Chapter 6My WifeMeghan dan Calvin menikmati kopi di restoran hotel tempat mereka mengadakan pesta pernikahan kemarin."Sean," seru Meghan saat Sean, sepupunya terlihat memegangi piring berisi makanan dan segelas jus jeruk di restoran. Ia melambaikan satu tangannya."Sepertinya kau ingin memamerkan kemesraan pengantin baru padaku," seloroh Sean seraya menarik salah satu kursi.Calvin menaikkan kedua alisnya. "Tidak, kami tidak sekejam itu." "Ya, kami tidak seperti itu." Meghan meletakkan dagunya di pundak Calvin. "Aku mencintaimu."Calvin meraih telapak tangan Meghan lalu mengecupnya. "Dan aku mencintaimu." Sean mengernyit. "Aku tidak mengerti, kalian seharusnya sarapan di kamar, untuk apa kalian sarapan di sini?"Seharusnya begitu, Meghan dan Calvin menggunakan layanan yang bisa dinikmati dari kamar seperti biasanya pengantin batu, bukan malah menikmati sarapan pagi di restoran hotel. Meghan memutar bola matanya. "Kami ingin menikmati kopi di sini. Lagi pula kami hari ini akan p
Chapter 7StalkerMeski Grace menyangkal pengakuan William dengan mengatakan jika William hanya bercanda, tetapi penyangkalannya hanya berujung sia-sia karena sebelum William meninggalkan ruangan, Grace ditarik ke dalam pelukannya dan William menciumi bibir Grace dengan paksa. Tetapi, Grace tidak menolak. Tidak mamou menolak William tepatnya."Kau menikahi kakakmu sendiri?" tanya Nina yang masih tampak kebingungan. Kulit wajah Grace masih memerah, ia menyeringai. Nina menggelengkan kepalanya. "Itu hal tergila yang pernah kusaksikan. Tapi, cinta memang buta. Mau bagaimana lagi?" "Kuharap kau tidak membocorkannya kepada siapa pun," ujar Grace. "Pernikahan kalian dan cinta kalian pasti luar biasa, itu bukanlah hal yang memalukan. Kenapa mesti disembunyikan?" Grace duduk di kursinya. "Kurasa, ada yang harus kuluruskan," ucapnya disertai dengusan pelan. "Duduklah." Nina menarik kursi yang tadinya diduduki William. "Apa ini cerita cinta kalian?" tanyanya sambil duduk. "Ya, katakan sa
Chapter 8We are FamilyNatalia tersenyum. "Aku ingin melihatmu dari dekat." Jantung Grace terasa membengkak, ia sama sekali tidak ingin bertemu wanita yang tega menjual darah dagingnya sendiri. Ia merasakan amarah dan kekecewaan yang datang bersamaan, tetapi tidak dipungkiri jika ia merasakan sedikit rasa haru yang ia coba tepis jauh-jauh, ia tidak ingin mengakui jika ia bahagian bisa melihat wanita yang mengandung dan melahirkannya, sedikit pun tidak."Kau menjualku, di antara kita tidak ada hubungan apa pun. Jadi, kau tidak perlu ingin melihatku lagi." "Aku tahu kau pasti langsung mengenaliku," ucap Nathalia diiringi senyum di bibirnya. Bibir Grace mengulas senyum sinis. Ia bisa mengenali Nathalia sejak pertama kali melihat ibu kandungnya, tentu saja. Istri ayah kandungnya beberapa kali menunjukkan foto Natalia muda yang merupakan perwujudan dirinya, bukan karena itu saja, tetapi Natalia memiliki tanda tahi lalat di bawah kelopak matanya sebelah kiri. "Kuperingatkan kau, jangan
Chapter 9Low ProfileGrace memutuskan mengganti pakaian setelah Sidney meninggalkan kamarnya lalu mengambil ponsel untuk memberi tahu William jika ia berada di kediaman orang tua mereka. Ia juga memberi tahu Nina untuk membereskan ruang kerjanya sekaligus mengunci pintunya. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya tertuju ke arah foto yang dibingkai dengan pigura kecil yang ada di atas nakas. Foto dirinya bersama Leonel dan William, saat foto itu diambil Alexa belum lahir. Mungkin saat itu usianya empat tahun, di dalam foto itu ia menyeringai lebar ke arah kamera, sama seperti Leonel. Sedangkan William, senyumnya tidak terlalu lebar. Grace tidak menyangka jika ia bukanlah anak kandung di keluarga Johanson, bahkan seluruh keluarga Johanson pun tidak. Mata Grace berwarna biru, sama seperti Leonel, mungkin karena hal itu yang membuat tidak seorang pun menyadari jika putri asli di keluarga Johanson telah ditukar hingga saat Grace berusia lima tahun, kebenaran terkuak. Nathalia menjual ba
Chapter 10Share the BodyguardAlexander duduk di kursi ruang belajar sambil mengetukkan jari tengah dan telunjuknya ke meja, kerutan di dahinya cukup dalam. Tetapi, sorot matanya masih tampak tenang. "Seharusnya Wilona menjalani hukuman seumur hidup, yang berarti ia harus mendekam di dalam penjara selama dua puluh delapan tahun," ujar Alexander. "Siapa kira-kira yang membantunya keluar?" William menatap ayahnya lekat-lekat."Aku tidak tahu," ujar Alexander setelah berpikir keras. "Apa mungkin Nathalia?" Seperti Alexander, William juga berpikir sangat keras. Alexander menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Nathalia sangat membenci Wilona, mustahil ia membantu. Lagi pula, Nathalia menikah dengan orang biasa. Hanya kepala sipir, ia tidak mungkin sanggup menyuap untuk mengeluarkan Wilona dan mereka tidak ada di London."Nathalia menjalani hukuman sepuluh tahun, setelah keluar, ia dinikahi oleh kepala sipir. Alexander memantaunya, menggunakan koneksinya, ia meminta pejabat kepoli
Chapter 11The Elapsed TimeGrace mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berbahan sutra, ia melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambutnya yang berwarna kuning kemerahan tergerai di pundaknya. Ia naik ke atas tempat tidur, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Tidak dipungkiri jika pikirannya sangat kacau meski ia berusaha bersikap setenang mungkin di depan William dan seluruh keluarga. Bukan memikirkan Nathalia, tetapi ia ingin menjumpai adiknya. Ia memejamkan mata seraya mencari-cari cara agar ia dapat menyelidiki keberadaan Theresia tanpa diketahui oleh Nathalia maupun William. Grace membuka matanya dan menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian wajahnya saat pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok suaminya. William menyuruh Grace untuk kembali ke kamar terlebih dahulu dan ia itu berbicara dengan Leonel di kamar Leonel."Kau belum tidur?" William menutup pintu laku berjalan ke meja untuk meletakkan laptop dan ponselnya. Grace menggelengkan kepalanya. "Apa ada ma
Chapter 12Find OutDua hari berlalu, Grace tenggelam dalam kesibukannya. Tetapi, bukan berarti ia melupakan keinginannya untuk memastikan keberadaan Theresia. Hanya saja ia belum memiliki kesempatan untuk pergi ke rumah sakit karena kesibukannya, juga karena Nina sekarang menjelma menjadi bayangan dirinya. Nina berada di mana saja Grace berada kecuali jika Grace kembali ke tempat tinggalnya bersama William. Seperti saat ini, ia dan Nina berada di Glamour Entertainment karena ada beberapa hal yang harus dibicarakan bersama Leonel dan Halifa. “Mario mengatakan Leonel masih memiliki tamu di ruangannya,” ujar Halifa seraya meletakkan gagang telepon ke tempatnya. Ia menatap Grace sembari mengedikkan bahunya. Grace melirik jam di pergelangan tangannya. Tamu yang dimaksud Leonel pastilah bukan tamu pada umumnya, tebakan Grace adalah tamu spesial, salah satu model, penyanyi, atau bintang film. Tamu untuk bersenang-senang. Menimbang hal itu, Grace memilih menunggu beberapa menit hingga Leo
Chapter 13A PretendedGadis kecil di depan Grace juga mengamati wajah Grace. "Aku tidak mengenalmu," ucapnya, tatapannya terlihat waspada. Ya, kebanyakan orang tua di negaranya melarang anak-anaknya berbicara dengan orang asing. Grace tersenyum seramah mungkin. "Aku adalah Alicia, kau memang tidak mengenalmu, tapi aku mengenal ibumu Nathalia Allen." Gadis itu mengerjakan matanya beberapa kali. "Kau sahabat Mommy?" Dengan kata lain gadis di depannya benar Theresia, anak Nathalia. Grace menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kami tidak bersahabat. Tapi, ibumu mengatakan jika putrinya sakit, jadi aku ingin melihatmu." Gadis kecil itu menatap Grace dengan tatapan curiga, dari caranya menatap Grace, terlihat jika Theresia benar-benar tidak mengenal Grace. Grace duduk di bangku yang berada di samping ranjang pasien. "Di mana ibumu?" "Ini bukan waktunya Mommy di sini," sahut Nathalia pelan. "Jadi benar? Kau adalah Theresia Adney?" Grace harus memastikan, paling tidak ia mendapatka