Bukan! Kevan bukan tidak memiliki rencana untuk membalas semua perilaku anggota keluarga Hanindra. Dia hanya menunggu emosinya mereda. Karena dia tahu, menyelesaikan masalah dengan emosi tidak akan memberikan hasil yang baik. Ziyad melakukan pekerjaannya dengan mudah. Dia mendekati Kevan, lalu menunjukkan gambar pada tablet canggihnya. Kevan mengangguk. "Lakuin sekarang!" perintah Kevan dingin. Saat Ziyad sibuk mempersiapkan tablet, Kevan mulai melancarkan serangan balasan untuk seluruh anggota keluarga Hanindra. Dia berjalan menghampiri Ciara sambil berbicara. "Pernikahan di kalangan atas, nggak ada pasangan Suami Istri yang saling cinta secara tulus. Ya, bisa dibilang jarang banget." Kedua tangan Kevan memegangi kursi Ciara. Lalu, tangan kanannya mengelus lengan sang pacar. Kevan membungkuk. "Jangan takut! Aku di sini sama kamu," bisiknya lembut. Kemudian, Kevan berdiri tegak memperlihatkan wajah angkuhnya. Gengsinya sebagai laki-laki sejati tidak akan melunturkan
"Tunggu di sini! Aku punya kejutan buat kamu, Ciul nakal!" Kevan berbisik dengan lembut. Dia melihat wajah Ciara tersipu malu. Sejak menyematkan cincin berlian di jari Ciara, sikap Kevan berubah jauh lebih lembut daripada sebelumnya. Dia selalu memperlakukan Ciara dengan istimewa. "Iya," sahut Ciara. Ciara bertanya-tanya, 'Kak Kevan mau ngapain lagi?' Meskipun penasaran, Ciara tetap duduk dengan patuh. Suasana di ruang makan pun semakin menegang. Semua orang mengabaikan hidangan makan malam lezat yang tersedia di atas meja. "Tuan Kevan, ini majalahnya." Angga memberikan sebuah majalah kepada Kevan. Setelah mengambil majalah tersebut, Kevan berjalan ke tengah meja makan. Kemudian, dia melemparkannya. Brak! Suara benturan majalah dengan meja makan lumayan nyaring. Gisele yang berada di dekat majalah tersebut nyaris pingsan. Gisele bertanya dengan kedua mata melotot, "Van, iーini ... pria yang di cover depan majalah Fortunes ini kamu?!" "Seriously?!" teriak Magenta. Dia melem
Awalnya, semua orang di mansion keluarga Hanindra mengira bahwa status dan kekayaan Kevan berasal dari keluarga Hanindra. Dengan kata lain, Kevan memanfaatkan pengaruh keluarga Hanindra untuk menyokong hidupnya yang semula miskin menjadi kaya raya seperti sekarang. Sekarang ini, identitas tersembunyi Kevan telah terkuak dan berhasil membuat mereka tercengang tidak berdaya. Kevan sedikit puas telah memberikan tamparan keras kepada mereka yang telah menghina dia dan keluarganya. Lalu, mengapa Kevan masih belum bisa puas sepenuhnya?Apakah Julian dan Livy akan lepas dari jerat masalah dengan Kevan?Bruk!Julian berlutut di hadapan Kevan. Padahal Kevan berdiri dengan menyamping. Semua orang dibuat terkejut dengan tindakan Julian, termasuk Leon Hanindra yang perasaannya sekarang tidak karuan."Kevan, Jasmine adalah Kakak pertama. Tapi, saya udah keterlaluan sama anaknya. Saーsaya ... saya mengaku salah."Julian melontarkan kata-kata dengan nada penyesalanーentah tulus atau tidak! Bibirnya
Ciara berjalan dengan anggun menghampiri Kevan. Semua orang melihatnya sambil menebak-nebak jalan pikiran Ciara. Apakah Ciara akan mengajak Kevan menikmati The Macallan 31 years sebagai perayaan kemenangan mereka atas keluarga Julian? Ataukah, sebagai perayaan pertunangan mereka?Ciara berdiri di sisi kiri Kevan. Dia mendongakkan kepala saat menatap Kevan. Kemudian, dia tersenyum."Cia, kamuー"Kevan mendadak diam saat Ciara memalingkan wajahnya. Ciara tidak mengatakan apapun.Ciara maju beberapa langkah hingga berada di depan Livy dan Julian yang masih berlutut. Dia mengangkat botol wine tinggi-tinggi. Kemudian tanpa terduga, dia mengguyur Livy."Aaahhhh!" Livy memekik sambil mendongakkan wajah. Dia sedikit panik. Dia menatap Ciara yang tersenyum."Kamu?! Kenapa kamuー"Livy kebingungan. Dia bisa saja berdiri dan melawan Ciara. Namun, dia tidak melakukannya. Karena itu sama saja dengan menyinggung Ciara untuk ke-2 kalinya. Berada di posisi yang serba salah, maka Livy hanya bisa pasr
Sabtu sore di balai kota Paloma. Semalam, Kevan dan Ciara tidur di kamar terpisah. Walaupun begitu, Kevan gelisah sepanjang malam sehingga dia memutuskan untuk tidur di sofa panjang kamar Ciara. Akibatnya, badan Kevan terasa pegal-pegal. Kevan dan Ciara baru saja sampai di balai kota Paloma tepat pukul 06:00 sore waktu setempat. Dia menggandeng tangan Ciara dan membawanya masuk dengan penjagaan yang ketat.Ketika melewati karpet merah, Kevan dan Ciara menyempatkan diri untuk melakukan beberapa pemotretan. Banyaknya pasang mata teralihkan saat kedatangan pasangan Kevan dan Ciara."Tuan Kevan dan Nona Ciara emang pasangan serasi," puji seseorang. "Mereka berdua cocok banget!"Seseorang menimpali. "Bener! Aku setuju. Walaupun Tuan Kevan nggak putih, tapi dia tetep ganteng. Nona Ciara cantik alami. Liat aja riasannya!""Riasan Nona Ciara bener-bener tipis dan berhasil menambah kesan natural," kata seorang perempuan.Kevan memiliki kulit sawo matang. Dia datang mengenakan pakaian serba
Laura memakai sarung tangan putih. Walaupun usianya tidak muda lagi, dia tetap terlihat menawan karena perawatan kulit yang mahal. Laura tersenyum saat Kevan menyapanya."Halo, Nyonya Laura!" Kevan menyapa istri Derren dengan lembut, lalu mencium punggung tangannya.Laura menatap Kevan sambil melamun. Sesaat kemudian, kedua matanya berkaca-kaca. 'Apa ada yang salah sama sikapku? Nyonya Laura kok keliatan sedih gitu, sih?' Kevan bertanya-tanya. Namun, dia tetap tersenyum.Saat Kevan hendak melepaskan tangan Laura, Wanita itu menahannya. 'Kamu benar-benar mirip Baron, Van,' kata Laura dalam hati sambil terus menatap wajah tampan Kevan. 'Kamu ... suatu saat nanti, kamu pasti akan bertemu sama Baron kami.'Laura mengusap wajah Kevan dan tanpa sadar, dia tersenyum. Menyadari ada yang tidak beres dengan istrinya, Derren segera mengambil sikap. Derren menegur Laura. "Cukup, Laura! Nanti Kevan jadi malu."Laura mengerjap. Dia buru-buru melepaskan tangannya dari wajah Kevan. "Ah, aku cuma
"Peluru itu tembus ke dada Kakek. Beliau saat itu nggak pakai rompi anti peluru. Karena Kakek pikir, nggak akan ada bahaya lagi karena udah mau naik pesawat."Ciara mengingat cerita tentang Abby Darwin dari ayahnya. Dia menyampaikan kisah itu tanpa ada bagian yang terpenggal ataupun ditambahkan. Ya, Ciara bercerita apa adanya. "Terus, Jenderal Christian dan Jenderal Joe memburu pelaku." Ciara berhenti bercerita. Lalu, dia menatap Derren. "Walaupun pelaku akhirnya tertembak, tapi nyawa Kakek nggak bisa diselamatkan.""Dan, permintaan terakhir Tuan Abby adalah menjaga keluarganya, terutama Cucu satu-satunya," kata Derren menambahkan.Christian berkata, "Saya nggak sangka, kamulah yang dimaksud Abby, Ciara." Christian maju, dan memeluk Ciara. Akhirnya, hati Christian melunak. Dia tidak lagi mempermasalahkan hubungan Kevan dan Ciara."Data keluarga Darwin dihapus oleh pemerintah saat itu juga. Alasannya demi keamanan. Usaha kami sia-sia. Kami gagal tembus pertahanan data," ujar Christi
14 hari kemudian.Hari ini adalah hari Sabtu ke-3 pada bulan Desember. Hujan rintik-rintik mengguyur kota Paloma. Namun, tidak menghambat acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua orang. Selain hari peringatan ulang tahun Kevan yang ke-26, dia dan Ciara akan mengadakan acara pertunangan yang digelar di ballroom mewah Hanindra Orion Hotel di kota Paloma. Acara pertunangan ini dimulai pada pukul 06:00 sore dan hanya dihadiri oleh keluarga terdekat, sahabat, dan relasi bisnis saja tanpa sorot kamera. Bisa dibilang acara pertunangan Kevan dan Ciara sangat tertutup. Semua itu bukan tanpa alasan. Kevan hanya ingin menghindari hal-hal buruk yang kemungkinan akan menimpa keluarga kedua keluarga."Tuan Muda, coba liat ini!"Ziyad menyodorkan handphone kepada Kevan. Di layar handphone tertera sebuah notifikasi yang berhasil membuatnya tercengang."Paman Julian udah transfer sahamnya ke akun aku?" Kevan tersenyum penuh arti. "Itu bagus, Ziyad. Dia mencoba menunjukkan ketulusannya.""Bener,
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te