Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.
Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 siang. Pekerjaan ini memang benar-benar merepotkan. Satu hal lagi yang menurutnya paling merepotkan. Haeun melempar pandangannya ke arah jalan yang mulai dipadati oleh banyak sekali gadis remaja. Jika diperkirakan, mungkin lebih dari 100 orang. Haeun bergidik ngeri membayangkan jika dirinya diserbu oleh para gadis itu. Mungkin kepalanya akan botak karena rambutnya ditarik dari segala arah.Haeun kembali menajamkan penglihatannya pada sosok Youngsoo. Pria itu mulai memasuki mobil tesla berwarna putih. Haeun mendesis pelan mengingat betapa mahalnya mobil itu. Jujur saja, ia benar-benar memimpikan mobil tersebut. Ia bisa saja membelinya jika membunuh Youngsoo saat ini. Tapi hal terburuknya, ia akan kehilangan Eunra dan Heeyoung.Mobil tesla putih itu mulai melaju, memecah kerumunan para gadis yang haus visual tersebut. Terdengar jeritan histeris yang saling bersahutan mengiringi kepergian mobil itu. Haeun yang tidak pernah lalai dalam melakukan pekerjaannya pun ikut melajukan mobilnya. Namun ia memilih jalan yang berbeda. Hal itu bertujuan agar tidak ada yang mencurigainya. Jika ia mengikuti dari jalan yang sama, pasti banyak orang yang curiga. Terutama karena ia mengendarai mobil yang wanrnya sangat mencolok. Sesuai perjanjian, Haeun memberikan jarak yang cukup jauh dari mobil tesla tersebut. Manager Youngsoo memang membuat batas untuk hal tersebut, kurang lebih sejauh 50 meter. Tapi ia tidak tahu berapa jaraknya dengan mobil tesla itu saat ini. Berbekal alat pelacak, ia tidak takut kehilangan jejak mobil tersebut. Haeun bisa melacak keberadaan Youngsoo kapan pun ia mau.Haeun mengalihkan pandangannya pada ponsel yang tergeletak di kursi sebelahnya. Panggilan masuk dari Eunra, ia langsung menepikan mobilnya. Ia tidak ingin mengambil resiko kecelakaan hanya karena menjawab telepon."Ada apa?" tanya Haeun."Pada jarak 7 km ke depan, akan ada komunitas Soovers yang berkumpul. Mereka memblokade jalan," kata Eunra."Dari mana kau tahu hal itu?" tanya Haeun."Komunitas itu dipimpin oleh Heeyoung!"Haeun mendecak sebal. Ia benar-benar tidak mengerti kinerja otak adiknya tersebut. Bagaimana bisa ia berkumpul di tengah jalan, bukan di sekolah. Padahal ini bukan hari libur."Apa yang harus aku lakukan?" tanya Haeun."Kau bisa mengejar mobil yang membawa Youngsoo?" tanya Eunra.Haeun menatap ke arah jalan. Ia mendesis kesal saat melihat mobil tesla itu sudah tidak bisa dijangkau oleh pandangannya."Pasti tidak bisa ya? Youngsoo berada 4 km di depanmu," kata Eunra.Haeun terdiam sejenak, ia memantau keadaan jalan yang tak cukup ramai tersebut. Ia menghidupkan loadspeaker dan memasukkan ponsel ke saku kemejanya. Ia tidak terbiasa menggunakan earphone. Selain karena alasan tidak nyaman, ia juga merasa tidak bisa mendengar dengan jelas."Tetap pantau lokasi Youngsoo untukku," kata Haeun.Setelah mengatakan itu, Haeun kembali mangendarai mobilnya untuk kembali masuk ke jalur. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melesat dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia melewati semua mobil yang ada di depannya seperti orang kerasukan. Ia tak henti-hentinya membunyikan klakson agar semua yang menghalanginya itu menyingkir. Ia tak peduli lagi pada teriakan marah dari pengendarai lain. Tak berapa lama, ia bisa melihat mobil tesla putih itu sedang terjebak di lampu merah."Jarakmu 1 km dari Youngsoo," ujar Eunra.Haeun menganggukkan kepalanya. "Aku melihatnya!"~~~"Paman, kau melihat mobil merah itu?" tanya Youngsoo pada sopir pribadinya tersebut.Pria paruh baya bernama Park Sangwoon itu menoleh sekilas ke arah Youngsoo, lalu menganggukkan kepalanya. Sejak tadi ia selalu mengamati mobil merah itu melalui spion. Mobil itu terlihat sangat mencurigakan. Walau bisa saja mereka searah, tapi melihat mobil itu sangat tergesa-gesa, membuat siapa pun jadi curiga. Apalagi saat mobil merah itu berhenti tepat di sampingnya."Ah sial, dia pasti salah satu sasaeng yang mengejarku!" rutuk Youngsoo."Bagaimana bisa anak sekolah diizinkan mengendarai mobil?" gumam Sangwoon dengan bingung"Apa tidak ada jalan lain?" tanya Youngsoo.Sangwoon terdiam, tepat saat lampu berubah warna, ia langsung mengingat jalan lain. Sangwoon mengubah rutenya untuk mengetahui apakah mobil itu tetap mengikutinya atau tidak. Setelah ia mengubah rute, Youngsoo membelalakkan matanya. Mobil itu masih terus mengikutinya. Ia menepuk bahu Sangwoon dengan panik."Dia masih tetap mengikuti kita!" kata Youngsoo dengan mata yang melebar.Saat mobil itu tepat berada di sampingnya, Youngsoo bisa melihat dengan jelas sosok yang ada di dalam mobil merah tersebut. Nampak seorang gadis dengan rambut hitam tergerai. Gadis itu mengenakan seragam sekolah. Perlahan gadis itu menoleh, namun bersamaan dengan itu kaca jendela mobilnya tertutup."Mengapa paman menutupnya?" tanya Youngsoo dengan menaikkan sedikit nada suaranya."Bisa saja dia salah satu sasaeng," kata Sangwoon.Youngsoo membenarkan ucapan pria tersebut. Tapi sangat disayangkan, ia tidak bisa melihat wajah sosok yang ada di dalam mobil itu. Padahal dengan melihat wajahnya bisa membuat Youngsoo menjadi lebih waspada jika lain kali bertemu dengannya lagi.Tiba-tiba mobil yang dinaikinya itu berhenti mendadak. Nampak kerumunan Soovers dari arah depan. Ia bisa melihat wajahnya di berbagai poster yang dibawa oleh gadis-gadis itu. Youngsoo langsung menurunkan gorden yang sengaja dipasang agar tidak ada yang bisa melihatnya. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi managernya yang entah berada di mana. Entah sudah berapa lama Youngsoo menempelkan benda itu di telinganya, ia sama sekali tak mendapat jawaban. Ia terdiam sejenak, memikirkan cara untuk membubarkan kerumunan tersebut. Anehnya ia sama sekali tak berpikir untuk melaporkan ini pada polisi. Jantungnya hampir berhenti saat beberapa orang dari rombongan itu mulai mengerumuni mobilnya. Bahkan ada yang mengetuk kaca mobil dengan kasar. Samar-samar melalui kaca mobil depan, ia bisa melihat mobil merah itu berhenti. Ternyata dugaan Youngsoo dan Sangwoon bernar, gadis itu memang sengaja mengikutinya."Jangan-jangan dia yang memberitahukan temannya untuk berkumpul di sini," gumam Youngsoo."Tenang Youngsoo! Aku akan mengalihkan mereka," kata Sangwoon.Youngsoo sangat terkejut saat Sangwoon keluar dari mobil. Ia bisa melihat sopir pribadinya itu berusaha untuk membubarkan mereka. Namun bukannya bubar, justru gadis-gadis itu mendorong Sangwoon hingga terjatuh. Lalu mereka berusaha masuk ke dalam mobil. Youngsoo sama sekali tak bisa melakukan apa pun. Otak cerdasnya seakan membeku, ia tak bisa berpikir jernih. Kini yang terlintas di kepalanya hanya, mati!Youngsoo melihat seorang gadis turun dari mobil merah tersebut. Kini rambutnya sudah terikat, gadis itu juga mengenakan topi baseball yang membuat wajahnya tak begitu bisa terlihat dengan jelas. Gadis itu berjalan dengan langkah cepatnya. Lalu ia menarik beberapa gadis yang mencoba masuk ke dalam mobil."Menyingkirlah! Dasar sampah!" teriak gadis tersebut.Suasana ricuh itu mendadak hening. Youngsoo yang ada di dalam mobil itu tercengang melihat tingkah gadis tersebut. Perhatian para gadis itu kini bukan lagi padanya, melainkan pada gadis bertopi baseball yang seakan menjadi malaikatnya."Serang!" teriak para gadis itu bersamaan.'Aku tidak boleh mati di sini!' batin Haeun.Bersambung ..."Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
"Matilah dengan tenang!"Seorang wanita berpakaian serba hitam itu langsung menyayat leher korbannya tanpa rasa iba sedikit pun. Wajah datarnya bahkan sama sekali tak berubah saat darah mulai mengalir dari bekas sayatan tersebut. Wanita itu mengambil tali dari dalam tas yang selalu dibawanya. Lalu ia mengikat korbannya dengan erat. Setelah itu ia mengangkat tubuh gempal korbannya itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setibanya di mobil, ia langsung menempelkan label yang bertuliskan 'selesai' dengan tinta berwarna merah.Wanita itu segera melajukan mobilnya dan pergi dari kawasan tersebut. Ia membelah jalan ditemani heningnya malam. Tujuannya kali ini adalah ke sebuah lapangan besar yang terletak di ujung kota Gyeongju. Ia sengaja memilih lokasi itu karena saat ini ia berada di kota Gyeongju, Korea Selatan. Ia membelah jalan yang cukup sepi itu dengan bibir yang terus melengkung indah. Namun senyumnya langsung sirna saat sebuah panggilan masuk dan berder
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser