Share

40. Tired

Author: Ikabelatrix
last update Last Updated: 2023-10-24 11:29:49
"Namamu Fausto, bukan?"

"Ya. Kau memang sudah seharusnya mengingatku."

Grassiela terdiam sejenak, menunduk dengan murung. Cahaya senja dari jendela mobil membelai wajahnya yang pucat, sementara tatapan matanya tampak kosong. Setelah beberapa saat kemudian dia kembali berkata, "Bolehkah aku meminta bantuan darimu?"

Hampir setengah perjalanan telah mereka tempuh menuju ke Saint Petersburgh. Langit sore mulai berubah warna menjadi keungu-unguan dan dua buah mobil BMW berwarna hitam itu melambat hingga berhenti di tepi jalan yang sepi.

Atas permintaan Grassiela, Fausto dengan tegas menahan perjalanan mereka. Dengan segala pertimbangannya, pria itu mengangguk setuju memberikan Grassiela kesempatan untuk berkomunikasi dengan orangtuanya yang jauh.

Fausto bukan lah seorang yang kejam seperti bosnya. Dia iba melihat kesedihan di raut wajah Grassiela yang sendu. Penyerangan semalam pasti membuatnya merasa takut dan tertekan. Maka dengan besar hati Fausto rela menyerahkan ponselnya pada Grassi
Ikabelatrix

Haii.. apa kabar? Udah 1bln lebih gak update.. maaf yaa.. Ikutin terus cerita Grassiela 💕

| Like
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nitiaa1212
akhirnya update jugaa...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Broken Flower   41. Calm and deep as lake water

    Grassiela melangkah di belakang seorang pelayan melewati koridor-koridor marmer di dalam manor. Cahaya mentari dari jendela-jendela tinggi serta dinding yang dingin seakan-akan menceritakan adanya sejarah yang tertulis di sepanjang koridor besar tempat tinggal bergaya Rusia ini.Florence Shine, seorang pelayan wanita berusia di akhir 30 tahun yang menyertai Grassiela berkeliling, berjalan di depannya dengan langkah yang tenang. "Manor ini telah berdiri selama lebih dari seratus tahun, dengan sejarah yang kaya," ucapnya setelah mereka sampai di sebuah ruang duduk utama yang luas.Grassiela mengangguk dan berhenti sejenak untuk mengamati furnitur mewah dan lukisan-lukisan tua yang menghiasi ruangan itu. Meski tak ada ekspresi yang berarti di wajah cantiknya, namun diam-diam Grassiela terpesona oleh arsitektur elegan dengan lantai marmer, furnitur antik, dan dekorasi bergaya khas Rusia. "Ruang ini biasa digunakan untuk menyambut tamu dan acara-acara penting," jelas Florence. "Namun Tuan

    Last Updated : 2023-10-30
  • Broken Flower   42. I am here for you

    Jika James Draxler memang seorang yang benar-benar tidak bermoral, dia tidak akan menjaga Grassiela dengan sebaik ini. Ruang kamar sendiri, pelayan pribadi dan pengawalan ketat. Apa itu tidak cukup?Pria itu bisa saja memperlakukan istrinya dengan buruk. Siapa yang akan tahu? Siapa yang akan peduli? Keluarga Stamford jelas-jelas sudah menyerahkan putri tunggal mereka. Lantas apa yang kurang dari kehidupan Grassiela? Apakah cinta yang belum tumbuh di dalam pernikahan mereka yang baru seumur jagung membebani pikirannya? Mengapa wajah jelita itu tampak murung? Mengapa kedua netra biru yang cantik itu terlihat kosong?Grassiela mengerjap ketika suara ketukan di pintu menyadarkannya dari lamunan. Dia beranjak dari bingkai jendela yang terbuka, tempatnya duduk sambil menatap kilauan danau di perbatasan taman yang memantulkan cahaya oranye matahari sore. Seseorang di balik pintu kamar terdengar tak sabaran. Ketukan terdengar lagi dengan cepat, mem

    Last Updated : 2023-11-11
  • Broken Flower   43. Freezing Calm

    "Ceraikan aku. Ayo kita akhiri semua ini."Saat matahari hampir terbenam, sinar senja memeluk langit, menciptakan atmosfer menegang di pelataran manor yang sunyi. Grassiela dan James, terpisah oleh sudut pandang yang berbeda. Keduanya saling menatap dengan ekspresi yang mencerminkan gejolak perasaan serta ketidakpastian."Lanjutkan saja kesepakatanmu dengan ayahku," lanjut Grassiela bersama getir dalam tatapannya. "Ambil semua yang kau inginkan. Dan biarkan aku pergi."Dalam keheningan yang terbentang di antara mereka, Grassiela menahan berjuta kepedihan yang terpendam bersama asa yang tersisa bahwa James akan mau melepaskannya. Tetapi semua itu tentu tidak akan mudah.James yang masih menatap wanita yang menjadi istrinya tak menunjukkan ekspresi yang berarti. Dia mungkin sedikit terkejut, namun sebuah senyum samar justru terbentuk di sudut bibirnya. Rupanya wanita itu masih belum juga menyerah."Grassiela Draxler," suara James yang dalam bersama sorot matanya yang mendominasi seakan m

    Last Updated : 2023-11-25
  • Broken Flower   44. What should be done

    Malam itu, James tengah bergelut dengan tumpukan pekerjaan di ruang kerjanya. Membenamkan diri dalam data grafik yang mencerminkan kesehatan jaringan di berbagai bisnisnya. Meski berusaha fokus pada laporan yang dikirimkan oleh Benicio, sesungguhnya sejak lama bayangan Afro Maccini menyusupi pikiran. Sialan! James mengumpat dalam hati seiring berkas-berkas di atas meja yang ia sapu dengan kesal. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Bagaimana mungkin Alexsei masih belum bisa menemukan jejak bajingan itu? Apakah terlalu sulit menemukan sekelompok orang yang secara terang-terangan datang untuk menyerang mereka?Teka-teki ini membuat pikiran James terasa frustasi. Merenggangkan tubuhnya sejenak, ia memutuskan untuk meredakan penat dengan menatap keluar jendela.Pemandangan malam membuka lembaran baru. Langit dipenuhi bintang, dan cahaya bulan menerangi hamparan halaman dengan penuh misteri. Selama beberapa saat James hanyut dalam pikirannya sendiri. Tenggelam dalam bayang-bayang dendam ya

    Last Updated : 2023-12-10
  • Broken Flower   45. Betrayal

    "Grassiela akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan."Pria itu menatapnya dengan nanar. Lalu dengan kedua tangannya, sekuat mungkin Grassiela mendorong tubuh James agar terombang menjauh darinya. Membiarkannya kembali ke tengah danau yang gelap.Seketika James dihantam oleh kekecewaan hingga ia menyadari bahwa ini adalah jebakan. Dia meronta, berusaha untuk menggapai Grassiela kembali bersama kilatan di sepasang netra kelabunya yang penuh amarah. Pria itu menggeram murka. Ini pengkhianatan! Namun setiap gerakan yang dilakukannya, justru membuat rasa sakit dan sengatan perih di perut semakin menusuk. Darahnya bercampur dengan air danau yang dingin, menciptakan jejak merah yang terus mengalir seiring gerakan tubuhnya yang berusaha bertahan di tengah gelombang.James melihat istrinya semakin menjauh. Dia terus mencoba menghentikan pendarahan, tetapi kesakitan terasa semakin menyiksa. Dinginnya air danau membuat pria itu merasakan kelemahan merayap ke seluruh tubuhnya. Setiap kali i

    Last Updated : 2023-12-23
  • Broken Flower   46. Congratulations on your victory

    Meja makan berbentuk oval itu dipenuhi oleh aneka hidangan lezat yang berkilauan di bawah sinar lampu gantung. Grassiela mengenakan gaun malam yang memesona, duduk anggun di kursi kepala meja yang dihiasi dengan kain putih yang mewah.Piring-piring berisi hidangan yang mengugah selera seperti salmon panggang dengan saus krim lemon, tenderloin sapi yang empuk merona, dan pasta truffle terpampang dengan menggoda. Gelas anggur merah terpajang di depannya, memantulkan cahaya dengan gemerlap. Grassiela tersenyum tipis, matanya memandang sekeliling meja yang dipenuhi dengan berbagai kudapan lezat. Lalu dia memulai suapan pertamanya dan menikmati setiap makanan dengan lahap. Saat itu, diam-diam Fausto mengamatinya dari ambang pintu ruang makan dengan tatapan dingin. Tampak tidak etis. Ketika James masih terbaring lemah akibat insiden penusukan, dengan lancangnya Grassiela duduk di kursi milik suaminya dan menikmati makan malam tanpa rasa bersalah. Apakah dia sedang berpesta? Seakan-akan me

    Last Updated : 2023-12-30
  • Broken Flower   47. Emotional feelings

    Grassiela merasakan bulu kuduknya meremang ketika langkah berat memecah keheningan di kamar gelapnya. Bayangan tubuh James muncul di kegelapan, wajahnya mencerminkan amarah serta kekecewaan. Udara di antara mereka terasa berat, diisi dengan ketegangan dan aroma pengkhianatan yang menguar."K-kau baik-baik saja?" suara Grassiela terdengar bergetar bersama rona kecemasan yang mengepung wajah cantiknya.James dapat melihat bahwa wanita itu berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Namun, seandainya dia dapat melihat lebih dalam ke sepasang mata biru di hadapannya, ada kekhawatiran di sana. Ada perhatian tulus yang tak akan pernah dia percayai lagi.James tetap diam, tatapannya menusuk-dalam, seolah merinci setiap detik ketidakpercayaan yang terukir di wajah Grassiela. "Aku selalu berusaha melindungimu," desis James di sela rahangnya yang mengetat. "Dan ini balasan yang kudapat? Kau mencoba membunuhku?" Perlahan, dia bergerak mendekat, membawa atmosfer tegang yang menggantung di udara.Jan

    Last Updated : 2024-01-07
  • Broken Flower   48. Emptiness

    Di kota Newcastle, terangnya sinar matahari menembus masuk melelui jendela-jendela besar sebuah aula dimana pelelangan berlangsung dengan ramai. Meja-meja panjang yang dipenuhi dengan barang-barang berharga berjejer rapi di sepanjang ruangan yang elegan.Peserta pelelangan duduk di kursi-kursi yang nyaman, mengenakan pakaian formal mereka sambil menyesap minuman dingin. Cahaya matahari menyinari perhiasan dan artefak yang ditempatkan dengan hati-hati di atas podium kayu. Di sekitar ruangan, para kritikus seni dan kolektor terkemuka berbisik-bisik, menyampaikan komentar eksklusif mereka tentang nilai seni dari barang-barang yang dilelang. Palu kecil dipegang oleh juru lelang yang berdiri di atas panggung. Suaranya yang tenang dan lugas memandu peserta melalui proses tawar-menawar. Peserta pelelangan dengan penuh perhatian mengangkat papan lelang mereka, memberikan tawaran penuh persaingan serta gengsi.Dalam keteraturan yang hanya terpecahkan oleh suara tawaran dan komentar para penont

    Last Updated : 2024-01-26

Latest chapter

  • Broken Flower   98. The Game of Trust

    Suasana ruang kerja Benicio masih dipenuhi aroma tembakau dan kayu mahoni setelah rapat panjang yang dihadiri para petinggi kelompok bisnis. Lampu gantung berwarna keemasan menerangi meja panjang yang penuh dengan dokumen, gelas-gelas wiski kosong, dan asbak berisi puntung cerutu. Sore itu, semua orang telah meninggalkan ruangan kecuali empat orang—Benicio, sang tuan rumah, Fausto yang duduk dengan ekspresi malas, Sergei yang masih memeriksa sesuatu di ponselnya, dan Alexsei yang tampak tenang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Benicio menuangkan wiski ke dalam gelasnya dengan gerakan santai, lalu menatap mereka. "Kalian pikir, seberapa buruk dampaknya jika James tidak bisa kembali memimpin dalam waktu dekat?" Sergei mendengus sambil mengangkat satu alisnya. "Bukan masalah jika hanya beberapa minggu. Tapi kalau lebih lama? Musuh akan mulai mencium kelemahan. Dan orang-orang kita… mereka mulai bertanya-tanya." Fausto akhi

  • Broken Flower   97. An Unbroken Vow

    Di dalam ruang rawat yang sunyi, hanya suara alat medis yang berbunyi pelan dan sesekali suara dentingan saat Grassiela menggerakkan sendok di piringnya. Mrs. Runova duduk di seberangnya, tersenyum senang melihat bagaimana wanita muda itu menyantap makanan yang ia bawakan dengan lahap."Apa anda benar-benar menyukai masakan saya?" Runova terkekeh, matanya berbinar penuh kasih.Grassiela mengangguk sambil mengunyah. "Masakan Anda memang yang terbaik, Mrs. Runova. Aku tak bisa menolaknya."Wanita paruh baya itu tertawa kecil dan menuangkan segelas jus jeruk segar. "Saya juga membuatkan jus jeruk yang banyak untuk anda, seperti pesanan anda biasanya."Grassiela menerima gelas itu dengan senang hati, menyesapnya perlahan. Rasa segar dan asam manis menyebar di lidahnya, membuatnya sedikit lebih rileks setelah semua ketegangan yang ia lalui. Ia melirik ke tempat tidur di mana James masih terbaring tak sadarkan diri, napasnya stabil namun tetap tak ada t

  • Broken Flower   96. Blood on Grassiela’s Hands

    Di dalam ruang rawat eksklusif itu, suara detak monitor jantung James bergema samar, berpadu dengan dengung halus dari alat bantu pernapasan yang melekat di tubuhnya. Grassiela tetap duduk di tepi ranjang, jemarinya menggenggam erat tangan suaminya yang dingin dan tak bergerak. Matanya terus menatap wajah pria itu, memperhatikan setiap helaan napas yang naik turun dengan ritme lambat. Luka tembak di pinggang kirinya masih dibebat perban, selang infus serta alat medis lain tertempel di tubuhnya, membuatnya tampak begitu rapuh—sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi pada pria sekuat James. Suara langkah-langkah berat terdengar mendekat dari luar. Grassiela mengangkat kepalanya tepat saat pintu terbuka, dan di ambang pintu berdiri empat orang dengan aura yang begitu kuat hingga memenuhi ruangan. Fyodor Draxler.Pria itu adalah cerminan otoritas dan kebijaksanaan. Meski usianya sudah lebih dari enam puluh, dia masih berdiri tegak, penuh kh

  • Broken Flower   95. A Debt to Be Repaid

    Cahaya putih dari lampu di langit-langit terasa menyilaukan ketika Grassiela membuka kedua matanya. Pandangannya buram, kesadarannya masih setengah tersangkut di ambang mimpi. Udara di ruangan itu terasa steril, dengan aroma khas antiseptik yang memenuhi paru-parunya. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana dia berada. Perlahan, ingatan-ingatan berserakan memenuhi benaknya. Bayangan panggung teater, suara dentingan piano yang dimainkan Valerina, kilauan kalung berlian di lehernya, tatapan James yang tajam, lalu... suara tembakan. Seketika, napasnya tercekat. James!Dengan panik, Grassiela mencoba bangkit, tetapi sesuatu menarik pergelangan tangannya. Dia menoleh dan melihat infus terpasang di sana. Tubuhnya masih lemah, namun dorongan untuk mencari James lebih kuat dari rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhnya. Saat itu, pintu terbuka. Seorang wanita berambut pirang dengan sorot mata yang lembut masuk ke dalam ruangan. Jas pu

  • Broken Flower   94. Piano, diamonds and bullets

    Ruangan menjadi sunyi saat panggung diterangi cahaya keemasan. Tirai beludru merah terbuka, menampilkan seorang wanita duduk di depan grand piano hitam yang megah—Valerina. Jari-jarinya menyentuh tuts dengan penuh kelembutan, memainkan intro pertama dari The Phantom of the Opera. Nada-nada awal yang misterius dan megah memenuhi ruangan, membawa suasana ke dalam dunia kisah cinta tragis yang telah melegenda.  Di atas panggung, seorang penyanyi soprano muncul dalam gaun putih, membawakan "Think of Me" dengan suara yang jernih dan penuh emosi.  Grassiela menyandarkan punggungnya, membiarkan suara dan musik menyelimutinya. Namun, ketika pertunjukan berlanjut ke "The Music of the Night", dengan Phantom bernyanyi penuh hasrat dan kesedihan, sesuatu di dalam dirinya mulai bergetar.  Ketika adegan berpindah ke "The point of no return", di mana Christine dan Phanton menyanyi bersama, Grassiela merasa dadanya sesak.  "Now I am here with y

  • Broken Flower   93. Burning jealousy

    Langkah Grassiela bergema di lantai marmer saat ia memasuki gedung teater yang megah. Gaun malamnya yang elegan berkilau di bawah cahaya lampu gantung, namun bukan itu yang menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Bisikan-bisikan terdengar di udara, memenuhi ruangan dengan rumor yang selama ini beredar tentangnya—tentang pernikahannya dengan seorang mafia Rusia, tentang kutukan yang melekat padanya, tentang dosa-dosa yang bahkan tak pernah ia lakukan. Grassiela tetap berjalan dengan kepala tegak. Ia tidak peduli. Di salah satu sudut, seorang wanita paruh baya dengan gaun hijau gelap menatapnya dengan senyum sinis. Irina Dzanayev, bibi dari James. "Kau cukup berani muncul di sini," sindir Irina, suaranya tajam. "Setelah semua yang terjadi, aku pikir kau akan lebih suka bersembunyi dalam bayang-bayang keponakanku." Grassiela menatapnya sejenak sebelum memberi jawaban tenang. "Aku tidak punya alasan untuk bersembunyi, Tatya. Apalagi

  • Broken Flower   92. Speculation

    Grassiela berdiri di depan cermin, memastikan gaunnya jatuh dengan sempurna. Gaun indah berwarna hitam itu membalut tubuhnya dengan anggun, memancarkan pesona klasik yang sesuai untuk malam di teater. Rambut caramelnya telah disanggul rapi, menyisakan beberapa helai yang membingkai wajahnya dengan indah. Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di depan meja rias. Di atas meja, ada sebuah kotak beludru hitam. Grassiela menatapnya sejenak, sebelum akhirnya tangannya yang ramping mengangkatnya dengan hati-hati. Ia membuka kotak itu perlahan, dan di dalamnya, berkilauan seuntai kalung berlian. Berlian hadiah dari James. Seharusnya, James yang akan memakaikan kalung ini untuknya. Seharusnya, dia ada di sini, berdiri di belakangnya, menyentuh kulitnya dengan jemarinya yang kasar namun hangat, lalu membisikkan sesuatu di telinganya sebelum mereka pergi ke teater bersama. Seharusnya. Tapi James masih belum pulang. Hati Gr

  • Broken Flower   91. Plan

    Grassiela duduk di ruang kerjanya, jemarinya mengetuk-ngetuk amplop undangan berwarna krem yang baru saja ia buka. Di dalamnya, tertulis undangan untuk menghadiri sebuah pertunjukan amal di Teater Stainslavsky yang dikirimkan oleh Valerina. "Rupanya dia belum menyerah," gumam Grassiela sebelum menghela napas pelan. Tepat saat dia hendak meletakkan undangan itu di meja, pintu terbuka, dan Runova masuk dengan nampan berisi segelas jus jeruk segar. "Selamat pagi, Nyonya," kata Runova sambil meletakkan gelas di depan Grassiela. Grassiela tersenyum dan mengambil gelasnya. "Terima kasih, Mrs. Runova. Bisa kau bawakan juga untuk James dan yang lainnya? Mereka sedang bermain golf di halaman, bukan?" Runova membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. "Tentu, Nyonya. Akan segera saya siapkan." Setelah Runova pergi, Grassiela bangkit dari kursinya dan berjalan ke halaman belakang. Ia bisa melihat James dan orang-orangnya sedang

  • Broken Flower   90. Dilemma of a Mrs. Draxler

    Ruang makan dipenuhi aroma kopi hitam yang baru saja dituangkan ke cangkir-cangkir porselen. Piring-piring berisi roti panggang, telur orak-arik, dan daging asap tersaji rapi di atas meja panjang dari kayu ek yang kokoh. James duduk di kursi ujung meja, mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang sedikit tergulung, memperlihatkan lengan berototnya yang kuat. Di sekelilingnya, para pria kepercayaannya telah duduk: Fausto, Benicio, Sergei, dan Alexsei. Sementara Grassiela duduk di sisi kanan James, mencoba menikmati sarapannya, meski pikirannya mulai terganggu oleh pembicaraan para pria itu. Percakapan mereka dengan cepat bergeser dari topik ringan menjadi diskusi bisnis yang serius. "Ada laporan terbaru dari pelabuhan di Odessa," kata Sergei sambil menuangkan susu ke dalam kopinya. "Pengiriman dari Kolombia mengalami keterlambatan, dan menurut informan kita, kartel Mendez sedang bermain di belakang kita." James mengaduk kopinya tanpa banyak ekspresi. "Aku sudah menduga mereka akan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status