika begitu, lantas kapan moment terbaik yang pernah ia rasakan dalam hidupnya? Kini, sebuah senyuman merekah di wajah jelita itu. Matahari mulai merangkak naik hingga pagi menjadi terang. Mereka tiba di kawasan perkotaan Krasnodar. Suasana yang ramai dengan deretan bangunan klasik dan modern bercampur dalam musim semi yang memancarkan kehangatan. Keduanya turun dari mobil, berjalan sambil saling berpegangan tan

  • Broken Flower   82. Change

    Tatapan penuh ketakutan dan amarah yang diterima Grassiela dari Iliya serta Ivan, menciptakan perasaan bersalah yang mengiris hatinya. Grassiela mengingat saat kobaran api melahap sebuah pindok kayu di hadapannya dan ia tak mampu melakukan apa pun atas keputusan James yang kejam.Tapi kali ini, tidak. Grassiela mengeratkan rahangnya, seolah menguatkan dirinya. Ia tahu apa artinya hidup di bawah bayangan James dan kekuasaannya. Namun, ia tak ingin lagi membiarkan orang lain menderita karenanya. Sekali ini, ia akan bertindak.Saat James datang, suasana semakin menegang. Semua orang membeku di tempatnya berdiri dengan kewaspadaan. Sementara Grassiela, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang muncul saat suaminya tiba dengan langkah tegap dan tatapan dingin. Kali ini, ia memutuskan untuk menghadapi James dengan cara yang berbeda. Sebuah senyum mendadak terbit di wajah jelita itu. Grassiela berjalan menyambut James dengan gembira, seolah-olah itu adalah ke

  • Broken Flower   80. Sin and redemption

    James berdiri di tepi ranjang, menatap Grassiela yang tertidur dengan damai. Untuk sesaat, wajahnya yang selalu tegas melunak. Di balik kekerasan dan egoisnya pria itu, perasaan lembut yang ia coba hindari begitu lama mulai menyeruak, merayapi relung hatinya. Ingatan tentang percakapan mereka sebelumnya muncul dalam ingatan. Dengan penuh ketulusan, Grassiela meminta cinta sebagai balasan atas permintaan James untuk seorang pewaris. Cinta
 satu kata yang selama ini selalu terasa asing dan berbahaya baginya. Bagaimana mungkin seseorang seperti dirinya, yang telah begitu dalam terjebak dalam dunia kegelapan dan kekerasan, bisa memberikan sesuatu yang sesuci itu? Omong kosong. Seketika ucapan Violeta melintas dalam benaknya. "Kau tak memiliki hati. Kau tak mengenal cinta. Dan hal itu tidak akan pernah berubah." James menggertakkan rahangnya, berusaha mengusir ingatan itu, meski kata-kata Violeta menghantuinya. Tanpa melepaskan tatapannya dari Grassiela yang terlelap, perasaan yang t

  • Broken Flower   79. Difficult request

    Malam itu, suasana rumah terasa sunyi setelah mereka kembali dari pemakaman. Valentina berdiri di balkon kamar, gaun hitam panjangnya berkibar pelan terkena angin malam. Wajahnya tampak murung, bayangan kesedihan dan kecemasan menghiasi tatapannya yang kosong, memandangi langit malam tanpa benar-benar melihat apa pun. Di dalam dirinya, ribuan pikiran berkeliaran, menghantui setiap detik yang berlalu. Pemakaman Borsellino, suaminya baru saja selesai meninggalkan perasaan yang campur aduk. Valentina memeluk dirinya sendiri, merasakan dinginnya angin yang merembes hingga ke tulang. Dia tidak bisa menghentikan kegelisahan yang terus merayap dalam hatinya—kegelisahan tentang bagaimana orang-orang akan memandang hubungannya dengan Paolo setelah ini. Pria yang selama ini menemaninya, sekarang menjadi pusat dari segala rumor dan spekulasi. Dunia mafia penuh intrik, dan hubungan mereka pasti akan dipandang dari segala sisi yang penuh kecurigaan. Paolo muncul dari dalam kamar, mendekati Valent

  • Broken Flower   78. Strategy

    Di dalam ruangan dengan perapian yang menyala lembut, sinar api memantulkan bayang-bayang di dinding kayu yang tebal. Malam telah larut, dan udara dingin perlahan merasuk. Sebuah papan catur kayu tua dipasang di atas meja kecil di depan kursi empuk tempat Grassiela dan Fyodor, ayah mertuanya, duduk berhadapan. Pria tua itu menatap papan dengan intens, alisnya mengerut dalam, menggumamkan pikirannya sambil mempertimbangkan langkah berikutnya. "Hm, kau bermain dengan sangat baik," katanya sambil memindahkan bentengnya ke tengah papan. Grassiela tersenyum tipis, pandangannya tak lepas dari bidak-bidak di depan mereka. “Terima kasih, Papa," jawabnya halus. Keheningan kembali menyelimuti. Grassiela menyentuh salah satu bidak kuda miliknya dan memutarnya sedikit sebelum akhirnya menggerakkan kuda tersebut ke arah yang tak terduga. Dia tersenyum puas, menyadari langkah itu membuat Fyodor semakin terdesak. "Langkah yang brilian," puji Fyodor sambil mengangguk. "Kau tahu, permainan catur in

  • Broken Flower   77. Traversing the past

    Pagi itu, udara pegunungan terasa sejuk dan segar. Sinar matahari yang lembut menerobos masuk melalui jendela besar di ruang tamu rumah persembunyian. Grassiela berdiri di tepi jendela, mengenakan gaun tidurnya, dengan secangkir kopi hangat di tangan. Pandangannya terfokus pada jalan setapak yang berkelok menuju rumah, saat debu mulai terangkat oleh deretan mobil yang mendekat. Lima mobil hitam melaju pelan, mesin-mesinnya terdengar samar dari kejauhan. Ketika jarak semakin dekat, Grassiela dapat melihat sosok James yang berdiri di halaman, memandang lurus ke arah mobil-mobil itu. Ia berdiri tegak, kedua tangannya terlipat di dada, tenang namun tegas, seolah sudah tahu siapa yang datang. Mata Grassiela menyipit, mencoba menebak apa yang akan terjadi. Namun sikap tenang James memberitahunya bahwa itu bukanlah sebuah ancaman. Mobil pertama berhenti, diikuti oleh yang lainnya. Pintu terbuka, lalu Alexsei keluar dengan cepat disusul oleh Fausto yang mengikutinya. Pria bertubuh besar itu

  • Broken Flower   76. Uncontrol desires

    Cestershire, Inggris. Helena duduk di kursi goyang berlapis kain beludru merah tua, menggenggam cangkir teh camomile antik dengan erat. Sesekali dia menyeruput teh hangat itu bersama Eveline, saudari iparnya. "Seharusnya dia sudah bertunangan atau menikah sekarang, bukannya berkeliaran entah ke mana," gumam Eveline menahan kekhawatirannya. Helena menurunkan cangkirnya, menatap Eveline dengan serius. "Maksudmu Arabella? Aku rasa dia seorang gadis yang mandiri, dan tahu apa yang harus dia lakukan." Eveline menggeleng pelan, tanda bahwa dia tidak setuju pendapat itu. "Dia ceroboh, egois dan sulit diatur. Seseorang bisa saja memanfaatkannya." Dia lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan suara pelan. "Dia selalu membuatku khawatir. Kini sudah dua minggu Arabella pergi entah kemana." Helena terdiam mendengar sejenak. Seketika, pikirannya melayang ke sosok putrinya, Grassiela. Apakah dia pernah merasa khawatir seperti apa yang Eveline rasakan? Sejauh mana dirinya menc

  • Broken Flower   75. Warms a cold heart

    Langit di atas hutan Castelbuono berwarna biru cerah, cahaya matahari yang lembut menerobos dedaunan, menciptakan permainan bayangan di atas tanah. Angin sepoi-sepoi membawa aroma pinus dan dedaunan yang segar. Grassiela berjalan dengan langkah ringan, rambut berwarna karamelnya diikat ekor kuda dan berkibar lembut di bawah pepohonan bersama apron merah muda yang menghiasi dress putih polosnya. James mengikuti dari belakang, matanya tak pernah lepas dari sosok menarik itu. Di setiap langkahnya, dia tampak waspada, meski diam-diam ada kehangatan dalam tatapannya. "Kau tidak perlu mengikutiku," kata Grassiela tiba-tiba, tanpa berbalik bersama langkahnya yang tetap ringan dan bebas. "Tidak perlu khawatir. Aku bisa menemukan jalan pulang sendiri nanti." James mendengus pelan, meski senyumnya hampir tak terlihat. "Aku hanya memastikan kau tidak tersesat atau membuat masalah." "Masalah?" Seketika Grassiela berhenti untuk menoleh menatap suaminya tajam. "Di sini, satu-satunya masalah ada

DMCA.com Protection Status