Home / Romansa / Bos Arogan Itu Ayah Anakku / Bab 5. Situasi rumit

Share

Bab 5. Situasi rumit

Author: Bulandari f
last update Last Updated: 2024-12-08 09:59:35

Anya berdiri di sudut ruangan, memerhatikan interaksi Evan dan wanita bernama Chintya itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. 

Wanita cantik itu tampak lengket pada Evan dengan sikap penuh keakraban. Sesekali, ia tertawa kecil sambil merapikan dasi Evan dengan gaya posesif. 

Evan, seperti biasanya, tetap tenang dan dingin. Ia tidak menunjukkan perhatian berlebih pada Chintya, tetapi juga tidak menepis keintiman wanita itu. 

Hal ini membuat Anya semakin tidak nyaman. 

“Hari ini kau terlihat sangat tampan, Sayang,” ujar Chintya sambil tersenyum manis. “Apa kita benar-benar harus makan siang di restoran? Bagaimana kalau kita cari tempat yang lebih tenang? Hanya kita berdua.” 

Evan melirik Chintya dengan datar. “Ibu sudah mengatur semuanya. Kita tidak bisa membatalkannya.” 

Chintya tampak sedikit kesal, tetapi dengan cepat menyembunyikan ekspresinya. “Baiklah. Tapi kau harus janji menghabiskan lebih banyak waktu denganku setelah ini, ya.” 

Anya menunduk, pura-pura sibuk melihat dokumen di tangannya. Namun, kata-kata Chintya tadi membuat dadanya terasa sesak. Matanya mencuri pandang ke arah mereka, dan hatinya semakin kacau. 

‘Jadi, dia sudah punya wanita lain,’ pikir Anya, sambil mencoba menekan rasa pahit yang muncul di dadanya. 

Ia berusaha keras untuk tidak terlihat terganggu, tetapi sulit rasanya mengabaikan semua itu.  

‘Pantas saja selama ini dia tidak pernah mencari keberadaanku.’ Anya tersenyum kecut mengingat fakta itu. 

Mungkin bagi Evan, malam lima tahun lalu itu tidak berarti apa-apa. Dia bahkan mungkin tidak tahu, buah kejadian malam itu adalah seorang anak lucu yang Anya cintai sepenuh hati.

‘Aku akan tanggung jawab kalau kamu sampai hamil, Anya.'

Omong kosong! Ucapan Evan itu akan selalu menjadi pengingat untuk Anya, tentang kebodohan dan keluguannya yang memberikan mahkotanya yang paling berharga kepada seorang pria brengsek.

“Sial, kenapa aku selalu mengingat itu sih?” gerutu Anya yang jadi kesal sendiri. “Seharusnya aku tidak bodoh dan tidak tidur dengannya, kalau ujung-ujungnya ….” Dada Anya jadi sesak, membuat ia memutuskan untuk melupakannya sejenak. “Aku harus fokus, karena tujuan utamaku kini mencari uang untuk Kenzo.”

Anya memutuskan mengabaikan apa yang ada di depan mata, ketika Chintya akhirnya keluar dari ruangan dengan langkah gemulai, Evan mengarahkan tatapannya pada Anya. 

“Kamu kenapa?” tanyanya tiba-tiba, suaranya tenang tetapi nadanya tajam. 

Anya mengangkat wajahnya, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. “Tidak ada apa-apa, Pak.” 

“Benarkah?” Evan berjalan mendekat, pandangannya menusuk. “Kamu terlihat... marah. Apa interaksi tadi mengganggumu?” 

Anya tersentak mendengar pertanyaan itu. Ia tidak menyangka Evan akan begitu langsung menyinggung hal tersebut. 

Namun, ia segera menguasai dirinya dan menjawab dengan nada tegas, “Saya rasa itu bukan urusan saya, Pak. Saya di sini untuk bekerja, jadi sebaiknya kita fokus pada pekerjaan saja.” 

Evan mengangkat alisnya sedikit, seperti terkejut dengan jawaban Anya. Namun, alih-alih melanjutkan pembicaraan, ia hanya mengangguk sambil tersenyum miring. 

“Baik. Kalau begitu, kita kembali ke topik utama.” 

Suasana di antara mereka tetap tegang, seolah ada sesuatu yang ditahan oleh keduanya. Namun, sebelum percakapan mereka bisa berlanjut, pintu ruangan terbuka sedikit. 

Chintya berdiri di sana, menyandarkan tubuhnya ke pintu dengan senyuman kecil. “Aku lupa mengambil dompetku,” ucapnya ringan. Namun, matanya dengan jelas memindai wajah Anya, penuh kecurigaan. 

Anya hanya menunduk sedikit, mencoba menghindari tatapan tajam Chintya. Wanita itu mengambil dompetnya dari meja Evan, lalu melirik Anya sekali lagi sebelum pergi. 

Evan tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia jelas merasakan suasana yang tidak nyaman. Setelah Chintya benar-benar pergi, ia kembali fokus pada pekerjaannya. 

___

Anya menghela napas panjang ketika ia akhirnya tiba di rumah. Kontrakan kecil itu terasa seperti pelarian dari segala ketegangan yang ia alami sepanjang hari. Ia melepaskan sepatunya dan berjalan ke ruang tamu, di mana ibunya sedang duduk bersama Kenzo. 

“Sudah pulang, Nak?” tanya Sarah sambil tersenyum. 

Anya mengangguk, lalu duduk di sebelah ibunya. “Iya, Bu. Maaf agak terlambat. Bagaimana hari ini?” 

“Baik. Kenzo sangat bersemangat bercerita tentang sekolahnya,” jawab Sarah. 

Anya menoleh ke arah anaknya, yang sedang asyik bermain dengan mainan kecil di lantai. “Kenzo, sini,” panggilnya lembut. 

Kenzo berlari kecil ke pelukan Anya. “Ma, sekolah tadi seru banget!” 

Anya tersenyum mendengar antusiasme anaknya. Namun, senyum itu perlahan memudar ketika Kenzo tiba-tiba menatapnya dengan serius. 

“Ma, aku mau tanya sesuatu,” katanya pelan. 

“Apa, Nak?” 

“Di mana Ayahku?” 

Pertanyaan itu menghantam Anya seperti petir. Ia tertegun, tidak tahu harus menjawab apa. “Kenapa kamu tanya begitu, Sayang?” 

“Tadi di sekolah, teman-temanku bilang aku nggak punya Ayah. Mereka bilang aku aneh,” jawab Kenzo dengan polos, tetapi suaranya terdengar sedih. 

Anya merasakan matanya mulai panas. Ia menarik Kenzo lebih dekat dan memeluknya erat. “Jangan dengarkan mereka, Nak. Kamu anak yang hebat, dan Ibu selalu ada untukmu.” 

“Tapi aku ingin tahu, Ma,” desak Kenzo. “Kenapa aku tidak punya Ayah?”

Anya terdiam, tidak bisa memberikan jawaban. Di sudut ruangan, Sarah menatap mereka dengan tatapan penuh belas kasih, tetapi ia tidak ikut campur. 

Saat suasana semakin hening, ponsel Anya tiba-tiba berdering. Ia menghela napas dan mengambil ponselnya dari dalam tas. 

Nomor tak dikenal. 

Anya ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab. “Halo?” 

Suara di ujung telepon membuat tubuhnya menegang. “Ini aku.” 

Suara itu dingin, tetapi jelas. 

Itu Evan. 

Anya merasakan darahnya berdesir. Ia tidak tahu harus menjawab apa. 

“Besok pagi, datang ke ruanganku. Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan,” lanjut Evan tanpa basa-basi. 

Anya menggenggam ponselnya erat, mencoba menenangkan debaran jantungnya. “Baik, Pak.” 

Telepon terputus, tetapi pikiran Anya justru semakin berputar. Ada apa sebenarnya? Apa yang ingin Evan bicarakan dengannya? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 6. Permainan Evan

    Bab 6 Permainan Evan Pagi itu, Anya melangkah masuk ke kantor dengan langkah berat. Rasa penasaran dan gugup berbaur dalam pikirannya, membuatnya sulit fokus sejak semalam. Ia bahkan tidak bisa tidur nyenyak setelah menerima telepon dari Evan. Pria itu kembali hadir dalam hidupnya, dan, seperti biasa, membawa badai yang membuat hatinya tak karuan. “Tenang, Anya. Ini hanya pekerjaan,” bisiknya pada diri sendiri, mencoba meyakinkan diri. Namun, hatinya tahu bahwa ini lebih dari sekadar pekerjaan. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sesuatu yang membuat Anya merasa terjebak. Ketika ia mengetuk pintu ruangan Evan, jantungnya berdetak kencang. “Masuk,” suara Evan terdengar dari dalam. Anya membuka pintu dan masuk perlahan. Ia mendapati Evan duduk di kursinya, seperti biasa, dengan ekspresi dingin yang sulit ditebak. “Selamat pagi, Pak,” sapa Anya, berusaha terdengar profesional meskipun hatinya kacau. Evan menatapnya tajam, tidak membalas sapaannya. Ia hanya memberikan isyarat d

    Last Updated : 2024-12-19
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 7. Privasi

    Bab 7 Anya duduk di meja kerjanya dengan wajah masam. Tumpukan berkas yang baru saja diletakkan Evan terasa seperti gunung yang mustahil didaki. Ia memandang dokumen-dokumen itu dengan perasaan campur aduk: marah, kesal, dan putus asa. "Dia benar-benar gila!" gerutunya pelan sambil menatap tumpukan itu. "Tidak berperikemanusiaan. Bagaimana bisa dia menyuruhku menyelesaikan semuanya dalam satu hari? Apa dia pikir aku robot?" Tangannya mulai membuka dokumen satu per satu, meskipun pikirannya penuh dengan sumpah serapah untuk pria yang kini berada di ruangannya. Anya tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana Evan selalu menemukan cara untuk membuatnya menderita. Sementara itu, di ruangan lain, Evan duduk dengan nyaman di kursinya. Matanya tertuju pada layar komputer di depannya, yang memperlihatkan aktivitas Anya melalui kamera pengawas. Ia melihat bagaimana wanita itu berkutat dengan berkas-berkasnya, bibirnya bergerak seolah-olah sedang mengumpat. Evan tersenyum kecil. "Dasar ke

    Last Updated : 2024-12-20
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 8. Bos ku mantan kekasihku

    Bab 8 Anya merasa merinding ketika mengetahui kalau tempat itu begitu sepi, apalagi karena suasana malam membuatnya sedikit menyeramkan. "Kenapa tiba-tiba kudukku merasa merinding?" tanya Anya sambil mengedikkan bahunya. Sesaat kemudian, Anya mempercepat langkahnya, berlari mengejar Evan yang sudah meninggalkannya sendirian di lantai yang sunyi. “Evan, tunggu aku!” teriaknya dengan nada frustrasi, merasa tak punya pilihan selain mengikuti pria itu jika ingin segera keluar dari gedung. Evan tidak menoleh, hanya terus berjalan menuju lift. Langkahnya tetap, menunjukkan ketenangan yang membuat Anya semakin kesal. Ketika pintu lift hampir tertutup, Anya berhasil masuk tepat waktu, meski napasnya terengah-engah. “Kenapa kamu seperti ini, Evan? Kamu sengaja mempermainkanku, ya?” tanya Anya dengan nada penuh emosi. Evan hanya menatapnya dingin, tetapi ada sedikit kilatan emosi di matanya. Ia menekan tombol lift tanpa berkata apa-apa, membuat suasana di dalam lift terasa begitu tega

    Last Updated : 2024-12-21
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 9. Gejolak Hati Evan

    Bab 9 Gejolak Hati EvanMalam itu, Evan berbaring di tempat tidurnya dengan pikiran yang tidak tenang. Wajah Anya terus terbayang di benaknya, terutama saat ia melihat Anya bersama pria yang menjemputnya di depan gedung kantor tadi malam. Ada sesuatu yang mengusik hati Evan—campuran antara rasa penasaran dan kecemburuan yang tak ia pahami sepenuhnya. “Siapa dia?” gumam Evan pada dirinya sendiri. “Apa dia suaminya? Tapi di data lamaran kerjanya, statusnya masih single.” Bayangan Anya tersenyum pada pria itu membuat dadanya terasa panas. Evan memutar kembali ingatannya ke beberapa minggu lalu, ketika ia secara tidak sengaja melihat Anya bersama seorang anak kecil di taman dekat kantornya. Anak itu berusia sekitar lima tahun, dengan rambut hitam legam dan wajah yang mengingatkannya pada seseorang yang sangat familiar. “Anya tidak punya adik lagi. Jadi, siapa anak itu?” pikir Evan. “Apa mungkin itu anaknya?” Evan mencoba mengabaikan pikirannya, tetapi rasa penasaran itu terlalu

    Last Updated : 2024-12-23
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 10. Rahasia yang Terungkap

    Bab 10Rahasia yang TerungkapPagi itu, suasana di kantor terasa lebih berat bagi Anya. Ia mulai merasakan bahwa kehadirannya di dekat Evan selalu membawa situasi canggung. Namun, pekerjaan tetap harus diselesaikan, dan ia tidak ingin menunjukkan bahwa dirinya terganggu. Sementara itu, di ruang kerja Evan, Chintya berdiri di depan meja pria itu. Mata Chintya memperhatikan gerak-gerik Evan yang sejak tadi sibuk mengetik di laptopnya, tetapi sesekali matanya melirik ke arah pintu, seolah menunggu seseorang masuk. "Kenapa kamu terus melihat pintu, Evan?" tanya Chintya dengan nada penasaran. Evan berhenti mengetik dan mengangkat bahunya. "Enggak, aku cuma memastikan tidak ada gangguan." Chintya memiringkan kepala, menatap Evan dengan curiga. "Kamu yakin? Aku rasa kamu menunggu seseorang." Evan menghela napas panjang, mencoba menghindari tatapan tajam Chintya. "Kamu terlalu berlebihan, Chintya. Aku cuma fokus bekerja." Namun, Chintya tidak mudah percaya. Ia tahu ada sesuatu yan

    Last Updated : 2024-12-24
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   11

    Bab 11. keceplosan yang menimbulkan tanda tanya Chintya pulang dengan wajah masam. Langkahnya tergesa menuju ruang keluarga di mana Nyonya Rita sedang duduk santai, memperhatikan kuku jentiknya yang baru dihias. Tanpa banyak bicara, Chintya langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa sebelah ibunya. Rita melirik putrinya sejenak, lalu bertanya dengan nada santai, “Kamu kenapa, Nak? Kenapa pulang-pulang cemberut seperti itu?” Chintya mendesah panjang, lalu melipat kedua tangannya di dada. “Aku kesal, Ma.” Rita mengerutkan kening. “Kesal kenapa? Cerita dong, Sayang.” “Itu si Evan, Ma!” Chintya mulai bicara dengan nada penuh emosi. “Ternyata dia punya hubungan masa lalu dengan salah satu karyawannya. Kurang ajar kan, Ma?"Rita menghentikan kegiatannya memperhatikan kuku, lalu menatap Chintya dengan penuh perhatian. “Maksud kamu apa? Mantan pacarnya Evan kerja di perusahaan Evan?” Chintya mengangguk dengan ekspresi cemberut. “Iya, Ma. Bisa bayangkan nggak? Mantan pacarnya ada di sek

    Last Updated : 2024-12-25
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 12

    Evan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia butuh jawaban kenapa Anya berubah padanya, sehingga Evan memutuskan untuk menemui Anya saat itu juga. Tidak peduli akan ia yang masih merasa lelah karena habis pulang kerja. “Aku harus mendatangi Anya ke rumahnya,” kata Evan penuh dengan tekat. Sedangkan Chintya tidak beranjak dari posisinya sedari tadi, dia masih duduk dan berbicara dengan Sarah mamanya Evan. “Ma, aku gak ngerti kenapa Evan selalu begini. Dia gak pernah peduli sama aku, apalagi pernikahan ini. Kita tinggal sebulan lagi, tapi dia bahkan gak mau ikut urus persiapannya. Apa dia benar-benar serius menikah denganku?” suara Chintya bergetar, antara marah dan putus asa. Sarah menghela napas panjang, menyesap teh hangatnya sebelum menatap Chintya dengan pandangan lembut. “Sayang, Evan itu cuma lagi banyak pikiran. Kamu tahu kan pekerjaannya berat? Dia pasti capek. Coba kamu lebih pengertian.” “Pengertian?” Chintya mendengus, melipat tangannya dengan kesal. “Aku sudah cukup pen

    Last Updated : 2024-12-26
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 13. Masa lalu yang menyakitkan

    Evan menginjak pedal gas lebih keras dari biasanya. Sepanjang perjalanan pulang, gerutuan tidak berhenti keluar dari mulutnya. "Kurang ajar! Kenapa bisa ada Chintya segala di sana? Apa dia sengaja mengikutiku? Kenapa dia selalu ikut campur urusanku?" tangannya mengepal keras pada setir mobil, lalu dengan frustrasi memukulnya. Suara dentingan klakson mobil yang tidak sengaja tertekan membuat orang-orang di sekitarnya menoleh, tapi Evan tidak peduli.Niat awalnya untuk bicara dengan Anya berubah menjadi kekacauan. Anya tidak sempat memberi penjelasan, dan Chintya justru membuat situasi semakin rumit. Bayangan wajah Anya yang terkejut dan wajah Chintya yang penuh amarah bercampur menjadi satu di kepalanya. Evan merasa sesak.Saat tiba di rumah, ia menghempaskan pintu mobil dengan kasar dan berjalan masuk dengan langkah berat. Namun, sebelum ia sempat mencapai kamarnya, suara ibunya, Sarah, menghentikan langkahnya."Evan! Kamu dari mana saja?!" Sarah berdiri di ruang tamu dengan wajah pen

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 114

    Bab 114Malam mulai larut. Di kamar yang cukup luas namun terasa asing, Anya duduk di sisi ranjang dengan tubuh kaku. Kenzo sudah tertidur di kamar sebelah setelah Nathan menidurkannya dengan penuh kasih sayang. Nathan kembali ke kamar dan menutup pintu perlahan. Lampu kamar redup. Anya tahu, malam ini mereka resmi menjadi suami istri — setidaknya di mata hukum dan masyarakat. Tapi hatinya belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan itu.Nathan duduk di sebelah Anya, lalu memegang tangan istrinya yang dingin. “Kamu kelihatan tegang, Anya.”Anya menoleh pelan dan tersenyum tipis. “Maaf, aku cuma... belum terbiasa.”Nathan mengangguk mengerti. “Aku ngerti kok. Kamu nggak perlu memaksakan diri.”Anya menghela napas. “Aku tahu kamu suamiku sekarang, dan aku juga tahu aku harus jadi istri yang baik. Tapi... untuk yang satu itu, aku belum siap, Nathan. Bukan karena aku nggak percaya kamu, tapi... hatiku belum sepenuhnya pulih.”Nathan memandang wajah Anya dengan tenang. Ia mengusap pipi wanita

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 113

    Bab 113Evan pulang sebagai sosok yang kalah perang, sampai ia lesu dan tidak begitu bersemangat. sampai Chintya yang sedang bermain dengan ponselnya berdiri dan menghampiri Evan yang sedang membuka jas kerjanya. "Kamu kenapa, Evan? Apa terjadi sesuatu lagi pada mama?"Mata Evan langsung tidak suka dengan ucapan Chintya, yang seperti ingin terjadi sesuatu pada Saraswati, mamanya Evan. "Lah, kamu kok natap aku kayak gitu, Evan? Aku kan hanya sedang bertanya. Apa terjadi sesuatu lagi dengan mamamu, Evan?" Chintya mengulangi ucapannya, membuat Evan menepis badan Chintya dari hadapannya. Evan seperti malas melakukan perdebatan dengan Chintya, karena itu hanya akan menambah masalahnya saja. Alhasil Evan memutuskan untuk mengacuhkan Chintya. Sekalipun Evan tidak suka dengan ucapan Chintya. "Evan, Evan. Kamu kenapa sih?"Chintya mengejar Evan sampai ke dalam kamar. "Van, kamu kenapa?"Dengan bola mata melotot Evan berkata, "Bukan urusanmu!"Chintya jadi kesal, sebab Evan tidak menghargai

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 112.

    Bab 112Pagi itu, matahari seakan enggan bersinar. Langit mendung, seolah ikut merasakan beban di hati Evan. Dengan langkah berat, ia turun dari mobil yang diparkir di depan sebuah gedung megah — tempat pernikahan Anya dan Nathan digelar. Suasana di luar tampak meriah, karangan bunga berjejer, para tamu berdatangan dengan wajah bahagia. Tapi semua itu seperti kabut abu-abu bagi Evan.Roy yang berdiri di sampingnya melirik cemas. “Lo yakin mau masuk, Van?”Evan mengangguk pelan. “Gue harus lihat sendiri… harus pastiin kalau ini bukan kemauan dia.”Mereka melangkah masuk ke dalam gedung. Iringan musik pelaminan terdengar sendu di telinga Evan, seperti menertawakan luka di hatinya. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang selama ini memenuhi pikirannya.Dan di sanalah Anya.Berdiri di pelaminan, mengenakan kebaya putih yang indah… tapi wajahnya pucat, tatapannya kosong. Senyum yang seharusnya merekah di hari bahagia itu justru dipaksakan. Di sampingnya, Nathan tampak begitu perca

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 111. Kemarahan Evan

    Bab 111 Angin malam yang berembus dari celah jendela rumah sakit membawa aroma antiseptik yang menyengat. Lampu-lampu redup di koridor membuat suasana semakin mencekam. Evan berdiri di depan ruangan ICU, menatap kosong ke arah ibunya yang terbaring lemah di balik kaca bening. Tubuh Saraswati dikelilingi alat medis, suara detak monitor jantung terdengar stabil, tapi wajah wanita itu tampak pucat, jauh dari sosok kuat dan angkuh yang selama ini ia kenal. Evan menghela napas berat. Setiap embusan napasnya terasa seperti beban, seolah ada batu besar yang menindih dadanya. Pikirannya kusut. Anya. Mamanya. Chintya. Reza. Nama-nama itu berputar dalam kepalanya bagai badai, memporak-porandakan ketenangannya yang tinggal serpihan. Roy duduk di kursi tunggu, memperhatikan Evan yang seperti kehilangan arah. "Van," panggilnya pelan, "kamu harus kuat, bro. Kita belum selesai di sini." Evan menoleh, mata merahnya menyiratkan kemarahan yang ditahan. "Gue gak habis pikir, Roy. Kenapa hidup gue kay

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 110

    Bab 110"Saat-saat seperti ini kamu masih memikirkan wanita itu, Evan?'Saraswati yang mengalami stroke ringan menatap kasar ke Evan, dengan ucapannya yang juga terbata-bata dan tidak sejelas kemarin. "Ma, apa salah Anya? Kenapa kamu begitu membencinya, Ma."Saraswati ingin mengatakan kalau Anya tidak sepadan dengan keluarga mereka, tapi entah kenapa rasa sakit yang ia rasa semakin parah. Sampai ia merintih kesakitan, dan melihat hal itu Evan segera berlari untuk memanggil dokter. "Ma, Mama kenapa, Ma?" tanya Evan yang merasa kuatir, dilanjutkan dengan Evan yang berteriak memanggil sang dokter. "Dokter, tolong mama ku, Dok!"Seorang dokter berlari, disusul dengan kedatangan Roy yang tadi permisi keluar. "Ada apa ini, Evan? Apa yang terjadi pada Tante?""Aku dan mama tadi sempat selisih paham, Roy. Dan sekarang Mama kejang-kejang. Aku takut mama kenapa-kenapa, Roy.""Kenapa kamu lakukan itu, Evan? Kamu tahu kalau mamamu dalam keadaan kritis. Kamu malah membebani nya dengan pikiran E

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 109. Darah yang Sama, Luka yang Sama

    Bab 109. Darah yang Sama, Luka yang SamaSaraswati masih terisak, air matanya mengalir deras. Evan memegang tangan ibunya erat-erat, dadanya sesak menunggu jawaban. Ruangan rumah sakit itu terasa lebih pengap dari biasanya. Hujan di luar belum juga reda, seolah ikut menangisi semua luka yang terbongkar malam itu.“Ma… katakan… apa benar?” suara Evan bergetar, matanya merah.Saraswati mencoba berbicara, namun suaranya masih lemah. “Maafkan Mama… Nak…”Roy berdiri di sisi Evan, ikut menahan emosi. “Bu Saraswati… kami butuh kejelasan.”Saraswati menarik napas panjang, berusaha mengumpulkan tenaga. “Iya, Evan… Reza… dia ayah kandungmu.”Deg.Kalimat itu seakan menjatuhkan bom di hati Evan. Tangannya gemetar, seolah tidak mampu menopang beban rahasia itu.“Kenapa… Ma? Kenapa selama ini Mama bohong sama aku?”Saraswati menatap Evan dengan tatapan sayu. “Mama… terpaksa, Nak… saat itu Mama nggak punya pilihan. Mama hamil kamu… tapi Rendra… suami Mama, nggak tahu. Waktu itu Reza… dia kasar, di

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab. 108. Kamu anakku, Evan

    Bab 108. Kamu anakku, Evan Beberapa hari berlalu, Saraswati masih belum sadarkan diri. Evan hampir tak pernah beranjak dari samping ranjang ibunya. Wajahnya kusut, matanya merah karena kurang tidur. Roy masih setia menemani, meski suasana di antara mereka sering diwarnai diam. Suatu malam, saat hujan deras mengguyur kota, seorang perawat datang menghampiri Evan. “Maaf, Pak Evan… ada seorang pria yang ingin bertemu. Katanya penting.” Evan mengernyit. “Siapa?” “Beliau menolak menyebutkan nama… tapi memaksa, katanya ini soal masa lalu Ibu Saraswati.” Evan saling pandang dengan Roy. “Suruh masuk.” Tak lama, seorang pria berusia sekitar 50-an dengan wajah asing, mata tajam, dan senyum licik masuk ke ruangan. Tubuhnya tegap, meski keriput sudah mulai terlihat di wajahnya. “Evan… akhirnya kita ketemu juga.” “Siapa lo?” bentak Evan, langsung berdiri. Pria itu menoleh sebentar ke Saraswati yang terbaring lemah. “Aku... orang yang pernah sangat dekat sama ibumu. Bahkan… lebih dari yan

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab

    Bab 107 Di rumah Evan, suasana begitu mencekam. Saraswati baru saja tiba dari perjalanan singkatnya, wajahnya masih penuh amarah dan kecewa. Evan yang sejak tadi duduk di ruang tamu langsung berdiri saat melihat ibunya datang. "Mama... kenapa nggak langsung ke bandara? Kan besok malam Mama harus berangkat!" ujar Evan, berusaha menahan nada suaranya. Saraswati menatap Evan dengan sorot tajam. "Kamu pikir Mama ini pengecut kayak yang kamu kira? Mama nggak akan pergi dari sini cuma karena kamu takut sama Nathan atau Anya itu!" Evan mengepalkan tangannya. "Mama, ini demi keselamatan Mama! Situasi sekarang kacau! Dan Mama harus tahu diri, selama ini Mama sudah hancurin hidup orang, bahkan nyakitin Anya!" "Anya! Anya! Anya! Dari dulu yang kamu bela cuma perempuan itu! Kamu lupa siapa yang besarin kamu, Evan?! Kamu tega ngomong kayak gitu ke Mama kamu sendiri?!" bentak Saraswati, suaranya meninggi. "Karena Mama keterlaluan! Mama maksa Nathan buat jauhin Anya, bikin dia tersiksa… M

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 106. Nathan yang cemburu

    Bab 106Di ruang tamu yang sepi, Roy duduk berhadapan dengan Evan. Keduanya sama-sama tegang, menyimpan beban masing-masing.“Bos,” ucap Roy pelan. “Gue tahu situasinya kacau… tapi gue punya saran.”Evan menoleh, matanya sayu tapi penuh waspada. “Apa?”Roy menarik napas. “Kirim Mama lo ke luar negeri, Van. Jauh, sementara waktu. Biar aman. Daripada dia ditahan di sini atau diserang orang. Lagian… lo juga gak bakal tega liat dia di balik jeruji, kan?”Evan terdiam. Wajahnya keras, tapi hatinya runtuh. Roy benar. Walau bagaimanapun, Saraswati tetap ibunya.“Tapi Anya… dia udah terlalu terluka, Roy. Gue gak mau Anya tahu… kalau gue malah lindungi Mama.”Roy mengangguk. “Justru itu. Lo harus pinter jaga sikap depan Anya. Biar seolah-olah Mama lo pergi karena lo usir… padahal lo selamatin dia.”Evan menghela napas berat. “Susah, Roy… tapi kayaknya itu satu-satunya jalan.”Belum sempat Evan mengambil keputusan, suara mobil berhenti di depan rumah Anya. Nathan keluar dengan langkah cepat d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status