Prologue
"Selamat Grace, kau mendapatkan kontrak untuk menjadi brand ambassador Millallova," ujar Halifa memberi tahu Grace sambil meletakkan gagang telepon di tempatnya.Grace yang sedang mencoret-coretkan pensil di atas kertas menghentikan gerakannya, ia mengalihkan fokusnya ke arah asistennya. "Apa kalian tidak mendengarkan aku?" Ia mengerutkan keningnya."Jangan khawatir, hanya tiga bulan.""Bukankah itu butik gaun pengantin di Rusia? Kenapa tidak memakai jasa model dari Le Model saja?" Grace menggerutu.Halifa mengedikkan bahunya sambil menatap Grace."Jadi, apa aku harus ke Moscow untuk melakukan pemotretan?""Sepertinya begitu." Halifa menarik sebuah laci di samping meja kerjanya dan menjejalkan tumpukan map ke dalam sana.Grace menggigit ujung pensilnya, matanya tampak beberapa kali berkedip seolah ada sesuatu yang ia pikirkan. "Kuharap ini terakhir kali Ford memberikan pekerjaan padaku tanpa bertanya dulu padaku.""Tepat sekali," sahut Halifa."Maksudmu?" Graceemgerutkan kedua alisnya."Hari ini adalah hari terakhir Ford menjadi manajermu, Grace."Grace menyipitkan matanya menatap asistennya seolah ia meminta penjelasan atas apa yang barusan dilontarkannya."Dia tidak dipecat," uvap Halifa seolah tahu kekhawatiran Grace. "Ford diangkat menjadi salah satu manajer baru di sini, tidak mudah memecat pria dengan cara kerja seperti dia." Ia menutup kembali laci yang berisi dokumen.Grace mengembuskan napasnya, lega. Ia dan Ford telah memutuskan berteman, William juga bisa mengerti dengan pertemanan mereka meski Grace harus menjaga jarak dengan Ford agar tidak memicu kecemburuan William yang terkadang tidak masuk akal. "Jadi, siapa manajer baruku?""Aku dengar Leonel sendiri yang akan menanganimu," jawab Halifa, ia kembali mengedikkan bahunya."Hah?" Grace meluruskan punggungnya, matanya nyaris terbelalak. "Yang benar saja!"Leonel adalah dewa pemalas, tidak ada manusia yang memiliki sifat pemalas separah itu dan ia tidak ingin saudaranya iparnya sekaligus pemilik Glamour Entertainment yang menjadi manajernya karena bisa saja pekerjaannya justru kacau karena Leonel tidak benar-benar menagani pekerjaan dengan serius."Memangnya kenapa?" Halifa mengambil iPad-nya, menggeser layar menggunakan ujung jari telunjuknya."Sialan, ini pasti ulah Willy," gerutu Grace pelan, nyaris tak terdengar siapa pun kecuali dirinya sendiri.Ia meletakkan pensil di tangannya di tengah-tengah buku agenda menutup buku itu kemudian memasukkan ke dalam tasnya. Dengan gerakan yang anggun ia bangkit dari duduknya tanpa mengatakan apa pun kepada asistennya ia meninggalkan ruangan itu berjalan menuju lift. Beberapa karyawan Glamour Entertainment yang ia jumpai menganggukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa hormat ke arahnya, Grace membalas anggukan kepala mereka dengan tersenyum seramah mungkin.Di depan ruang kerja Leonel, seorang sekretaris menghentikan langkah Grace."Maaf, Nona. Anda dapat bertemu Leonel nanti," kata Devon dengan raut wajah sedikit tegang.Grace mengerutkan keningnya, ia menatap Devon dengan tatapan menyelidik. "Ada hal penting yang harus kubicarakan dengan Leonel."Devon mengangguk. "Saya akan menyampaikan kepada Leonel nanti.""Berapa lama lagi pertemuannya?""Saya tidak tahu pasti, Nona.""Ck, siapa sebenarnya tamu penting Leonel?"Devon tersenyum. "Sebaiknya Anda menunggu di ruang sebelah, saya akan memberi tahu Anda jika Leonel telah selesai.""Oh, gosh! Yang benar saja," gerutu Grace, ia hendak melangkah menuju ruangan yang di maksud oleh Devon, sekretaris kedua Leonel tetapi ia mengurungkan niatnya karena bersamaan dengan itu seorang gadis keluar dari ruang kerja Leonel, rambut gadis itu sedikit berantakan dan pakaian yang dikenakan juga tampak kusut.Gadis itu tampak salah tingkah menatap sekilas ke arah Grace lalu menundukkan kepalanya dan melangkah dengan terburu-buru menjauh dari tempat itu."Sialan. Jadi pertemuan yang tidak bisa diganggu tadi itu pertemuan dengan salah satu modelnya?"Bersambung....Salam manis dari Cherry yang manis.🍒Chapter 1New BeginningGrace Elizabeth, pemilik mata berwarna biru seindah lautan di Grace bay itu, adalah putri tidak sah dari salah satu bangsawan di London yang dijual oleh ibu kandungnya sendiri, tetapi ia beruntung karena keluarga Johanson membesarkannya lalu pada usia dua puluh tiga tahun putra pertama keluarga Johanson yang bernama William Johanson menikahinya. Awalnya William dan Grace berulang kali terjebak dalam lingkaran yang membuat mereka saling membenci dan saling menyakiti dalam kata balas dendam. Grace sangat membenci William, begitu juga William, pria itu juga membenci Grace karena Grace menanggalkan nama Johanson di belakang namanya. Grace melarikan diri dari keluarga Johanson yang telah merawatnya sejak ia mengenal dunia. William menganggap perbuatan Grace adalah penghinaan terhadap keluarga Johanson. Keluarga Johanson adalah keluarga terpandang di London, meskipun bukan keluarga bangsawan nyatanya derajat mereka nyaris sama dengan keluarga bangsawan di London k
Chapter 2 KindnessNathalia menatap layar ponselnya, menatap Grace yang mewarisi kecantikannya. "Kau bisa berada di posisi itu karena aku," ucapnya dengan nada getir, tetapi terselip amarah.Sepuluh tahu di dalam penjara, lalu saat ia keluar dari dalam penjara, semuanya berubah. Ia menjadi sebatang kara tanpa ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini. Namun, karena ia memiliki seorang putri, itu berarti ia masih memiliki keluarga.Nathalia Allen, wanita berambut merah kecoklatan dan memiliki paras yang sangat cantik itu tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir di dalam penjara. Ia tidak pernah mengalahkan siapa pun kecuali, Jack Grantham. Pria bangsawan yang menggodanya hingga ia bertekuk lutut dan menyerahkan kesuciannya di usia enam belas tahun. Nathalia, ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang dibesarkan dengan hidup seadanya oleh ibunya yang bekerja sebagai salah satu pelayan di kediaman keluarga bangsawan di Sevenoaks, London Timur, Inggris. Ia sering
Chapter 3Who is She?"Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu."Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri.Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan.""Aku turut bahagia," ujar William. Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa." Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu."Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan.William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu." Grace membeliak ke arah William. "Ak
Chapter 4My Cousin"Sekarang beri tahu aku," ucap Grace setelah mereka bercinta di dalam mobil."Kau yakin ingin mendengarnya?" tanya William dan Grace mengangguk. "Kau akan cemburu jika mendengarnya." "Kau mau mempermainkan aku lagi?" sungut Grace."Cium aku lagi, Sayang." William berbisik tersenyum dengan nakal."Tidak!" "Kalau begitu, aku tidak akan memberikanmu." "Kau mengatakan akan memberi tahu asal kita bercinta di sini." Grace menuruti keinginan William untuk meninggalkan kapel tanpa menunggu acara pengambilan sumpah pernikahan Calvin dan Meghan selesai dan ia juga sudah mematuhi seluruh keinginan suaminya itu, tetapi dirinya belum juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. William tersenyum dan mengelus sudut bibir Grace dengan lembut. "Beri aku satu ciuman, Sayang.""Jangan bermain trik." Grace menyipitkan matanya menatap suaminya karena sepertinya mulai menyadari jika William sedang memainkan trik licik. "Aku tidak suka bermain trik dengan istriku, percayalah." Wil
Chapter 5 The Traitors"Aku tidak menyukai pria tadi," ucap William yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat tinggal mereka. Di sampingnya, Grace terkikik mendengar pernyataan William. "Kau tidak menyukai semua pria yang ada di sekitarku." "Aku tidak suka istriku ditatap pria lain." Grace memutar bola matanya. "Bagaimana mungkin kau berbicara seperti itu, sedangkan istrimu berprofesi sebagai model." Sudut bibir William terangkat mengingat bagaimana cara Sean menatap Grace, pria itu seolah menginginkan istrinya. "Batalkan saja kontrak konyolmu dengan desainer gaun pengantin itu." Grace menatap William dengan tatapan memperingatkan, ia menyipitkan sebelah mata sambil menghela napasnya. "Kau mulai bertingkah pencemburu dan tidak masuk akal lagi." "Kau akrab dengannya." Itu adalah sebuah tuduhan, sama sekali bukan pertanyaan maupun pernyataan.Grace mencoba mengingat-ingat pertemuan terakhirnya bersama Sean di Moscow, juga percakapannya tadinyang sama sekali
Chapter 6My WifeMeghan dan Calvin menikmati kopi di restoran hotel tempat mereka mengadakan pesta pernikahan kemarin."Sean," seru Meghan saat Sean, sepupunya terlihat memegangi piring berisi makanan dan segelas jus jeruk di restoran. Ia melambaikan satu tangannya."Sepertinya kau ingin memamerkan kemesraan pengantin baru padaku," seloroh Sean seraya menarik salah satu kursi.Calvin menaikkan kedua alisnya. "Tidak, kami tidak sekejam itu." "Ya, kami tidak seperti itu." Meghan meletakkan dagunya di pundak Calvin. "Aku mencintaimu."Calvin meraih telapak tangan Meghan lalu mengecupnya. "Dan aku mencintaimu." Sean mengernyit. "Aku tidak mengerti, kalian seharusnya sarapan di kamar, untuk apa kalian sarapan di sini?"Seharusnya begitu, Meghan dan Calvin menggunakan layanan yang bisa dinikmati dari kamar seperti biasanya pengantin batu, bukan malah menikmati sarapan pagi di restoran hotel. Meghan memutar bola matanya. "Kami ingin menikmati kopi di sini. Lagi pula kami hari ini akan p
Chapter 7StalkerMeski Grace menyangkal pengakuan William dengan mengatakan jika William hanya bercanda, tetapi penyangkalannya hanya berujung sia-sia karena sebelum William meninggalkan ruangan, Grace ditarik ke dalam pelukannya dan William menciumi bibir Grace dengan paksa. Tetapi, Grace tidak menolak. Tidak mamou menolak William tepatnya."Kau menikahi kakakmu sendiri?" tanya Nina yang masih tampak kebingungan. Kulit wajah Grace masih memerah, ia menyeringai. Nina menggelengkan kepalanya. "Itu hal tergila yang pernah kusaksikan. Tapi, cinta memang buta. Mau bagaimana lagi?" "Kuharap kau tidak membocorkannya kepada siapa pun," ujar Grace. "Pernikahan kalian dan cinta kalian pasti luar biasa, itu bukanlah hal yang memalukan. Kenapa mesti disembunyikan?" Grace duduk di kursinya. "Kurasa, ada yang harus kuluruskan," ucapnya disertai dengusan pelan. "Duduklah." Nina menarik kursi yang tadinya diduduki William. "Apa ini cerita cinta kalian?" tanyanya sambil duduk. "Ya, katakan sa
Chapter 8We are FamilyNatalia tersenyum. "Aku ingin melihatmu dari dekat." Jantung Grace terasa membengkak, ia sama sekali tidak ingin bertemu wanita yang tega menjual darah dagingnya sendiri. Ia merasakan amarah dan kekecewaan yang datang bersamaan, tetapi tidak dipungkiri jika ia merasakan sedikit rasa haru yang ia coba tepis jauh-jauh, ia tidak ingin mengakui jika ia bahagian bisa melihat wanita yang mengandung dan melahirkannya, sedikit pun tidak."Kau menjualku, di antara kita tidak ada hubungan apa pun. Jadi, kau tidak perlu ingin melihatku lagi." "Aku tahu kau pasti langsung mengenaliku," ucap Nathalia diiringi senyum di bibirnya. Bibir Grace mengulas senyum sinis. Ia bisa mengenali Nathalia sejak pertama kali melihat ibu kandungnya, tentu saja. Istri ayah kandungnya beberapa kali menunjukkan foto Natalia muda yang merupakan perwujudan dirinya, bukan karena itu saja, tetapi Natalia memiliki tanda tahi lalat di bawah kelopak matanya sebelah kiri. "Kuperingatkan kau, jangan