Prologue"Selamat Grace, kau mendapatkan kontrak untuk menjadi brand ambassador Millallova," ujar Halifa memberi tahu Grace sambil meletakkan gagang telepon di tempatnya.Grace yang sedang mencoret-coretkan pensil di atas kertas menghentikan gerakannya, ia mengalihkan fokusnya ke arah asistennya. "Apa kalian tidak mendengarkan aku?" Ia mengerutkan keningnya."Jangan khawatir, hanya tiga bulan." "Bukankah itu butik gaun pengantin di Rusia? Kenapa tidak memakai jasa model dari Le Model saja?" Grace menggerutu.Halifa mengedikkan bahunya sambil menatap Grace."Jadi, apa aku harus ke Moscow untuk melakukan pemotretan?" "Sepertinya begitu." Halifa menarik sebuah laci di samping meja kerjanya dan menjejalkan tumpukan map ke dalam sana.Grace menggigit ujung pensilnya, matanya tampak beberapa kali berkedip seolah ada sesuatu yang ia pikirkan. "Kuharap ini terakhir kali Ford memberikan pekerjaan padaku tanpa bertanya dulu padaku." "Tepat sekali," sahut Halifa."Maksudmu?" Graceemgerutkan k
Chapter 1New BeginningGrace Elizabeth, pemilik mata berwarna biru seindah lautan di Grace bay itu, adalah putri tidak sah dari salah satu bangsawan di London yang dijual oleh ibu kandungnya sendiri, tetapi ia beruntung karena keluarga Johanson membesarkannya lalu pada usia dua puluh tiga tahun putra pertama keluarga Johanson yang bernama William Johanson menikahinya. Awalnya William dan Grace berulang kali terjebak dalam lingkaran yang membuat mereka saling membenci dan saling menyakiti dalam kata balas dendam. Grace sangat membenci William, begitu juga William, pria itu juga membenci Grace karena Grace menanggalkan nama Johanson di belakang namanya. Grace melarikan diri dari keluarga Johanson yang telah merawatnya sejak ia mengenal dunia. William menganggap perbuatan Grace adalah penghinaan terhadap keluarga Johanson. Keluarga Johanson adalah keluarga terpandang di London, meskipun bukan keluarga bangsawan nyatanya derajat mereka nyaris sama dengan keluarga bangsawan di London k
Chapter 2 KindnessNathalia menatap layar ponselnya, menatap Grace yang mewarisi kecantikannya. "Kau bisa berada di posisi itu karena aku," ucapnya dengan nada getir, tetapi terselip amarah.Sepuluh tahu di dalam penjara, lalu saat ia keluar dari dalam penjara, semuanya berubah. Ia menjadi sebatang kara tanpa ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini. Namun, karena ia memiliki seorang putri, itu berarti ia masih memiliki keluarga.Nathalia Allen, wanita berambut merah kecoklatan dan memiliki paras yang sangat cantik itu tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir di dalam penjara. Ia tidak pernah mengalahkan siapa pun kecuali, Jack Grantham. Pria bangsawan yang menggodanya hingga ia bertekuk lutut dan menyerahkan kesuciannya di usia enam belas tahun. Nathalia, ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang dibesarkan dengan hidup seadanya oleh ibunya yang bekerja sebagai salah satu pelayan di kediaman keluarga bangsawan di Sevenoaks, London Timur, Inggris. Ia sering
Chapter 3Who is She?"Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu."Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri.Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan.""Aku turut bahagia," ujar William. Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa." Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu."Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan.William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu." Grace membeliak ke arah William. "Ak
Chapter 4My Cousin"Sekarang beri tahu aku," ucap Grace setelah mereka bercinta di dalam mobil."Kau yakin ingin mendengarnya?" tanya William dan Grace mengangguk. "Kau akan cemburu jika mendengarnya." "Kau mau mempermainkan aku lagi?" sungut Grace."Cium aku lagi, Sayang." William berbisik tersenyum dengan nakal."Tidak!" "Kalau begitu, aku tidak akan memberikanmu." "Kau mengatakan akan memberi tahu asal kita bercinta di sini." Grace menuruti keinginan William untuk meninggalkan kapel tanpa menunggu acara pengambilan sumpah pernikahan Calvin dan Meghan selesai dan ia juga sudah mematuhi seluruh keinginan suaminya itu, tetapi dirinya belum juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. William tersenyum dan mengelus sudut bibir Grace dengan lembut. "Beri aku satu ciuman, Sayang.""Jangan bermain trik." Grace menyipitkan matanya menatap suaminya karena sepertinya mulai menyadari jika William sedang memainkan trik licik. "Aku tidak suka bermain trik dengan istriku, percayalah." Wil
Chapter 5 The Traitors"Aku tidak menyukai pria tadi," ucap William yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat tinggal mereka. Di sampingnya, Grace terkikik mendengar pernyataan William. "Kau tidak menyukai semua pria yang ada di sekitarku." "Aku tidak suka istriku ditatap pria lain." Grace memutar bola matanya. "Bagaimana mungkin kau berbicara seperti itu, sedangkan istrimu berprofesi sebagai model." Sudut bibir William terangkat mengingat bagaimana cara Sean menatap Grace, pria itu seolah menginginkan istrinya. "Batalkan saja kontrak konyolmu dengan desainer gaun pengantin itu." Grace menatap William dengan tatapan memperingatkan, ia menyipitkan sebelah mata sambil menghela napasnya. "Kau mulai bertingkah pencemburu dan tidak masuk akal lagi." "Kau akrab dengannya." Itu adalah sebuah tuduhan, sama sekali bukan pertanyaan maupun pernyataan.Grace mencoba mengingat-ingat pertemuan terakhirnya bersama Sean di Moscow, juga percakapannya tadinyang sama sekali
Chapter 6My WifeMeghan dan Calvin menikmati kopi di restoran hotel tempat mereka mengadakan pesta pernikahan kemarin."Sean," seru Meghan saat Sean, sepupunya terlihat memegangi piring berisi makanan dan segelas jus jeruk di restoran. Ia melambaikan satu tangannya."Sepertinya kau ingin memamerkan kemesraan pengantin baru padaku," seloroh Sean seraya menarik salah satu kursi.Calvin menaikkan kedua alisnya. "Tidak, kami tidak sekejam itu." "Ya, kami tidak seperti itu." Meghan meletakkan dagunya di pundak Calvin. "Aku mencintaimu."Calvin meraih telapak tangan Meghan lalu mengecupnya. "Dan aku mencintaimu." Sean mengernyit. "Aku tidak mengerti, kalian seharusnya sarapan di kamar, untuk apa kalian sarapan di sini?"Seharusnya begitu, Meghan dan Calvin menggunakan layanan yang bisa dinikmati dari kamar seperti biasanya pengantin batu, bukan malah menikmati sarapan pagi di restoran hotel. Meghan memutar bola matanya. "Kami ingin menikmati kopi di sini. Lagi pula kami hari ini akan p
Chapter 7StalkerMeski Grace menyangkal pengakuan William dengan mengatakan jika William hanya bercanda, tetapi penyangkalannya hanya berujung sia-sia karena sebelum William meninggalkan ruangan, Grace ditarik ke dalam pelukannya dan William menciumi bibir Grace dengan paksa. Tetapi, Grace tidak menolak. Tidak mamou menolak William tepatnya."Kau menikahi kakakmu sendiri?" tanya Nina yang masih tampak kebingungan. Kulit wajah Grace masih memerah, ia menyeringai. Nina menggelengkan kepalanya. "Itu hal tergila yang pernah kusaksikan. Tapi, cinta memang buta. Mau bagaimana lagi?" "Kuharap kau tidak membocorkannya kepada siapa pun," ujar Grace. "Pernikahan kalian dan cinta kalian pasti luar biasa, itu bukanlah hal yang memalukan. Kenapa mesti disembunyikan?" Grace duduk di kursinya. "Kurasa, ada yang harus kuluruskan," ucapnya disertai dengusan pelan. "Duduklah." Nina menarik kursi yang tadinya diduduki William. "Apa ini cerita cinta kalian?" tanyanya sambil duduk. "Ya, katakan sa
EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat untuk memberikan selamat dan bersuka cita. Semua larut dalam kebahagiaan, Ford datang bersama kekasi
30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku bekerja menjadi asistennya." "Brengsek!" Sean mengumpat. "Jalankan mobilnya." Sean mendengar dari Meghan jika sepupunya itu akan membantunya untuk mendapatkan Grace. Tetapi, ia belum menyetujui gagasan Meg
Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be
Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k
Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik
Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahaba
Chapter 25Rich WidowSean mengusap wajahnya dengan gerakan kasar karena merasa frustrasi. Di matanya, William benar-benar kakak yang menyebalkan bagi Grace dan tentunya kuno. Batinnya terus saja menggerutu karena menurutnya ini bukan lagi tahun 1700, di mana seorang gadis keluar bersama pria dianggap tabu. Sepanjang hidupnya sebagai pria dewasa, ia baru menemui pria seperti William."Wajahmu itu, aku yakin kau dalam suasana hati yang buruk." Meghan meletakkan gelas berisi wine ke atas meja. Sean melirik ke arah Meghan. "Tidak juga." Meghan mengedikkan kedua bahunya, seraya melemparkan senyuman. "Di mana suamimu?" tanya Sean kepada Meghan. Sean memanggil Meghan melalui telephone setelah berbincang-bincang dengan Grace dan Meghan meminta Sean datang ke tempat tinggalnya. Bukan tanpa alasan ia memanggil sepupunya, ia teringat jika Meghan pernah menawarinya untuk membantu mendapatkan Grace. "Aku kembali beberapa hari yang lalu, Calvin... kami bertengkar." Kilatan di mata Meghan men
Chapter 24Getting a TrapGrace berdiri di dekat fotografer yang sedang mengamati foto-foto hasil jepretannya, sama seperti fotografer itu, Grace juga mengamati foto-foto dirinya di layar laptop. Mereka berbincang-bincang mengenai hasil pekerjaan yang baru saja mereka lakoni, sesekali fotografer itu melayangkan pujian kepada Grace. Pujian itu terdengar tulus tidak dibuat-buat. Cara pria itu berbicara juga dan bersahabat tidak ada canggung menandakan jika itu memang pandai bergaul dan pastinya sangat profesional.Sama halnya dengan fotografer yang tidak segan-segan memberikan pujian kepadanya, Grace juga membalas pujian pria itu karena memang pada faktanya fotografer itu sangat piawai dalam mengarahkan kamera dan rasanya menyenangkan bekerja dengan fotografer yang terlatih dalam mengarahkan gaya hingga membuatnya merasa sangat cepat menyelesaikan pemotretan, ia hingga ia tidak perlu mengulang-ulang gaya yang diminta sang fotografer karena instruksinya sangat jelas.Suara deheman pria m
Chapter 23Good NewsGrace melongok ke arah tangga karena mendengar suara di lantai dua seraya berteriak, "Nina, kau datang?" "Ya." Suara Nina terdengar tidak kalah nyaring dari suara Grace. William yang sedang menyiapkan sarapan mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Sepagi ini?" "Jangan-jangan ada sesuatu." Grace berjalan menuruni tangga dan mendapati Nina sedang melepaskan mantelnya. "Kenapa sepagi ini kau ke sini?" Nina mengedikkan bahunya. "Kau pasti tahu alasanku." Grace menyeringai. "Maafkan aku." "Lupakan." Nina mendengus. "Dan yang pasti, aku tidak ingin membuatkan sarapan untuknya." Ia tertawa. Grace juga tertawa. "Aku tidak yakin dia bisa menggoreng telur." "Kukunya akan patah jika ia menyentuh alat dapur," ujar Nina setelah menggantung mantelnya lalu ia menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya. "Omong-omong, terima kasih, setelan ini sangat bagus." Setelan yang dikenakan oleh Nina adalah pakaian yang ada di kamar Grace, setelan berwarna merah ruby itu tampak pa