Anindito menarik napas panjang, lalu menceritakan bagaimana dia tahu tentang Fujitora, Daddy dari Naka. Ternyata sejak awal, Anindito tahu jika Fujitora adalah ayah kandung dari Naka, maka dari itu Anindito mempercayakan putri bungsunya pada Naka, sudah jelas-jelas bukan keturunan sembarang orang juga.
“Kenapa Papi nggak cerita dari dulu?” tanya Naka
“Papi nggak mau ikut campur urusan keluargamu, Naka. Akan lebih baik kamu memang mengetahuinya sendiri. Papi juga tidak bisa menebak reaksimu nanti kalau Papi sendiri yang cerita sama kamu soal siapa keluargamu yang sebenarnya,” jawab Anindito.
“Jadi, suamiku ini dari keluarga mafia?” tanya Orin
Anindito menganggukkan kepalanya, begitu juga Naka. Orin tentu saja masih tidak percaya, jika dulu menentang keras pernikahannya dengan Naka yang notabene hanyalah bodyguard, maka sekarang keadaan berbalik, Naka seorang anak mafia, sekaligus pemegang beberapa perusahaan dibawah keku
Naka terkejut melihat Orin masuk ke dalam ruangannya dengan wajah cemberut, ditambah membanting pintu, sudah dipastikan wanita hamil itu sedang dalam mode marah.“Sayang…. Kesini kok nggak bilang-bilang?” tanya Naka sambil bangkit dari duduknya, dan menyambut sang istri dengan kecupan hangat dikeningnya.“Kalau aku nggak kesini, pasti kamu sedang senang-senang dengan sekretaris seksimu itu!” jawab Orin“Hah!? Apa maksudnya?” tanya Naka, “ Sekretaris yang mana?”“Sekretarismu hanya satu Tuan Muda Naka, anda nggak sedang amnesia kan?!” cibir Orin sambil melangkah, duduk di sofa.“Maksudmu Alena?” Naka menyusul istrinya duduk disofa, “Kamu cemburu pada Alena?” “Istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya setiap hari ditemani wanita seksi ketika bekerja!?” sembur Orin dengan nada jengkel“Astaga! Aku bukan laki-laki yang suka menikmati tubuh wanita, sayang,” balas Naka. Naka paham ibu hamil satu ini sedang dalam mode merajuk. Usia saja boleh lebih tua, tapi secara kedewasaan, jelas Na
Naka nyaris limbung ketika melihat siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan Bayu, laki-laki yang pernah menjadi kekasih hati istrinya dimasa remaja dulu, dan Bayu adalah teman sekolah Naka. Sayangnya, karena dulu Bayu hanya main-main saja pacaran dengan Orin yang waktu itu baru saja selesai kuliah, membuat Orin meninggalkan Bayu. Tetapi mereka tetap berteman baik hingga sekarang. Jika dulu Naka akan cuek saja setiap kali Bayu main bersama Orin, maka berbeda dengan sekarang. Ada rasa tidak rela Orin jalan bersama pria itu.“Lama nggak ketemu, ternyata jodohmu sahabatku sendiri,” kata Bayu sambil terkekeh, “Naka nyebul kamu berapa kali sehari sih! Sampai udah nyembul aja perutmu!”“Hisss!!! Ini sih bukan disebul! Tapi dibuat melendung pakai pompa dia,” balas Orin ikut tertawa“Ka! Diem aja!” seru Bayu sambil menabok lengan pria itu“Sakit, Bay!” balas Naka sambil mengusap lengannya, “Ngapain kamu kesini?”“Lah dia lupa, kan kita ada kerja sama bisnis, tadinya aku kira bosnya siapa, eh
Naka dan Fujitora tentu dibuat bingung harus bagaimana karena dihadang oleh dua mobil yang tidak mereka kenali dengan jelas siapa. Beberapa orang keluar dari mobil dengan membawa beberapa senjata tajam seperti parang dan pedang.“Dad! Bawalah mobil, aku dan paman botak akan menghadapi mereka. Renata harus segera sampai rumah sakit,” kata Naka“Tapi, Ka. Ini bahaya buat kamu,” balas Fujitora, seolah tidak terima jika terjadi sesuatu pada putranya.“Percaya aku, aku bisa menghadapi mereka!” tegas Naka sambil mengambil sebilah pedang dari jok mobil belakang, “Paman botak! Kita turun!”“Siap Tuan Muda!” balas Baldy yang sudah turun duluan dengan membawa pedang juga, lalu disusul Naka. Fujitora kemudian mengambil alih kemudi dan memundurkan mobil, mengambil jalan lain untuk segera sampai di rumah sakit. “Mereka ada 10 orang paman, bagi dua bisa?” tanya Naka“Tentu saja bisa,” jawab Baldy.“Kalian siapa!?” tanya Naka, “Dan kita punya urusan apa!?”“Jadi, kamu yang bernama Naka? Anak dari
Kebahagiaan keluarga besar Naka sangat tergambar jelas, kelahiran kembali seorang putra membuat Fujitora semakin mantap bahwa kelak penerus keluarganya akan kuat seperti dirinya, apalagi kelak anak Naka juga akan lahir dengan jenis kelamin laki-laki.Renata dan si kecil Saga akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang, Naka mengerahkan beberapa anak buah untuk melakukan penjagaan dengan ketat, tidak mau kejadian saat Saga akan lahir terulang lagi, apalagi jelas-jelas sekarang keluarga Asoka terang-terangan menabuh genderang perang pada keluarganya.Harta memang selalu menjadi incaran banyak orang, karena dengan harta maka kekuasaan juga akan mengikuti, itulah yang Naka pelajari selama ini hidup sebagai anak seorang Saito. Meski klan Saito merupakan klan keluarga besar, namun nyatanya tidak ada ketenangan didalamnya.Satu pelajaran berharga lain yang menjadi patokan untuk Naka, bahwa hubungan saudara tiri, terkadang justru menjadi boomerang dikehidupan yang akan da
Umur kehamilan Orin sudah memasuki 9 bulan. Naka semakin protektif karena istrinya sebentar lagi melahirkan. Sebagai seorang pria dewasa, tentu Naka harus memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Naka masih bisa menjaga istrinya sendiri, tetapi Naka juga harus memikirkan keamanan keluarga istrinya, keluarga sang mertua juga harus dia perhatikan karena Asoka pasti tengah mencari titik kelemahan Naka ada dimana. Fujitora sudah memperingatkan Naka untuk berhati-hati pada semua sepak terjang Asoka, karena mereka selalu muncul tiba-tiba dan berbuat licikpun dilakukan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.Sore itu, Orin tengah duduk dikursi malas sambil menonton acara favoritnya, kartun spongebob. Sementara Naka tampak baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya terlihat lebih segar setelah mandi. Setelah mengenakan pakaian santai kemudian dia duduk disebelah istrinya."Sayang, kamu tidak lapar?" tanya Naka"Tadi udah makan bareng Renata. Renata makannya banyak banget, anaknya minum
Semua orang memanggil bayi Naka dengan panggilan Kin, selain singkat juga mudah menyebutnya. Kin kecil tumbuh dengan baik, sama kuat juga dalam hal menyusu, seperti paman kecilnya Saga. Entah di masa yang akan datang, apakah Kin akan memanggil Saga dengan sebutan paman, atau cukup memanggil nama Saga, karena perbedaan usia mereka yang hanya 2 bulan saja.Naka bahkan berasa memiliki dua bayi.Setiap pagi pria tampan itu membawa 2 stroller untuk menjemur dua bayi itu, supaya terpapar sinar matahari dan tetap sehat. Bahkan daripada bingung, Naka pun meminta Saga kelak memanggilnya sebagai Daddy, sama seperti putranya Kin."Hai, Kin! Hai, Saga! Cepat besarlah kalian, agar kelak ada yang bantu Daddy mengurus ini dan itu," kata Naka sambil tersenyum.Meski sibuk dengan anak dan adiknya, Naka tetap harus mengurus pekerjaannya, terlebih sekarang perusahaan semakin berkembang dengan baik.Siang itu, Naka lama tidak bertemu dengan mertuanya, dia mengunjungi perusahaan milik mertuanya."Naka! Bag
Naka tengah berada di lantai 3 rumahnya, tempat biasa melakukan pertemuan dengan banyak anak buahnya, termasuk Baldy dan Reiji. Mereka tengah membahas masalah pengeboman yang terjadi di perusahaannya."Aku kira pelakunya tetap Asoka, karena bagaimanapun musuh terbesar keluarga ini adalah keluarga Asoka," kata Reiji"Lalu bagaimana kalau kita menyerangnya saja?" tanya Baldy"Idemu bsgus Paman Botak, tapi kita harus memikirkan strateginya dengan benar," kata Naka, "Bahkan aku tidak habis pikir dengan apa yang mereka pikirkan, kenapa berani melakukan itu.""Mereka memang sejak dulu disinyalir terlibat dalam jaringan teroris," balas Reiji, "Maka juga kita harus berhati-hati dengan mereka.""Paman, aku akan menyelesaikan semua ini, aku tidak mau ada pertumpahan darah lagi diantara keluarga kita," kata Naka dengan geram.Naka, Baldy, dan Reiji duduk bersama di ruangan itu, dengan mata memandang ke arah tengah. Mereka diam sejenak, merenungkan rencana yang akan mereka lakukan untuk menghadapi
Naka berusaha menggerakan tubuhnya, tetapi rasanya sangat sulit. Dia merasakan sebuah rasa sakit yang luar biasa di sekitar perut dan kakinya, serta beberapa luka dan memar di sekujur tubuhnya. Dia berusaha untuk mengumpulkan kekuatan untuk bergerak, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk itu. Dia menarik nafas dalam-dalam dan memanggil nama Kin."Kin ... kamu baik-baik saja?" tanya Naka dengan suaranya yang lemah.Bayi kecil itu hanya menangis pelan saja, seakan dia tahu tidak ingin menambah panik ayahnya yang tengah kebingungan dengan situasi saat ini."Ya Tuhan, tolong bantu kami!" jerit Naka yang seolah memang sudah tidak memiliki daya apapun, jangankan menolong anak dan istrinya, menolong dirinya saja tidak bisa.Naka merasa nyeri yang amat mendalam saat melihat Orin masih tidak sadarkan diri. Dia berusaha untuk bergerak, tetapi tidak bisa. Dia melihat ke arah Orin dengan khawatir mendalam.Naka menggelengkan kepala. Dia tahu bahwa dia harus tetap berpegang pada kesadaran. Dia memeri
Kiyo duduk di teras depan rumahnya, memandangi dedaunan yang jatuh berantakan di depannya. "Kenapa harus menikah sekarang? Aku masih harus menyelesaikan kuliah dan membangun karirku," gumamnya dalam hati."Tapi, Kiyo, aku ingin kita menikah. Supaya Daddy nggak ribut melulu. Aku juga mulai mencintaimu, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu," ucap Kin sambil menatap Kiyo, pria itu terlihat duduk di sampingnya.Kiyo menatap Kin dengan wajahnya yang pucat. "Aku juga mencintaimu, Kak Kin, tapi aku tidak siap untuk menikah. Aku masih ingin menyelesaikan kuliahku dan membuat karirku.""Mungkin aku bisa mengerti perasaanmu, Kiyo," sahut Kin setelah memikirkannya sejenak. "Bagaimana kalau kita bertunangan saja untuk sementara waktu dan menikah setahun kemudian ketika kau sudah siap?"Kiyo terdiam sejenak. Usulan Kin terdengar masuk akal, dan setidaknya itu memberinya lebih banyak waktu untuk mengejar tujuannya. "Baiklah, kalau begitu kita akan bertunangan untuk sementara waktu," ja
Kin duduk di bar dengan segelas whiskey di tangannya, sambil menatap kosong ke arah botol yang kosong di dekatnya. Naka, ayah Kin, masuk ke dalam bar dan melihat kondisi putranya yang terlihat buruk."Kin, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Naka dengan nada cemas."Oh, Daddy. Apa yang kamu lakukan di sini?" Kin menoleh dan tersenyum kepada ayahnya."Aku khawatir tentangmu, Kin. Kamu minum terlalu banyak akhir-akhir ini. Kenapa kamu tidak membicarakan masalahmu denganku?" Naka duduk di sebelah putranya.Kin mengambil segelas lagi dan menyatukan kedua telapak tangannya di atas meja. "Daddy tidak akan mengerti. Aku merasa sangat kesepian setiap kali Lona tidak ada di sisiku. Tidak ada yang bisa mengganti kehadirannya.""Daddy mengerti, Kin. Tapi, kamu tidak bisa terus minum dan kehilangan kendali dirimu. Kita harus mencari jalan keluar dari situasi ini." Naka mengambil nafas dalam-dalam."Jalan apa yang bisa kita lakukan, Dad?" tanya Kin, memandang ayahnya.Naka menggelengkan kepalany
Lona terkejut, tapi segera wajahnya berubah menjadi bahagia dan ia memeluk Kin dengan erat."Benarkah? Aku tidak menyangka!" kata Lona dengan suara lirih, merasa sangat tersentuh."Ya, benar," jawab Kin, sambil merangkul Lona kembali. "Aku sudah mempertimbangkan hal ini cukup lama, dan aku tahu bahwa kamu adalah orang yang benar-benar aku mau bersama selamanya. Aku tidak ingin menunda-nunda lagi."Lona terharu, menyadari bahwa ini adalah keputusan yang sangat berani dari Kin. Dia merasa sangat beruntung memiliki seseorang seperti Kin yang begitu mencintainya."Terima kasih,tapi apa yang bisa aku berikan untukmu? Aku sudah tidak bisa apa-apa?"tanya Lona, "Kamu akan menyesal menikahi aku, Kin."Kin tersenyum dan menatap Lona dengan lembut. "Tidak ada yang harus kamu berikan untukku. Aku mencintaimu apa adanya, Lona. Kamu memberikan kebahagiaan dan arti pada hidupku, dan itu adalah hadiah yang tak ternilai bagi ku."Lona merasa terharu dengan pernyataan Kin. Dia tahu bahwa Kin benar-bena
Kin, tentu saja merasakan sesak didalam jiwa, menghadapi kekasihnya Lona yang ternyata mengindap kanker otak stadium empat. Siapa mengira wanita cantik itu menanggung beban begitu berat sendirian selama ini.Kin duduk di samping tempat tidur Lona di ruang perawatan rumah sakit. Dia memegang tangan Lona lembut dan mengobrol dengannya. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Kin.Lona tersenyum lemah. "Aku sedikit merasa lelah dan pusing, tetapi aku bersyukur masih bisa berbicara denganmu," jawabnya.Kin mengelus rambut Lona dengan lembut. "Aku akan selalu ada di sampingmu, Lona. Kita akan melawan kanker ini bersama-sama, sampai kamu sembuh sepenuhnya," ucapnya dengan tegas.Lona tersenyum, merasa terhibur dengan kata-kata Kin. Mereka terus berbicara sepanjang malam, berbagi cerita mengenai masa lalu mereka. Kin bercerita tentang kejadian-kejadian lucu saat mereka bertemu pertama kali. Lona tertawa mendengarkan ceritanya, merasa terhibur."Aku tidak akan pernah sembuh, Kin," kata Lona, "
Menghadapi Kin sama saja menghadapi Iblis. Itulah yang sekrang tengah dirasakan Willy. Willy bukannya tidak tahu siapa Kin, sebagai salah satu mantan karyawannya, tentu dia tahu bagaimana sepak terjang Kin selama ini. Masih untung saja kemarin Kin hanya memecat dirinya, tapi uang memang telah membutakan mata seorang Wiily, dia tetap menginginkan menguasai perusahaan yang tengah dipegang Kin. Sungguh mimpi yang sangat diluar jangkauan sebenarnya, karena Kin bukanlah orang yang mudah untuk di takhlukkan. Niatnya menggunakan Lona sebagai alatnya selama ini dengan cara mengancam Lona, nyatanya juga tidak membuahkan hasil. "Jadi selama ini Lona menikmati setiap malam bersamamu ketika tidak aku, karena ancamanmu," kata Kin."Lona saja yang murahan," balas Willy"Wanita manapun akan mendesah dan menjerit ketika dibuai dengan lidah dan jemari kita, Wil!" sentak Kin, "Hanya saja dia mendesah dalam keadaan menangis atau bahagia, dia sendiri yang tahu.""Kin! Nggak usah cerewet terus kenapa?"
Pertanyaan Kin tentu membuat Kiyo sedikit kaget. Bisa-bisanya pria itu menanyakan hal yang pribadi."Kalau aku masih virgin, lalu kenapa?" tanya Kiyo sambil melotot jengkel pada Kin.Kim hanya terkekeh saja mendengar pertanyaan Kiyo, Padahal dia hanya bertanya saja. Mereka akhirnya tiba di kampus dan suasana kampus terlihat sangat ramai karena memang sedang ada acara daftar ulang mahasiswa baru."Jangan jauh-jauh dari aku aku takut kamu tersesat," kata Kin.Tidak ada orang yang tidak kenal dengan Kin, karena pria itu memang pengusaha muda yang saat ini tengah banyak disukai oleh banyak wanita. Adanya Kiyo yang tengah bersama Kin membuat orang-orang bertanya Siapakah wanita yang tengah bersama dengan Kin."Kenapa semua orang memperhatikan kita?" tanya Kiyo, "Aku jadi malu, Kak."" karena akulah yang sebenarnya menjadi pusat perhatian mereka, jadi mungkin mereka Tengah bertanya-tanya Siapa wanita cantik yang sedang bersamaku ini," jawab Kin.Kiyo tersenyum sambil menggigit bibirnya. Dia
Menjodohkan Kin dengan seorang wanita? Dapat ide gila dari mana Naka hendak melakukan itu?! Gara tentu tidak percaya jika Naka akan melakukan itu. Selama ini Naka tidak pernah peduli dengan urusan asmara anaknya. Paling-paling hanya bertanya Kin sedang pacaran dengan siapa."Daddy mau jodohkan Kin dengan siapa?" tanya Gara"Kiyo," jawab NakaTambah melototlah Gara mendengar pria yang sebenarnya adalah kakak tirinya tapi sudah biasa dipanggil Daddy itu menyebut nama Kiyo. Gadis cantik itu yang ternyata akan dijodohkan dengan Kin."Nggak salah, Dad?" tanya Gara"Nggak. Bahkan Paman Reiji juga sudah setuju, tapi tidak memaksa, terserah Kin dan Kiyo yang mau menjalaninya bagaimana," jawab Naka, "Alasan mendasar kenapa Daddy dan Paman menjodohkan mereka supaya hubungan keluarga semakin erat."Gara hanya manggut-manggut saja, sejujurnya pria itu tidak rela jika Kin dijodohkan dengan Kiyo. Terlalu sayang Kiyo untuk Kin yang doyan main wanita itu.Setelah tidur semalaman, Kin terbangun dengan
Malam hari, Reiji bersama Kin dan Gara menuju markas para mafia, tapi kali ini ada satu lagi orang yang ikut. Gadis cantik dengan balutan setelan kulit hitam, juga sepatu boat kulit hitam, membuat gadis itu terlihat cantik dan seksi. Kiyo duduk disebelah Kin di jok bagian belakang, sementara Gara didepan menemani Reiji yang menyetir mobil.Kurang dari 1 jam mereka sampai di markas, sebuah tempat tersembunyi disebuah pantai, jauh dari keramaian kota tentunya. Ternyata sudah banyak yang datang, dan mereka semua menyambut kedatangan Reiji sebagai orang yang ditunjuk memimpin kelompok mafia tersebut."Paman, apa tidak apa-apa membawa Kiyo kemari?" tanya Gara yang melihat banyak pria menatap Kiyo dengan tatapan lapar, lapar ingin melahapnya."Tidak apa-apa, mereka tahu anak saya, mana berani mereka sembarangan kurang ajar pada Kiyo," jawab Reiji"Lihat saja ada yang berani kurang ajar, akan aku habisi," bisik Kin, "Apa gunanya kita disini kalau tidak menjaga Kiyo juga, heh!"Pertemuan berj
"Selamat datang di rumah kami para Tuan Muda," sapa istri dari Reiji dengan ramah. Silvia menyambut kedatangan para tuan muda keluarga Saito, wanita itu masih terlihat cantik diusianya 48 tahun."Aunty Silvia kenapa masih saja tetap cantik, apa rahasianya?" tanya Kin sambil tersenyum"Rahasianya, tanyakan saja pada pamanmu itu Tuan Muda," jawab Silvia sambil memandang suaminya"Kalau anda sudah menikah, nanti juga akan tahu bagaimana caranya menjadikan istri tetap awet muda," kata Reiji"Pantas anaknya cantik, emaknya aja cantik banget gini," kata Kin.dalam hati, sambil sesekali menatap Kiyo dengan tatapan kagum.Kiyo memang terlihat cantik natural, bahkan Kin tahu jika Kiyo tidak memoleskan apapun diwajahnya, hanya mungkin sedikit lipstik warna nude untuk memperindah bibirnya yang tipis itu. Berbeda dengan Lona, wanita itu jika tidak berdandan, pasti terlihat biasa saja wajahnya."Paman, hati-hati, anakmu perempuan sudah mulai ada yang lirik-lirik," sindir Gara"Tenang saja, Kiyo itu