Sania diceraikan suaminya satu jam setelah mereka sah sebagai suami istri. Rekaman vidio itu menjadi pukulan telak yang membuka mata Arya atas sifat Sania yang sebenarnya.
"Aku baik-baik saja. Kamu pergilah!" Lara mendorong bahu suaminya. Pura-pura kuat agar Xander segera pergi dari apartemen mereka.
“Gak mau, Ma. Lara gak mau nikah sama laki-laki tua itu.” Seorang gadis tengah menangis memeluk tubuhnya ketika sang mama mengatakan akan menyerahkan Lara pada Harjunot.“Gak usah nangis! Sudah bersyukur ada yang menikahi kamu. Gadis kumal seperti kamu siapa lagi yang mau kalau tidak laki-laki tua itu.” Mamanya menarik tangan Lara untuk di dandani agar telihat lebih cantik. “Atau kamu mau kakak kamu menjadi perawan tua kalau kamu tidak mau menikah sama lelaki itu? Iya, hah?”Lara menggeleng. Meminta tolong pun percuma, tidak ada orang di rumah ini selain mereka bertiga. Ayahnya kerja di luar pulau dan pulang sebulan sekali. Lara benar-benar sendiri. Ingin mengadukan pada sang ayah juga percuma, pa
“Jangan Tuan!" Lara menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Mata gadis itu menyiratkan ketakutan. Belum pernah disentuh lelaki mana pun membuat Lara was-was ketika lelaki tampan yang tiga jam lalu telah sah menjadi suaminya itu menatapnya penuh minat.“Saya mau merasakan gadis dua ratus juta.” Xander melepas jas dan dasi juga kemejanya. Sudut mata lelaki itu melirik Lara yang tampak tertegun ketika melihat otot di perutnya hasil dari gym setiap hari. Ia tersenyum tipis.“Tapi saya ... saya ....”Xander mengangkat alisnya. “Kamu kenapa?”
Lara mengeliat dalam tidur pulasnya, dia menjadikan lengan Xander sebagai bantal. Nyaman. Hanya itu yang terbersit di dalam pikiran Lara. Sama sekali belum sadar sepenuhnya siapa yang memeluk tubuhnya ketika dia tidur malam ini.
"Tuan, saya ingin bicara!" Lara mengekori langkah Xander yang baru saja masuk ke apartemen. Gadis itu ingin menanyakan tentang pertunangan Xander dan alasan menikahinya."Tuan dengar saya gak sih?" Ia menghentakan kakinya. Kesal karena diabaikan. Bahkan sekarang lelaki dengan tatapan tajam itu malah melepas jas dan dasinya santai. Seolah tidak terusik dengan perkataan Lara."Ish, kalau gak dianggap buat apa saya di sini. Mending pergi aja!" Lara menyambar tas tangan yang dibelinya tadi siang memakai kartu kredit yang ditinggalkan Xander."Mau ke mana? Sudah tengah malam. Kamu mau dicegat preman dan diperko*a karena keluyuran sendirian di luar?" Tanpa menoleh, lelaki itu menakut-nakuti istrinya."Tapi Tuan tidak menjawab saya." Lara memandang punggung kokoh Xander yang kali ini terekspos seluruhnya. "Hei, kenapa Tuan menikahi saya kalau hari ini tunangan? Bagaimana kalau tunangan Tuan sampai tahu tentang saya?"
"Mau ke mana?" tanya Xander ketika pagi harinya melihat Lara sudah rapi. Ia baru saja membuka mata dan mendapati gadis itu sudah berdiri di depan cermin."Kerja. Sudah dua hari saya gak masuk. Kalau kelamaan absen takut dipecat." Lara mengoleskan lipstik warna nude ke bibirnya. Sempurna. Kini ia siap menjalani hari kembali."Apa uang yang saya kasih kurang?"Lara membalikkan badan. "Bukan kurang, Tuan. Tapi saya perlu menyibukan diri, bersosialisasi dengan manusia lain, biar tidak kepikiran dengan kelakuan Anda yang suka mempermainkan wanita." Ia menjawab ketus. "Saya permisi berangkat!" Diambilnya tas kecil yang berada di dekatnya kemudian berjalan santai keluar dari kamar.Xander menghembuskan napas lelah. Ingin melarang wanita itu bekerja, tapi ia kasihan kalau Lara harus seharian berada di apartemen tanpa melakukan sesuatu yang berarti.Ingatannya mundur ke waktu ia berumur enam belas tahun."Leo, ambi
“Kenapa Tuan harus pindah kantor, sih?” Lara menghempaskan tubuhnya ke sofa sepulang dari tempat kerja.“Loh, itu juga kantor milik saya.” Xander melepas jas dan kemejanya. Ia mengambil sebotol air mineral kemudian diteguknya separuh. “Minum!” Lelaki itu menawarkan pada Lara yang menatapnya sambil cemberut.“Biasanya gak di sana, kan? kenapa harus pindah?”Lelaki dua puluh delapan tahun itu tersenyum misterius. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan hingga aroma badannya tercium sampai ke hidung Lara. “Mau jagain kamu biar gak selingkuh.”Lara memalingkan wajah ketika Xander hendak mengecup bibirnya. Hingga bagian pipi saja yang terkena bibir hangat milik lelaki itu. “Ish. Saya bukan Anda yang dengan entengnya selingkuh sana-sini tanpa memikirkan orang lain.”“Saya?” Xander menunjuk dadanya sendiri. “Kapan saya selingkuh?”“Gak usah pura-p
"Aku baik-baik saja. Kamu pergilah!" Lara mendorong bahu suaminya. Pura-pura kuat agar Xander segera pergi dari apartemen mereka.
Sania diceraikan suaminya satu jam setelah mereka sah sebagai suami istri. Rekaman vidio itu menjadi pukulan telak yang membuka mata Arya atas sifat Sania yang sebenarnya.
"Kalau kamu ada kesulitan lagi, kasih tahu aku aja." Rudy menyodorkan form cuti yang akan ditandatangani Lara. Lelaki itu sedikit terkejut ketika tiba-tiba Lara mengatakan akan mengambil cuti. Padahal tidak ada omongan apa-apa sebelumnya.
"Mesra banget Bos Xander dan tunangannya itu, ya!" Daisy menopang dagu dengan kedua tangannya sambil tersenyum melihat sepasang manusia yang baru keluar dari ruangan.
"Kalau ada apa-apa hubungi aku, ya!" Xander menatap tidak rela pada istrinya. Ia takut Lara dibully lagi oleh Susan dan Sania.
"Terima kasih, Sayang." Erika mengelayut di lengan Xander. "Akhirnya kita bisa satu kantor." Gadis itu masuk ke ruangan yang sudah disiapkan. Ruangan yang waktu itu dibersihkan dan ditata oleh Lara.
Istri Simpanan BosPart 10 Memergoki Suami dan TunangannyaDi KBM Aplikasi sudah sampai part 12"Jadi, kamu sekarang sugar baby?" Daisy terbelalak. Gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan."Ish, gak lah! Apa sih yang ada di otak kamu itu." Lara menyetuh kening Daisy dengan telunjuknya. "Tapi intinya emang dua wanita setan itu menjualku. Huh." Lara menghembuskan napas dendam."Tega banget sih. Lalu kamu sekarang tinggal di mana? Ngekos?"Lara mengangguk. "Iya. Gak jauh dari tempat kerja." Ia berbohong. Menutupi fakta bahwa ia adalah istri pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.Kedua sahabat itu bercerita sampai hampir tiga jam, setelah capek, mereka memutuskan untuk pergi ke salah satu mall yang tidak jauh dari kosan Daisy. Kebetulan hari ini mereka libur nasional, dan bertepatan dengan penerimaan gaji, jadi kedua gadis itu akan membeli beberapa pakaian dan barang-barang kebutuhan wanita.
"Jangan lupa! Kamu masih punya hutang cerita sama aku!" Lara menekan kalimatnya. Ia baru saja berpapasan dengan Xander di lorong gedung tempatnya bekerja.
"Tuan serius? Gak mungkin kalau Tuan itu Leo!" Lara berdiri dari tempatnya. Ia menetap tajam. Xander yang duduk di sofa. "Jangan ngaku-ngaku, deh. Leo gak pernah bersikap kasar sama saya.