"Bisa tolong bantu Abang,Dek?".
"Tolong apa bang?" Ucap Tiara.
Tolong kasih tahu alasannya?" tanya Firman.
"Mana mungkin cowok ganteng, keren Seperti Abang tidak punya pacar," ucap Tiara.
Firman tertawa ketika mendengar ucapan Tiara.
"Tiar pasti akan balas dan angkat panggilan telepon abang, bila tiar nggak kerja ya bang soalnya Tiar rencana akan menjadi kerjaan. Nanti pasti Tiar sibuk," ucap Tiara menjelaskan.
"Iya Abang ngerti. Abang Pulang dulu. Assalamualaikum," ucap firman yang sudah menyalakan mesin motornya
"Iya bang hati-hati. Waalaikum salam," ucap Tiara yang tersenyum dan melambaikan tangannya. Tiara melihat pria yang berwajah ganteng tersebut
Firman melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan kawasan kos-kosan.
Tiara masuk ke dalam kamarnya setelah memandang pria itu yang sudah menjauh dari pandangannya. “Ganteng,” ucapnya yang tersenyum namun Tiara mengusap wajahnya dengan sangat kasar dan juga malu saat pikirannya itu datang Entah dari mana. “Tahu diri Tiara,” ucapnya mengingatkan dirinya.
Tiara masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan kamar yang begitu sangat kotor karena si pemilik kos-kosan tidak membersihkannya. Tiara membuang sampah-sampah yang ada di dalam kamar itu dan mengepel lantainya. Setelah kamarnya bersih Tiara mulai membuka-buka loker pekerjaan. Gadis itu mulai mencari pekerjaan melalui ponsel android yang dimilikinya.
Tiara membuat surat lamaran ke perusahaan-perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Pada umumnya pekerjaan yang tersedia untuk lulusan SMA hanya cleaning servis. Namun hal tersebut tidak masalah bagi Tiara. Dia juga sudah sangat terampil dalam bekerja. Tiara menyiapkan surat-surat lamaran yang akan dimasukkan ke perusahaan-perusahaan. Gadis itu memilih untuk menulis tangan surat lamarannya demi menghemat uang untuk merental komputer dan prin Surat lamaran. Tiara menulis surat lamarannya dengan sangat rapi.
Tiara berencana Untuk mengantarkan surat lamarannya besok ke perusahaan-perusahaan. Semoga aja uang yang aku punya cukup menjelang punya gaji ucap Tiara yang harus bertahan dengan uang yang sangat sedikit.
Tiara memandang tumpukan surat lamaran yang sudah dibuat. Tiara merasakan jari-jarinya yang sangat sakit setelah menulis begitu banyak surat lamaran. Tiara memijat jarinya guna melemaskan rasa penat jarinya.
Setelah menyelesaikan surat lamarannya Tiara Kemudian bersiap-siap untuk mandi tubuhnya terasa amat telah. Setidaknya disiram oleh air dingin bisa menyegarkan tubuhnya kembali.
Tiara keluar dari dalam kamarnya dengan memakai pakaian yang utuh dan membawa handuk miliknya.
Tiara tidak ada henti-hentinya tersenyum dan menyapa setiap kali bertemu dengan penghuni kos-kosan tersebut. Namun ada yang menjawab ada juga yang tidak, bagi Tiara itu tidak masalah.
Tiara melakukan ritual mandinya dan kemudian kembali lagi ke dalam kamarnya. Tiara memakai pakaian rumah. Baju kaos oblong dan juga celana pendek yang sudah sangat tidak bagus. Namun bagi Tiara baju itu terasa sangat nyaman ketika dipakai nya untuk tidur. Hari ini Tiara ingin bisa cepat tidur karena tubuhnya terasa amat lelah. Tiara membentangkan handuk mandinya untuk dijadikan alas tidurnya dan mengeluarkan kain panjang yang akan dijadikannya selimut untuk malam ini. Moga aja bisa cepat dapat kerjaan biar bisa beli kasur yang tipis, bantal dan juga selimut," ucap Tiara yang tersenyum penuh harap.
Tiara merasa sangat bersyukur karena tadi dirinya sudah makan dengan sangat banyak sehingga malam ini Tiara tidak perlu lagi keluar mencari makan malam.
***
Tiara merasa begitu sangat lelah setelah mengantarkan surat-surat lamaran yang dibuatnya ke perusahaan-perusahaan yang menjadi tempat tujuannya. Tiara yang baru saja berada di Jakarta harus memakai ojek online untuk mengantarkannya ke tempat tujuan, berhubung Tiara memang sangat tidak mengetahui lokasi dan juga tempat di mana perusahaan tempat ia memasukkan lamaran.
Tiara begitu sangat lega ketika surat-surat lamarannya sudah diantar nya langsung sampai ke alamat. Tiara masuk ke dalam kamar kosannya dan mendaratkan tubuhnya di atas lantai yang diberinya alas handuk mandi miliknya.
Semalam Tiara tidur di dalam kamarnya hanya dengan beralaskan kain handuk mandi dan juga memakai kain panjang yang dijadikan nya selimut.
"Akhirnya selesai juga ngantar surat surat lamarannya," ucap Tiara yang begitu sangat senang. Mulai dari sekarang ponsel nggak boleh habis baterai takutnya ada yang menghubungi." Tiara Berucap penuh harap. Tiar sangat berharap dirinya secepatnya mendapatkan pekerjaan.
Tiara mengeluarkan dompet dari dalam tas ranselnya. Tiara menghitung sisa uang yang saat ini dimilikinya. "Enggak nyangka habis banyak untuk ongkos ojek," ucapnya.
Tiara berbaring baring di atas handuk yang menjadi alas tidurnya. Tiara mengusap wajahnya dengan sangat kasar ketika mengingat bahwa uang yang dimilikinya begitu sangat sedikit. "Aku nggak mungkin bisa bertahan dengan uang ini menjelang dapat kerjaan. Kerjaan itu juga nggak tahu kapan dapatnya," ucap Tiara yang sedikit menggaruk kepalanya.
Tiara mulai berpikir bagaimana caranya agar dirinya bisa memperoleh uang sebelum mendapat pekerjaan. Tiara tersenyum lebar ketika mendapatkan solusi untuk mencari pekerjaan serabutan. "Oke semangat Tiara demi Bunda dan adek. Sekarang aku harus mandi dan cari kerjaan. Mudah-mudahan aja ada yang mau nerima ucap Tiara. Tiara beranjak dari tempat duduknya dan mengambil handuk yang dijadikannya alas tidur. Tiara membuka pakaiannya dan melingkarkan handuk di tubuhnya. Dengan begitu sangat bersemangat Tiara mempercepat langkah kakinya untuk keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ke kamar mandi
Di kos-kosan ini mereka difasilitasi kamar mandi yang berada di luar dari dalam kamar dan di pakai untuk bersama. Mereka di beri fasilitas ruang untuk menonton TV, ruang tamu dan ruang makan. Penghuni kos-kosan ini l sangat banyak namun Tiara belum sempat berkenalan karena terlihat mereka semuanya terlihat sangat sombong terhadapnya.
Tiara masuk ke dalam kamar mandi. Tiara menyiram tubuhnya dengan menggunakan gayung mandi. Tiara melakukan ritual mandinya yang tidak membutuhkan waktu lama. Setelah merasa tubuhnya sangat segar dan juga bersih Tiara menyudahi mandinya. Tiara tidak ingin mandi berlama-lama Karena dia harus mencari pekerjaan sore ini.
Setelah selesai mandi Tiara masuk ke dalam kamarnya dan bersiap-siap untuk mencari pekerjaan..
Tiara memakai baju kasual berwarna merah dan celana jeans berwarna hitam. Tiara mengikat penuh rambutnya ke atas. Ingin sekali Tiara berkaca dan melihat penampilannya saat ini untuk memastikan apakah penampilannya sudah cantik. Namun Tiara tidak bisa melakukan hal itu karena dirinya yang tidak memiliki cermin untuk berkaca. "Anggap aja sudah cantik," ucap Taira yang merapikan pakaiannya.
Tiara keluar dari dalam kamarnya setelah merasa penampilannya yang sudah sangat cantik.
Tiara merasa masih sangat lelah serta mengantar surat-surat lamarannya. Namun Tiara tidak ingin menunda untuk mencari pekerjaan. Tiara berharap ada warung Makan, coffee shop, pecel lele yang mau menerimanya untuk bekerja. "Semangat Tiara," Tiara Berucap dengar mengepalkan tangannya di udara.
Tiara memilih untuk berjalan kaki, dan berencana mencari pekerjaan di kawasan kos-kosannya saja.
***
Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop yang cukup ramai dengan pengunjung. Walaupun Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja. Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop. "Mau ketemu sama bang Roma," ucap pria berwajah manis tersebut. "Iya," jawab Tiara. "Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya. "Siap
Tiara merasa sangat senang, karena dirinya di terima bekerja tanpa syarat. Tiara memakai seragam yang disediakan oleh coffee shop tersebut."Tiara, bila ada customer yang masuk, maka kamu langsung datangi ke meja yang di tempati customer. Kamu wajib menyapa dengan sangat ramah. Ingat ya, semakin baik layanan yang kita berikan, maka semakin ramai yang masuk. Jadi semakin banyak pula bonus yang akan kita terima," ucap Lisa menjelaskan"Apa di sini ada bonus juga kak?" Ucap Tiara dengan mata yang terbuka lebar."Iya ada, Abang Roma akan memberikan kita bonus bila penjualan kita melebihi dari target yang di minta. Oleh karena itu, kita harus mampu menarik pelanggan dan membuat pelanggan betah Sehingga menjadikan om dut coffee tempat nongkrong yang asik," ucap Lisa menjelaskan panjang lebar."Iya kak Tiar mengerti," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara begitu sangat senang mendengar ka
"Ternyata ibukota itu seperti ini, walaupun sudah jam segini tetap aja rame," ucap Tiara yang tidak takut berjalan sendiri karena kondisi jalan yang masih sangat ramai.Tiara mempercepat langkah kakinya agar bisa secepatnya sampai di kos-kosannya. Tiara begitu sangat senang ketika dirinya sudah sampai di kosan yang menjadi tempat tinggalnya. Tiara memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Ya ampun Kenapa aku lupa kalau aku baru aja kos di sini. Aku juga nggak tahu peraturan di kos-kosan ini. Sekarang pintu dan pagar udah dikunci. Gimana cara masuk," ucap Tiara yang begitu sangat panik. Tiara mencoba mengetuk-ngetuk besi pagar namun tidak ada ada yang membukakannya pintu. Tiara juga tidak tahu nama-nama penghuni di kos-kosan.Tiara duduk di depan pagar besi kos-kosannya. Tiara berpikir sejenak ke mana Dirinya harus pergi saat ini. "Semoga coffee shop belum tutup sehingga aku bisa tidu
Capter 8.Roma memandang Tiara dengan mengerutkan keningnya. Gadis itu baru bekerja dengannya 1 hari. Sekarang gadis itu mengatakan ingin menginap di tokonya. Roma memandang Tiara penuh dengan kecurigaan.Tiara diam saat melihat Roma Memandangnya. "Apa boleh bang?Tiar Beneran gak punya tempat untuk tidur," Ucap Tiara penuh harap."Tadi Tiar sudah pulang ke kos bang, Tapi kos-kosan sudah dikunci. Tiar juga nggak ada yang kenal sama orang di kosan." Tiara mencoba menjelaskan dengan wajah melasnya."Ya sudahlah, kalau gitu kamu nginep di apartemen Abang aja," ucap Roma yang memandang Tiara.Tiara diam ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ada rasa takut dan juga deg-degan yang dirasakannya.Roma tersenyum dengan menaikkan sebelah bibirnya memandang gadis yang saat ini berdiri di depannya. "Kamu itu Maher beladiri, Mana berani Abang gan
Roma terbangun ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia baru menyadari bahwa di apartemennya ada seorang gadis yang sedang menumpang menginap.Roma memandang jam yang ternyata sudah jam 9 pagi. "Ya ampun kesiangan," ucapnya. Roma kembali tertidur setelah melakukan shalat subuh. Roma beringsut duduk dan beranjak dari kasur yang ditidurinya."Ada apa dek?" Roma berkata ketika yang membuka pintu kamarnya."Maaf bang, Tiar ganggu tidurnya." Tiara begitu sangat tidak enak ketika memberitahu hal ini."Iya tidak apa, ada apa?" tanya Roma."Abang Tiar sudah siapin sarapan." Tiara sedikit tersenyum.Roma tersenyum ketika mendengar ucapan Tiara. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya. "Abang mandi sebentar ya, apa mau pulang ke kosan pagi ini?" tanya Roma."Iya Bang," jawab Tiara.
"Alhamdulillah, akhirnya kerja juga." Tiara tersenyum memandang wajahnya dari pantulan cermin. Ia tidak menduga bahwa tes interviewnya lulus, hari ini dan akan mulai bekerja."Bismillahirrahmanirrahim," Kalimat awal yang diucapkan gadis yang berwajah cantik tersebut. Dengan memakai bedak tabur dan sedikit mengoleskan lipstik di bibirnya. Wajah gadis itu sudah terlihat sangat cantik secara alami. Ia memakai baju berwarna putih dan celana kain berwarna hitam. Seluruh rambutnya diikat penuh ke atas. Setelah yakin dengan penampilannya yang sudah cantik. Tiara keluar dari dalam kamar. Sudah tiga Minggu Tiara tinggal di kos-kosan ini, namun belum ada satupun penghuni kos yang ramah kepadanya. Bahkan saat ia menyapa, tidak ada yang mau menyahutnya."Mbak," sapa Tiara dengan tersenyum ramah ketika salah seorang penghuni kos melintas di sampingnya. Tiara tidak tahu siapa nama wanita yang bertubuh kurus dan tinggi terse
Tidak ada kepanikan di wajah cantiknya ketika melihat ke lima pria bertubuh tinggi itu mendekatinya. Ia mundur beberapa langkah guna mencari tempat yang lebih luas. Tiara terus mundur hingga ia berada di tepi jalan. Lima pria itu dengan sengaja mengepungnya."Apa kita selesaikan gadis ini dulu Bos" tanya salah seorang anak buah pria berambut plontos."Awasi mereka, jangan sampai kabur," perintah pria berambut plontos. Para itu menunjuk ke arah pasangan suami istri yang menjadi sasaran mereka"Baik bos." Jawab pria berkulit hitam dengan tubuh yang tinggi dan juga besar."Jangan dekat, bila berani berani mendekat, aku akan menembakmu," ancam pria yang sudah memegang senjata api tersebut.Nyalinya seakan langsung menciut memandang senjata api yang dipegang oleh pria tua yang menjadi targetnya, Sehingga pria bertubuh gelap itu memilih untuk tidak lebih mende
"Abang, tolong doakan Tiar, agar Jangan di pecat sebelum bekerja." Tiara memandang Roma dengan wajah yang pucat."Lawan 6 laki-laki sekaligus dengan badan yang besar dan tinggi gak takut, tapi dipecat takut," ejek Roma."Ya beda bang, ini berkaitan dengan mata Tiar." Tiara berkata dengan raut wajah yang serius."Mata apa?" Tanya Roma."Mata pencaharian bang, bang Tiar langsung turun ya. Ingat doakan Tiar," Ucapnya dengan sedikit tersenyum."Ini rambutnya dirapikan dulu." Roma Merapi rambut Tiara yang berserak setelah selesai bertarungTiara diam ketika Roma merapi rambutnya yang berantakan. Dirinya sungguh sangat lupa akan penampilannya, bersyukur pria itu mengingatkannya."Sudah cantik, sudah rapi." Roma tersenyum memandang wajah cantik Tiara."Makasih ya bang," Tiara membuka pin
"Apa dia sudah jalan ke sini?" Faisal memandang Rafael."Iya dad, kita tunggu sebentar." Rafael sedikit tersenyum. Meskipun menu sudah terhindar, namun ia ingin makan siang bersama-sama dengan sahabatnya. Sekalian akan mengenalkan Daddy, dan menceritakan tentang hubungannya dengan sang bodyguard.Tiara memandang ke arah pintu masuk. Jantungnya berdegup cepat saat melihat sosok yang dikenalnya. "Rhoma," panggil Faisal. Rhoma tersenyum dan berjalan ke arah Faisal."Enggak nyangka bisa jumpa di sini. Bagaimana kabar kamu, nak?" Faisal bertanya dengan tersenyum. Rhoma adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, karena sudah menyelamatkan nyawa istri dan dirinya sendiri. Faisal pernah berniat untuk menjalin kerjasama membuka coffee shop dengan Rhoma, namun pada akhirnya pemuda itu menolak dengan alasan begitu sibuk takut tidak terhandle lagi."Alhamdulillah baik pak Faisal." Rhoma tersenyum. Rafael kenalin ini Rhoma yang dulu pernah menyelamat Daddy dan mommy saat di serang oleh o
Rafael memandang Tiara dengan tersenyum. pagi ini, gadis itu terlihat sangat cantik dan segar dengan memakai stelan blazer berwarna pink muda dan baju kaos putih di dalamnya. Baru melihat senyum manis Tiara saja, hatinya sudah sangat senang dan berbunga-bunga. Degup jantungnya semakin cepat, ketika tatapan matanya bertemu dengan Rafael. Dengan cepat Tiara mengalihkan pandanganya ke arah yang lain. Ia tidak ingin Elizabeth atau Faizal merasa curiga melihat sikapnya."Ayo Tiara, duduk." Elizabeth menarik tangan gadis Cantik tersebut."Iya Bu," jawab Tiara. Sikap baik Elizabeth yang seperti ini, membuat Tiara semakin merasa bersalah. Bahkan sang majikannya itu meletakkan daging bakar ke dalam piringnya. "Bagaimana kuliahnya semala" tanya Rafael. Meskipun obrolan tentang kegiatan perkuliahan dan seperti apa saat di kampus, sudah dibahas, namun tetap saja Rafael bertanya untuk mencari topik obrolan di meja makan. "Baru permulaan pak jadi masih tahap beradaptasi," jawab Tiara dengan sedi
"Saya juga ingin jalan-jalan di Indonesia, jadi anggap saja saat ini sedang jalan-jalan." Yunaindra kembali membujuk kedua gadis tersebut. Ke dua gadis itu pastinya tidak percaya dan canggung dengan orang yang baru di kenal seperti dirinya."Mengapa kalian sepertinya takut denganku, yakinlah aku ini orang baik dan tidak pemakan manusia." Pria berwajah tampan itu terkekeh. Menghadapi anak kecil, diperlukan kesabaran yang ekstra tinggi dan itulah yang saat ini dilakukannya. Dengan sabar meyakini kedua gadis yang masih berdiri dengan sorot mata penuh keraguan. Yunaindra hanya diam dan memandang kedua gadis yang saling berbisik. "Baiklah tapi saya minta saya diantar pulang duluan ya Om," pinta Zia. Berdua saja di dalam mobil dengan lawan jenis yang baru saja di kenal, tentu membuat Zia tidak nyaman. "Tidak masalah." Pria tampan itu tersenyum lega. Tidak masalah siapa yang diantar lebih dulu, yang penting kedua gadis itu mau diantarkan pulang, sehingga ia tidak merasa bersalah terhada
"Maaf Mr, saya ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi saya harus segera pulang untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Apa saya bisa minta tolong untuk mengantarkan teman-teman saya pulang? Namun jika Mr sibuk, tidak apa, saya akan menghubungi taksi." Tiara berkata dengan sedikit berbisik di dekat daun telinga Yunaindra agar perkataannya tidak di dengar oleh kedua temannya."Oh tidak, aku tidak sibuk. Pulanglah, selesaikan perjalanan mu." Pria bermata sedikit sipit itu tersenyum. "Terimakasih Mr." Tiara beranjak dari duduknya. "Tiara mau ke mana?" Tanya Zia."Maaf, aku ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi aku pamit dulu ya. Kalian akan di antar Mr Yuna pulang." Tiara berkata dengan tersenyum. Sebelum kedua temannya berbicara, Tiara sudah pergi lebih dulu. Tiara langsung pergi dan masuk ke dalam mobil. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat 40 pesan dari Rafael. [Gimana di kampus?][Ingat ya, jangan pandang-pandang cowok.][Selesai kuliah langsung pulang.][Telpon Abang kalau s
"Tiara ini mobil kamu?" Cila bertanya dengan heboh. Dilihatnya mobil mewah berwarna hitam itu dengan mulut terbuka. Tanpa ada rasa malu, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan meminta Zia untuk mengambil gambarnya. Zia hanya patuh mengikuti perintah teman barunya. Ia mengambil gambar Cila dengan berbagai pose. "Cila, ini sudah banyak." Zia mulai lelah. "Satu kali lagi, buat video reels." Pintanya dengan tersenyum.Dengan sangat sabar Zia mengikuti permintaan temannya. "Sudah," ucapnya sambil memberikan ponsel Cila."Tunggu, satu lagi, video tiktok." Cila kembali merayu temannya. Zia menuruti kehendak temannya. Dengan sabar mengambil rekaman video tiktok. Entah sudah berapa kali gadis itu mengambil video tiktok dan menunggu Cila mengupdate dan kemudian mengambil lagi. Yunaindra tersenyum geli melihat Cila yang bertingkah udik. Melihat tingkah gadis-gadis itu, membuatnya hanya tertawa kecil. Namun secara diam-diam Yunaindra ikut serta mengambil video Zia dan Cila. Lumay
Tiara seakan tidak percaya ketika melihat rombongan dosen yang masuk kedalam ruangan dan kemudian duduk di kursi bagian depan yang disediakan khusus untuk dosen yang akan memberikan kata sambutan untuk mereka. "Abang Rhoma," gumamnya" Tiara memandang sosok yang begitu sangat dikenalnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Diantara dosen-dosen yang sekarang duduk di depan, pria itu tampak paling muda dan juga paling tampan."Tiara, dosennya ganteng banget ya." Zia mencolok tangan Tiara. "Iya, ganteng banget dan masih muda. Sudah nikah belum ya," jawab teman Tiara bernama Cila. Tiara hanya diam saat mendengar teman-temannya berbicara. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun terpesona dengan dosen muda yang menjadi pusat perhatian para mahasiswi, namun tetap saja para mahasiswi itu diam dan fokus mendengarkan arahan dari Dekan fakultas mereka."Dosen-dosen yang duduk di depan ini, merupakan ketua jurusan dan koordinator prodi." Pria berkacamata ter
Setelah sampai di rumah Rafael dan mengantarkan pria itu dengan selamat, Tiara pamit untuk pulang ke kosnya. Ia akan mandi terlebih dahulu dan kemudian langsung ke kampus tempat kuliahnya. Semua ini seperti mimpi untuknya. Jika dulu Tiara hanya bisa bermimpi untuk menjadi seorang mahasiswa, namun hari ini mimpinya menjadi kenyataan. "Apa gak capek?" Rafael memandang kekasihnya. Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Hari ini belum kuliah, masih perkenalan akademik kampus," jelasnya. Rafael tersenyum dan berniat untuk mengusap kepala gadis tersebut. Namun dengan cepat Tiara mundur beberapa langkah. "Nanti ibu lihat," ucapnya yang menjaga jarak dengan pria tersebut.Rafael yang memahami kondisi hubungan mereka, hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Ini kunci mobil." Rafael memberikan kunci mobil di tangannya.Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Pakai taksi aja.”"Bawa mobil aja, besok pagi jemput Abang." Rafael sedikit memaksa. Mana mungkin ia bisa tenang jika Tiara p
Tiara berdiri di luar ruangan. Ruangan yang saat ini menjadi tempat Rafael bertemu dengan klien, berjarak sekitar 3 ruangan dari tempat sebelumnya. Tiara dapat melihat dengan jelas. Tiga orang pria berpakaian pelayan masuk ke dalam ruangan sambil membawa makanan. Tidak lama ketiga pria itu keluar dengan wajah kesal. "Setelah ini, aku harus meminta kepada ibu dan pak Faizal, nama-nama orang yang harus diwaspadai." Batin Tiara. Apa yang tadi dicemaskan ternyata benar. Filing nya tidak meleset. Setelah 1 jam berjaga di luar ruangan, Tiara kembali masuk. Dilihatnya Rafael dan yang lainnya sedang makan. "Kenapa lama sekali?" Rafael memandang Tiara. Ketika Tiara keluar dari ruangan, ia tidak tenang namun saat Tiara berada di dalam ruangan, dadanya terasa panas. Apa lagi melihat cara Mr Yuna memandang Tiara. "Iya, kamar mandi antri." Tiara tersenyum dan menyantap makanannya.Rafael hanya membulatkan mulutnya saat mendengar jawaban Tiara. Meskipun merasa tidak nyaman, namun Tiara tetap b
Tiara duduk di kursi penumpang bersama dengan Sari. Sedang Adnan, dan Rafael, duduk di kursi depan. Kedua pria itu tidak berhenti berbicara mengenai pekerjaan. Tiara lebih banyak diam saat berada di dalam mobil. Matanya fokus memandang ke arah depan dan melirik ke kiri, ke kanan serta bagian belakang. Setelah mengambil sensor pelacak mobil yang selalu dipakai Rafael, setidaknya membuat hatinya sedikit lega, namun tetap selalu waspada. Jika alat sensor pelacak GPS itu di letak didalam mobil, itu artinya orang yang melakukan masih orang dekat. Karena terlihat cara kerjanya yang begitu sangat rapi dan bisa masuk ke dalam mobil yang sudah memiliki pengaman canggih seperti mobil Rafael.Adnan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang menjadi tempat mereka bertemu dengan rekan bisnisnya. "Sudah sampai," ucapnya sambil membuka sabuk pengaman. Rafael menganggukkan kepalanya dan memandang ke arah belakang. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Tiara yang sudah turun dari d