"Sialan!" Kata makian ke luar dari mulut Kevan. Wajahnya merah padam dengan tatapan mata merah yang menyala. Kevan mengepalkan kedua tangan. Napasnya memburu seolah ingin membunuh seseorang."Redam emosi kamu, Van! Jangan sampai rencana kamu gagal karena Miguelーsi bedebah dan pria nggak jelas asal-usulnya itu!""Nggak apa-apa aku masuk penjara asalkan nafsuku bunuh dua keparat itu terbayar tunai."Angga menggeleng. "Bodoh!" maki Angga tanpa ragu. "Kalo kamu masuk penjara, bukan cuma keluarga yang sedih. Tapi Cia pasti lebih menderita. Bayangin kalo dia nikah sama psikopat kayak Miguel?! Mau jadi apa Cia?!"Kevan berulang kali mengusap wajahnya kasar. Emosi bercampur dendam telah datang dan masuk ke dadanya. Tidak berhenti sampai di situ, Angga kembali mengatakan hal-hal yang masuk akal dan Kevan kembali mencoba berpikir jernih. "Udah pasti hidup Cia disetir sama si brengsek Miguel. Kamu mau Cia jalanin hidup kayak gitu, hah?! Cuma butuh waktu sehari Cia bisa mati berdiri karena n
"Mana bisa kayak gitu?! Mereka harus kerja sesuai kesepakatan awal."Miguel tidak terima begitu saja. Dia melawan Raymond.Suara Miguel yang menggelegar menarik perhatian orang-orang. Para karyawan memperhatikan Raymond dan Miguel."Tuan Miguel!" Edy memanggil Miguel."Diem! Saya nggak ngomong sama kamu, Edy!" bentak Miguel. Dia tidak menoleh sama sekali ke arah Edy."Ha! Ha! Ha! Lucu!" seru Raymond. "Kamu nggak kenal saya?!""Cih! Kamu itu cuma sampah. Jangan banyak gaya!"Miguel memang tidak pandai mengenali seseorang. Selain kurang informasi, Miguel juga tidak peduli dengan hal lain, selain bisnis.Edy tidak tinggal diam. Dia mendekati Miguel.Edy berbisik, "Tuan, dia itu Master Raymond. Anda nggak kenal?"Miguel sedikit tertarik. Dia menatap Edy."Memangnya siapa dia?! Namanya nggak asing. Apa dia orang penting di instansi pemerintah?! Orang penting di dunia bisnis?! Atau apa?!"Wajah Edy memancarkan kekecewaan. Dia menatap Raymond sebentar."Dia mafia nomor satu di kota Tango," b
"Aku pilih mati, daripada nasibku berakhir di tangan Master Raymond. Toh, sama aja! Ujungnya, aku mati-mati juga."Bagio berkata pelan. Namun, Quden tetap bisa mendengar keluhan Bagio dengan jelas. Tatapan sinis Quden menghentakkan Bagio dari kekesalan.Quden berbisik di telinga Bagio, "Kalo udah nggak ada solusi, enakan ikut Tuan Kevan. Dia nggak kayak Master Raymond."Baru hari ini, Bagio bekerja menjadi orang bayaran. Uang yang didapatkan dari Miguel tidak banyak, tetapi cukup untuk biaya persalinan istrinya di bidan Mawar yang terletak di dusun Palmer kota Perak.Pikiran Bagio campur aduk. Bagio tidak bisa membayangkan masa depan istri dan bayi yang baru saja lahir jika tanpa dirinya. "Master Raymond nggak ada ampun. Sekali aja kamu buat kesalahan kecil, nyawa melayang. Apalagi Master Raymond tunduk banget sama Tuan Kevan. Aku berani jamin, hidup kamu nggak akan lama lagi di dunia."Serangan mental yang dilakukan Quden terhadap Bagio ampuh. Wajah Bagio memucat dengan cepat seolah
"Iーitu ...."Edy ragu. Dia telah melupakan sesuatu yang penting."Apa, Pak Edy?!"Miguel tidak bisa bersabar. Dia mendesak Edy untuk segera menjelaskan yang sudah terjadi."Astaga! Saya inget.""Inget apa, Pak Edy?" Nulla ikut-ikutan penasaran. Dia juga mendesak Edy."Semalem mobil saya dirampok saat di perjalanan pulang."Miguel dan Nulla ternganga. Keduanya memandangi Edy."Dirampok?!""Dirampok?!"Miguel dan Nulla sama-sama histeris mendengar pengakuan Edy. Mereka melihat Edy mengangguk.Nulla melayangkan pertanyaan. "Mobil Pak Edy dirampok dan Anda masih bisa setenang ini? Apa aja yang mereka rampok?""Mereka nggak ambil harta, tapi berkas-berkas saya," jawab Edy setelah ingatannya kembali tajam. "Jadi intinya, surat kuasa itu udah dirampok?" tanya Miguel geregetan.Raymond mendengar perbincangan Miguel dan anak buahnya. Dia tersenyum lebar.Raymond berkata dengan bangga, "Dan, yang ngerampok berkas itu anak buah saya. Ha! Ha! Ha!"Miguel, Nulla dan Edy melemparkan tatapan kesal
'Kenapa Nenek panggil aku pulang, ya? Jangan bilang kesehatan Kakek memburuk?'Kevan bertanya-tanya di dalam hati. Dia terlalu khawatir. Kevan sampai di rumah besar keluarga Hanindra menjelang tengah malam. Dia memasuki area ruang tamu bangunan utama."Halo, calon wakil komisaris HHC!"Sapaan itu berasal dari anak ke-3 Christian dan Cinta Hanindra. 'Paman Julian? Ngapain dia duduk gelap-gelapan di situ?' Lagi, pertanyaan itu muncul di benak Kevan.Julian berjalan menghampiri Kevan. Dia melirik Angga. Dia bertanya, "Siapa dia? Apa dia bodyguard baru?"Julian merangkul pundak Kevan tanpa basa-basi. Kevan menjadi canggung. Namun, dia tetap mengikuti permainan Julian."Iya. Dia gantiin Omar."Kevan berjalan menuju kamar bersama Julian. Ziyad dan Angga mengikuti mereka."Kamu pecat Omar?" Julian penasaran dengan kehidupan Kevan. Karena yang dia ingat, Leon dan Ken pun tidak tahu banyak perihal kehidupan Kevan. Maka diam-diam, Julian menyelidiki Kevan dengan susah payah.'Aku udah kelua
'Nenek udah kasih lampu hijau. Pasti akan ku realisasikan rencana itu secepatnya!'Suasana di ruang makan keluarga Hanindra. Semua orang sudah duduk dan menikmati menu sarapan. Tidak ada yang berdialog. Yang terdengar hanyalah suara alat makan saling bersahutan.Kevan duduk di kursinya. Dia menatap kursi kosong yang biasa ditempati Gibran Hanindra. Kevan menghela napas. Dia tidak sengaja melihat Gisele datang dengan wajah memucat. Anak pertama dari Julian Hanindra dan Livy Hago itu duduk tanpa tenaga di samping Magenta Sapphireーsang adik.Tidak seorangpun peduli dengan Gisele, terkecuali Kevan."Gisele, kamu sakit? Kok wajah kamu pucat banget?"Suasana yang semula ramai dengan alat makan mendadak sunyi usai mendengar pertanyaan Kevan. Semua mata di ruang makan menatap Gisele. "Nggak. Aku nggak sakit," jawab Gisele cepat-cepat. "Ngapain juga kamu peduli sama aku. Cih! Jangan nyari muka di depan Kakek dan Nenek!"Merasa tidak ada tanggapan baik dari Gisele, Kevan terdiam. Dia tidak be
Kevan: Yang, aku sibuk beberapa hari ke depan. Kamu jangan nakal!Kevan: Jangan skip makan! Inget minum obat dan istirahat teratur!Kevan sedang memainkan ponsel. Dia membaca ulang pesan singkat yang dikirim untuk Ciara 12 jam lalu sebelum pergi ke negara King's Island.Cia Love: Berisik! Sibuk ya ... sibuk aja! Nggak usah cerewet!Kevan tertawa membaca pesan balasan dari Ciara. Sejujurnya, Kevan sendiri tidak tahu mengapa dirinya begitu cerewet saat ingin pergi meninggalkan Ciara dalam waktu yang cukup lama!"Kamu imut banget, Ciul!" seru Kevan pelan.Sabtu malam di negara King's Island. Kevan sudah tiba di negara tercantik juga negara terkaya nomor satu di dunia. Siapa yang tidak tahu betapa tersohornya King's Island?Pemerintah sukses membangun negara King's Island yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Pantai-pantai indahnya sangat memesona.Wanita cantik, tempat-tempat wisata yang sukses menjerat wisatawan mancanegara serta agro bisnis yang mumpuni menjadikan negara Kin
"Maaf, Pak Henry," sela Ziyad. Dia mendekati Henry. "Tuan Kevan alergi bulu. Saya akan memastikan nggak ada bulu apapun di sprei, karpet ataupun selimutnya."Akhirnya Henry dan Tiffany mengerti. Mereka menjadi cemas."Tiffany, pergi beritahu manajer hotel sekarang! Kamar Tuan Kevan harus sudah siap saat acara selesai nanti!"Tiffany terkejut. Dia buru-buru mengubah mimik wajahnya. "Ya, Pak Henry."Setelah membungkuk, Tiffany pergi dengan langkah cepat.Penerangan mulai padam. Dua orang presenter sudah berdiri di atas panggung."Tuan, acara akan dimulai. Mari ikut saya duduk di meja yang sudah disiapkan!" ajak Henry.Kevan duduk di deretan meja bulat nomor 7 yang berada di tengah-tengah. Henry sendiri yang menyiapkan kursi untuk Kevan. "Silakan duduk, Tuan Muda!"'Nggak sia-sia aku selidiki latar belakang Tuan Muda Kevan,' gumam Henry di dalam hati.Kevan duduk diantara Henry dan Ziyad. Sedangkan Angga berada di sisi kiri Ziyad.Henry masih sibuk dengan penilaiannya terhadap Kevan. '