"Saya bener nggak enak Bang, nanti gara-gara saya Abang nggak dapat uang setoran," ucap Tiara memandang Firman.
"Gak apa tadi Abang banyak dapat rezeki," jawab Firman santai.
"Alhamdulillah kalau begitu," ucap Tiara yang tersenyum lega.
"Ini ya nak, teh es manisnya" ucap ibu pemilik warung yang meletakkan teh es manis di atas meja
Terima kasih ya buk," ucap Tiara yang mengambil teh es tersebut. Tiara meminum Teh es manis itu dengan sedotan. Tiara merasa tenggorokannya yang terasa sangat segar ketika merasakan air dingin yang memiliki rasa manis itu lolos di rongga tenggorokannya.
Firman mengangukan kepalanya. "Ayo makan," ucap firman saat ibuk warung meletakkan pesanannya.
Iya bang sudah lapar sekali," ucap Tiara.
Tiara memasukkan nasi kedalam mulutnya. "Masakannya Enak Bang," ucap Tiara yang memakan nasi dengan ayam goreng balado.
Firma menganggukkan kepalanya dan mengunyah nasi ada di dalam mulutnya. Firman memperhatikan Taira yang makan dengan sangat lahapnya. "Apa Mau tambah?" ucap Firman menawarkan.
"Apa boleh?" tanya Tiara.
"Ya bolehlah," ucap Firman yang memanggil ibu pemilik warung.
Firman memesan satu piring nasi yang lengkap dengan sayur dan juga ayam seperti yang tadi di pesannya.
"Sebenarnya saya malu Bang, makan banyak gini. Tapi rasanya enak sekali," ucap Tiara ketika mengambil nasi tambahannya.
Firman hanya tersenyum kecil ketika mendengar ucapan gadis tersebut.
Firman menghabiskan teh es manis yang ada di dalam gelas nya sambil menunggu Tiara yang makan nasinya.
"Apa sudah siap?" Ucap firman ketika melihat Tiara yang sudah selesai makan.
"Sudah bang," Jawab Tiara yang tersenyum lebar
"Ya sudah kita berangkat sekarang. Takutnya nanti terlalu sore," ucap Firman.
"Iya bang," jawab Tiara yang menganggukkan kepalanya.
"Abang bayar sebentar," ucap Firman beranjak dari tempat duduknya. Firman membayar uang belanjanya dengan ibu warung. Pria itu berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman depan warung. Sedangkan Tiara mengikutinya dari belakang.
"Apa sudah siap," ucap Firman yang tersenyum memandang gadis cantik yang bertubuh tinggi dengan memakai baju kaos pas body berwarna hitam dan celana jeans biru pekat
"Sudah bang," jawab Tiara.
Firman menandang ke belakang untuk memastikan posisi duduk gadis tersebut. Firman mengendarai motornya Setelah yakin gadis itu sudah duduk dengan benar. Pria itu mengendarai motornya menuju ke kawasan kos-kosan.
**
"Sudah banyak kos-kosan yang kita tanya dan ini yang harganya paling miring,” ucap Firman saat berdiri di dalam kamar kos-kosan berukuran 3 x 3 meter yang cukup untuk satu orang. Sejak tadi Endah sudah berapa banyak rumah kos yang di datanginya. Namun mereka pergi dan mencari yang lain. Firman mencari kos-kosan yang harganya sangat murah sesuai dengan keinginan Tiara.
Tiara memandang kamar tersebut. Kamar kos-kosan itu tidak menyediakan fasilitas apapun jadi semuanya harus dibawa sendiri.
“Karena harganya sangat murah jadi tidak dikasi fasilitas lain,” ucap Firman.
“Enggak apa-apa bang, saya nanti bisa pakai tikar aja,” ucap Tiara yang merasa sangat senang saat melihat kamar yang akan di tempati nya
Firman begitu kasihan ketika melihat gadis tersebut.
"Bang, ongkos ojeknya berapa?" Ucap Tiara.
Firman tersenyum saat mendengar pertanyaan Tiara. "Gak usah di bayar," ucapnya.
"Kok gitu bang, saya gak enak kalau seperti ini," ucap Tiara.
"Sewaktu abang Pulang dari kuliah, Abang dapat telepon dari papa. Abang di suruh langsung ke terminal ngambil paket dari keluarga papa abang yang ada di kampung. Jadi Abang bukan tukang ojek." Firman tersenyum menjelaskan kepada gadis tersebut.
"Duh, Maaf bang. Beneran saya tidak tau. Saya jadi tidak enak beneran," ucap Tiara yang begitu sangat malu.
"Tidak apa, Abang senang bisa ketemu Tiara dan membantu Tiara. Mungkin ini yang dikatakan jodoh," ucap Firman yang sedikit tersenyum.
“Saya nggak enak ngerepotin,” ucap Tiara.
“Enggak apa, nanti kapan-kapan Abang selesai kuliah apa boleh datang ke sini?" Ucap firman.
"Tentu aja boleh bang." Jawab Tiara dengan sangat cepat.
“Ya sudah Abang pulang dulu. Sudah sore," ucap firman.
“Iya bang, makasih hati-hati ya. Saya juga mau bersih-bersih kamarnya,” ucap Tiara yang tersenyum.
Firman tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu berjalan kearah motor nya yang terparkir di halaman kos-kosan tersebut. "Abang lupa minta no ponselnya," ucap Firman ketika sudah duduk di jok motornya.
"Oh iya bang, ini no ponsel saya," ucap Tiara yang memberikan no ponselnya.
Firman mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan mengetik no ponsel yang di sebut Tiara. Apa benar ini no ponselnya?" Tanya Firman yang memandang no 081312345678 di layar ponselnya.
"Iya bang, benar," ucap Tiara.
“Cantik no ponselnya," ucap Firman memandang no ponsel Tiara. "Sangat sulit mendapatkan no ponsel seperti ini. benaran ini no nya?" Tanya Firman yang terlihat tidak percaya.
"Iya bang," ucap Tiara.
"Abang miscool ya," ucap Firman meyakinkan dirinya
"Iya bang," jawab Tiara yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Firman menghubungi no ponsel yang di berikan gadis tersebut.
"Masuk bang," ucap Tiara mendegar dering di ponselnya.
"Abang kirain bohongan tadi," ucap firman yang tersenyum.
"Gak bang, itu beneran no ponsel Tiara."
"Ini no ponsel beli Berapa?
Bila no ponsel cantik seperti ini biasanya akan dijual dengan harga yang tinggi," ucap Firman yang sangat penasaran.
"Waktu Tiara beli harganya 10 sudah sama pulsa 5000," ucapnya.
"Masak sih?" Ucap Firman yang tidak percaya.
"Iya bang, yang penjual kartu ngasih ini no untuk Tiara. Katanya ini no cantik cocok sama yang punya. Sama-sama Cantik," ucap Tiara dengan sangat jujur.
Firman tertawa kecil saat mendengar ucapan Tiara. "Jadi ini di kasih sama yang jual untuk melancarkan niat merayunya," ucap Firman yang sudah bisa menebak modus di penjual ponsel.
"Ya gak tau bang. Orangnya suka telpon-telpon Tiar. Dia suka kirim Tiar pulsa telepon dan paket data. Padahal Tiar gak Minta."
Fajar mengangukan kepalanya.
"Orang nya genit bang, Padahal sudah punya istri. Jadinya Tiar blokir no ponselnya." Ucap Tiara menjelaskan.
Firman tertawa kecil saat mendengar ucapan Tiara. "Iya bagus seperti itu. Nanti kita nggak gangguin dia, dia yang deketin, dia juga yang gangguin tapi malah kita yang diserang dan dibilang pelakor," ucap Firman yang tersenyum menasehati Tiara.
"Iya benar sih Bang Tiar juga takut ketika melihat sikap orang itu makanya Tiar blokir," ucap Tiar.
"Abang pulang dulu, ingat ya harus pandai jaga diri jangan terlalu mudah percaya sama orang yang baru dikenal termasuk sama Abang. Bisa aja Abang ini orang jahat," ucap Firman yang tersenyum tipis.
Dengan cepat Tiara menganggukkan kepalanya. "Sip bos," ucapnya yang bergaya hormat.
"Jangan lupa nomor telepon abang harus disimpan dan kemudian di saat Abang menghubungi harus diangkat, Abang chat wajib dibalas. Jangan takut sama abang Dek Abang perjaka tulen nggak punya pacar apalagi istri jadi aman,' ucap Firman yang sedikit tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
Tiara tertawa ketika mendengar ucapan pria tersebut. "Tapi Tiar tidak percaya Bang," ucapnya.
***
"Bisa tolong bantu Abang,Dek?"."Tolong apa bang?" Ucap Tiara.Tolong kasih tahu alasannya?" tanya Firman."Mana mungkin cowok ganteng, keren Seperti Abang tidak punya pacar," ucap Tiara.Firman tertawa ketika mendengar ucapan Tiara."Tiar pasti akan balas dan angkat panggilan telepon abang, bila tiar nggak kerja ya bang soalnya Tiar rencana akan menjadi kerjaan. Nanti pasti Tiar sibuk," ucap Tiara menjelaskan."Iya Abang ngerti. Abang Pulang dulu. Assalamualaikum," ucap firman yang sudah menyalakan mesin motornya"Iya bang hati-hati. Waalaikum salam," ucap Tiara yang tersenyum dan melambaikan tangannya. Tiara melihat pria yang berwajah ganteng tersebutFirman melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan kawasan kos-kosan.Tiara masuk ke dalam kamarnya setelah memandang pria it
Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop yang cukup ramai dengan pengunjung. Walaupun Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja. Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop. "Mau ketemu sama bang Roma," ucap pria berwajah manis tersebut. "Iya," jawab Tiara. "Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya. "Siap
Tiara merasa sangat senang, karena dirinya di terima bekerja tanpa syarat. Tiara memakai seragam yang disediakan oleh coffee shop tersebut."Tiara, bila ada customer yang masuk, maka kamu langsung datangi ke meja yang di tempati customer. Kamu wajib menyapa dengan sangat ramah. Ingat ya, semakin baik layanan yang kita berikan, maka semakin ramai yang masuk. Jadi semakin banyak pula bonus yang akan kita terima," ucap Lisa menjelaskan"Apa di sini ada bonus juga kak?" Ucap Tiara dengan mata yang terbuka lebar."Iya ada, Abang Roma akan memberikan kita bonus bila penjualan kita melebihi dari target yang di minta. Oleh karena itu, kita harus mampu menarik pelanggan dan membuat pelanggan betah Sehingga menjadikan om dut coffee tempat nongkrong yang asik," ucap Lisa menjelaskan panjang lebar."Iya kak Tiar mengerti," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara begitu sangat senang mendengar ka
"Ternyata ibukota itu seperti ini, walaupun sudah jam segini tetap aja rame," ucap Tiara yang tidak takut berjalan sendiri karena kondisi jalan yang masih sangat ramai.Tiara mempercepat langkah kakinya agar bisa secepatnya sampai di kos-kosannya. Tiara begitu sangat senang ketika dirinya sudah sampai di kosan yang menjadi tempat tinggalnya. Tiara memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Ya ampun Kenapa aku lupa kalau aku baru aja kos di sini. Aku juga nggak tahu peraturan di kos-kosan ini. Sekarang pintu dan pagar udah dikunci. Gimana cara masuk," ucap Tiara yang begitu sangat panik. Tiara mencoba mengetuk-ngetuk besi pagar namun tidak ada ada yang membukakannya pintu. Tiara juga tidak tahu nama-nama penghuni di kos-kosan.Tiara duduk di depan pagar besi kos-kosannya. Tiara berpikir sejenak ke mana Dirinya harus pergi saat ini. "Semoga coffee shop belum tutup sehingga aku bisa tidu
Capter 8.Roma memandang Tiara dengan mengerutkan keningnya. Gadis itu baru bekerja dengannya 1 hari. Sekarang gadis itu mengatakan ingin menginap di tokonya. Roma memandang Tiara penuh dengan kecurigaan.Tiara diam saat melihat Roma Memandangnya. "Apa boleh bang?Tiar Beneran gak punya tempat untuk tidur," Ucap Tiara penuh harap."Tadi Tiar sudah pulang ke kos bang, Tapi kos-kosan sudah dikunci. Tiar juga nggak ada yang kenal sama orang di kosan." Tiara mencoba menjelaskan dengan wajah melasnya."Ya sudahlah, kalau gitu kamu nginep di apartemen Abang aja," ucap Roma yang memandang Tiara.Tiara diam ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ada rasa takut dan juga deg-degan yang dirasakannya.Roma tersenyum dengan menaikkan sebelah bibirnya memandang gadis yang saat ini berdiri di depannya. "Kamu itu Maher beladiri, Mana berani Abang gan
Roma terbangun ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia baru menyadari bahwa di apartemennya ada seorang gadis yang sedang menumpang menginap.Roma memandang jam yang ternyata sudah jam 9 pagi. "Ya ampun kesiangan," ucapnya. Roma kembali tertidur setelah melakukan shalat subuh. Roma beringsut duduk dan beranjak dari kasur yang ditidurinya."Ada apa dek?" Roma berkata ketika yang membuka pintu kamarnya."Maaf bang, Tiar ganggu tidurnya." Tiara begitu sangat tidak enak ketika memberitahu hal ini."Iya tidak apa, ada apa?" tanya Roma."Abang Tiar sudah siapin sarapan." Tiara sedikit tersenyum.Roma tersenyum ketika mendengar ucapan Tiara. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya. "Abang mandi sebentar ya, apa mau pulang ke kosan pagi ini?" tanya Roma."Iya Bang," jawab Tiara.
"Alhamdulillah, akhirnya kerja juga." Tiara tersenyum memandang wajahnya dari pantulan cermin. Ia tidak menduga bahwa tes interviewnya lulus, hari ini dan akan mulai bekerja."Bismillahirrahmanirrahim," Kalimat awal yang diucapkan gadis yang berwajah cantik tersebut. Dengan memakai bedak tabur dan sedikit mengoleskan lipstik di bibirnya. Wajah gadis itu sudah terlihat sangat cantik secara alami. Ia memakai baju berwarna putih dan celana kain berwarna hitam. Seluruh rambutnya diikat penuh ke atas. Setelah yakin dengan penampilannya yang sudah cantik. Tiara keluar dari dalam kamar. Sudah tiga Minggu Tiara tinggal di kos-kosan ini, namun belum ada satupun penghuni kos yang ramah kepadanya. Bahkan saat ia menyapa, tidak ada yang mau menyahutnya."Mbak," sapa Tiara dengan tersenyum ramah ketika salah seorang penghuni kos melintas di sampingnya. Tiara tidak tahu siapa nama wanita yang bertubuh kurus dan tinggi terse
Tidak ada kepanikan di wajah cantiknya ketika melihat ke lima pria bertubuh tinggi itu mendekatinya. Ia mundur beberapa langkah guna mencari tempat yang lebih luas. Tiara terus mundur hingga ia berada di tepi jalan. Lima pria itu dengan sengaja mengepungnya."Apa kita selesaikan gadis ini dulu Bos" tanya salah seorang anak buah pria berambut plontos."Awasi mereka, jangan sampai kabur," perintah pria berambut plontos. Para itu menunjuk ke arah pasangan suami istri yang menjadi sasaran mereka"Baik bos." Jawab pria berkulit hitam dengan tubuh yang tinggi dan juga besar."Jangan dekat, bila berani berani mendekat, aku akan menembakmu," ancam pria yang sudah memegang senjata api tersebut.Nyalinya seakan langsung menciut memandang senjata api yang dipegang oleh pria tua yang menjadi targetnya, Sehingga pria bertubuh gelap itu memilih untuk tidak lebih mende
"Apa dia sudah jalan ke sini?" Faisal memandang Rafael."Iya dad, kita tunggu sebentar." Rafael sedikit tersenyum. Meskipun menu sudah terhindar, namun ia ingin makan siang bersama-sama dengan sahabatnya. Sekalian akan mengenalkan Daddy, dan menceritakan tentang hubungannya dengan sang bodyguard.Tiara memandang ke arah pintu masuk. Jantungnya berdegup cepat saat melihat sosok yang dikenalnya. "Rhoma," panggil Faisal. Rhoma tersenyum dan berjalan ke arah Faisal."Enggak nyangka bisa jumpa di sini. Bagaimana kabar kamu, nak?" Faisal bertanya dengan tersenyum. Rhoma adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, karena sudah menyelamatkan nyawa istri dan dirinya sendiri. Faisal pernah berniat untuk menjalin kerjasama membuka coffee shop dengan Rhoma, namun pada akhirnya pemuda itu menolak dengan alasan begitu sibuk takut tidak terhandle lagi."Alhamdulillah baik pak Faisal." Rhoma tersenyum. Rafael kenalin ini Rhoma yang dulu pernah menyelamat Daddy dan mommy saat di serang oleh o
Rafael memandang Tiara dengan tersenyum. pagi ini, gadis itu terlihat sangat cantik dan segar dengan memakai stelan blazer berwarna pink muda dan baju kaos putih di dalamnya. Baru melihat senyum manis Tiara saja, hatinya sudah sangat senang dan berbunga-bunga. Degup jantungnya semakin cepat, ketika tatapan matanya bertemu dengan Rafael. Dengan cepat Tiara mengalihkan pandanganya ke arah yang lain. Ia tidak ingin Elizabeth atau Faizal merasa curiga melihat sikapnya."Ayo Tiara, duduk." Elizabeth menarik tangan gadis Cantik tersebut."Iya Bu," jawab Tiara. Sikap baik Elizabeth yang seperti ini, membuat Tiara semakin merasa bersalah. Bahkan sang majikannya itu meletakkan daging bakar ke dalam piringnya. "Bagaimana kuliahnya semala" tanya Rafael. Meskipun obrolan tentang kegiatan perkuliahan dan seperti apa saat di kampus, sudah dibahas, namun tetap saja Rafael bertanya untuk mencari topik obrolan di meja makan. "Baru permulaan pak jadi masih tahap beradaptasi," jawab Tiara dengan sedi
"Saya juga ingin jalan-jalan di Indonesia, jadi anggap saja saat ini sedang jalan-jalan." Yunaindra kembali membujuk kedua gadis tersebut. Ke dua gadis itu pastinya tidak percaya dan canggung dengan orang yang baru di kenal seperti dirinya."Mengapa kalian sepertinya takut denganku, yakinlah aku ini orang baik dan tidak pemakan manusia." Pria berwajah tampan itu terkekeh. Menghadapi anak kecil, diperlukan kesabaran yang ekstra tinggi dan itulah yang saat ini dilakukannya. Dengan sabar meyakini kedua gadis yang masih berdiri dengan sorot mata penuh keraguan. Yunaindra hanya diam dan memandang kedua gadis yang saling berbisik. "Baiklah tapi saya minta saya diantar pulang duluan ya Om," pinta Zia. Berdua saja di dalam mobil dengan lawan jenis yang baru saja di kenal, tentu membuat Zia tidak nyaman. "Tidak masalah." Pria tampan itu tersenyum lega. Tidak masalah siapa yang diantar lebih dulu, yang penting kedua gadis itu mau diantarkan pulang, sehingga ia tidak merasa bersalah terhada
"Maaf Mr, saya ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi saya harus segera pulang untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Apa saya bisa minta tolong untuk mengantarkan teman-teman saya pulang? Namun jika Mr sibuk, tidak apa, saya akan menghubungi taksi." Tiara berkata dengan sedikit berbisik di dekat daun telinga Yunaindra agar perkataannya tidak di dengar oleh kedua temannya."Oh tidak, aku tidak sibuk. Pulanglah, selesaikan perjalanan mu." Pria bermata sedikit sipit itu tersenyum. "Terimakasih Mr." Tiara beranjak dari duduknya. "Tiara mau ke mana?" Tanya Zia."Maaf, aku ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi aku pamit dulu ya. Kalian akan di antar Mr Yuna pulang." Tiara berkata dengan tersenyum. Sebelum kedua temannya berbicara, Tiara sudah pergi lebih dulu. Tiara langsung pergi dan masuk ke dalam mobil. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat 40 pesan dari Rafael. [Gimana di kampus?][Ingat ya, jangan pandang-pandang cowok.][Selesai kuliah langsung pulang.][Telpon Abang kalau s
"Tiara ini mobil kamu?" Cila bertanya dengan heboh. Dilihatnya mobil mewah berwarna hitam itu dengan mulut terbuka. Tanpa ada rasa malu, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan meminta Zia untuk mengambil gambarnya. Zia hanya patuh mengikuti perintah teman barunya. Ia mengambil gambar Cila dengan berbagai pose. "Cila, ini sudah banyak." Zia mulai lelah. "Satu kali lagi, buat video reels." Pintanya dengan tersenyum.Dengan sangat sabar Zia mengikuti permintaan temannya. "Sudah," ucapnya sambil memberikan ponsel Cila."Tunggu, satu lagi, video tiktok." Cila kembali merayu temannya. Zia menuruti kehendak temannya. Dengan sabar mengambil rekaman video tiktok. Entah sudah berapa kali gadis itu mengambil video tiktok dan menunggu Cila mengupdate dan kemudian mengambil lagi. Yunaindra tersenyum geli melihat Cila yang bertingkah udik. Melihat tingkah gadis-gadis itu, membuatnya hanya tertawa kecil. Namun secara diam-diam Yunaindra ikut serta mengambil video Zia dan Cila. Lumay
Tiara seakan tidak percaya ketika melihat rombongan dosen yang masuk kedalam ruangan dan kemudian duduk di kursi bagian depan yang disediakan khusus untuk dosen yang akan memberikan kata sambutan untuk mereka. "Abang Rhoma," gumamnya" Tiara memandang sosok yang begitu sangat dikenalnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Diantara dosen-dosen yang sekarang duduk di depan, pria itu tampak paling muda dan juga paling tampan."Tiara, dosennya ganteng banget ya." Zia mencolok tangan Tiara. "Iya, ganteng banget dan masih muda. Sudah nikah belum ya," jawab teman Tiara bernama Cila. Tiara hanya diam saat mendengar teman-temannya berbicara. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun terpesona dengan dosen muda yang menjadi pusat perhatian para mahasiswi, namun tetap saja para mahasiswi itu diam dan fokus mendengarkan arahan dari Dekan fakultas mereka."Dosen-dosen yang duduk di depan ini, merupakan ketua jurusan dan koordinator prodi." Pria berkacamata ter
Setelah sampai di rumah Rafael dan mengantarkan pria itu dengan selamat, Tiara pamit untuk pulang ke kosnya. Ia akan mandi terlebih dahulu dan kemudian langsung ke kampus tempat kuliahnya. Semua ini seperti mimpi untuknya. Jika dulu Tiara hanya bisa bermimpi untuk menjadi seorang mahasiswa, namun hari ini mimpinya menjadi kenyataan. "Apa gak capek?" Rafael memandang kekasihnya. Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Hari ini belum kuliah, masih perkenalan akademik kampus," jelasnya. Rafael tersenyum dan berniat untuk mengusap kepala gadis tersebut. Namun dengan cepat Tiara mundur beberapa langkah. "Nanti ibu lihat," ucapnya yang menjaga jarak dengan pria tersebut.Rafael yang memahami kondisi hubungan mereka, hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Ini kunci mobil." Rafael memberikan kunci mobil di tangannya.Dengan cepat Tiara menggelengkan kepalanya. "Pakai taksi aja.”"Bawa mobil aja, besok pagi jemput Abang." Rafael sedikit memaksa. Mana mungkin ia bisa tenang jika Tiara p
Tiara berdiri di luar ruangan. Ruangan yang saat ini menjadi tempat Rafael bertemu dengan klien, berjarak sekitar 3 ruangan dari tempat sebelumnya. Tiara dapat melihat dengan jelas. Tiga orang pria berpakaian pelayan masuk ke dalam ruangan sambil membawa makanan. Tidak lama ketiga pria itu keluar dengan wajah kesal. "Setelah ini, aku harus meminta kepada ibu dan pak Faizal, nama-nama orang yang harus diwaspadai." Batin Tiara. Apa yang tadi dicemaskan ternyata benar. Filing nya tidak meleset. Setelah 1 jam berjaga di luar ruangan, Tiara kembali masuk. Dilihatnya Rafael dan yang lainnya sedang makan. "Kenapa lama sekali?" Rafael memandang Tiara. Ketika Tiara keluar dari ruangan, ia tidak tenang namun saat Tiara berada di dalam ruangan, dadanya terasa panas. Apa lagi melihat cara Mr Yuna memandang Tiara. "Iya, kamar mandi antri." Tiara tersenyum dan menyantap makanannya.Rafael hanya membulatkan mulutnya saat mendengar jawaban Tiara. Meskipun merasa tidak nyaman, namun Tiara tetap b
Tiara duduk di kursi penumpang bersama dengan Sari. Sedang Adnan, dan Rafael, duduk di kursi depan. Kedua pria itu tidak berhenti berbicara mengenai pekerjaan. Tiara lebih banyak diam saat berada di dalam mobil. Matanya fokus memandang ke arah depan dan melirik ke kiri, ke kanan serta bagian belakang. Setelah mengambil sensor pelacak mobil yang selalu dipakai Rafael, setidaknya membuat hatinya sedikit lega, namun tetap selalu waspada. Jika alat sensor pelacak GPS itu di letak didalam mobil, itu artinya orang yang melakukan masih orang dekat. Karena terlihat cara kerjanya yang begitu sangat rapi dan bisa masuk ke dalam mobil yang sudah memiliki pengaman canggih seperti mobil Rafael.Adnan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang menjadi tempat mereka bertemu dengan rekan bisnisnya. "Sudah sampai," ucapnya sambil membuka sabuk pengaman. Rafael menganggukkan kepalanya dan memandang ke arah belakang. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Tiara yang sudah turun dari d