Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun.
"Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya."Kang Heeyoung!" pekik Haeun.Gadis cantik bernama Kang Heeyoung yang merupakan adiknya itu langsung mendelikkan matanya. Ia nampak sangat mengerikan saat ini. Haeun bisa merasakan tatapan membunuh dari adiknya."Apa yang kau lakukan? Kau mau mati?" tanya Haeun dengan marah.Heeyoung mencengkram kerah baju Haeun dengan wajah merah padam. "Apa kau pikir aku akan membiarkan Youngsoo terbunuh?!"Haeun mendecih pelan. Ia melihat ke arah Eunra dan Heeyoung secara bergantian. Ia menepis lengan Heeyoung, lalu ia berdiri. Ia mengambil map yang tergeletak di meja. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya."Jika kau memilih tawaran itu, maka aku akan mengundurkan diri."Haeun tersenyum miring, ia menatap Eunra yang sudah bangun dari tempat duduknya. Nampaknya ancaman itu cukup berpengaruh untuk Haeun. Buktinya, Haeun meletakkan kembali map itu di atas meja. Ia kembali duduk di kursi yang kosong."Jika kalian terus mendesakku, mengapa tidak kalian saja yang menjaganya?" kata Haeun.Eunra yang semula memiliki harapan, seketika langsung menautkan kedua alisnya. Ia tidak terima dengan keputusan Haeun tersebut. Ia mengambil map yang ada di atas meja, lalu merobeknya hingga beberapa bagian. Tapi nampaknya Haeun sama sekali tak peduli. Ia mengambil potongan kertas itu dan bergegas keluar dari ruangan tersebut.Eunra mencengkram bahu Haeun dengan kuat. Lalu ia memaksa Haeun untuk berbalik ke arahnya. "Apa kau tidak punya hati? Bagaimana bisa kau—""Terlambat. Aku sudah melakukan pekerjaan ini lebih dari 10 tahun," potong Haeun.Eunra dan Heeyoung sama sekali tak menjawabnya. Mereka telah kehilangan kata yang sudah disiapkan sedari tadi. Ucapan Haeun memang benar. Ia telah hidup dari banyak kematian yang membuatnya kehilangan hati nurani."Kau membantu korban penikaman pagi ini," ujar Eunra.Haeun menundukkan kepalanya. "Aku hanya tidak ingin itu terjadi lagi.""Haeun-ah! Kau masih seorang manusia, kau memiliki hati!" kata Eunra dengan suara meninggi.Haeun tak mempedulikan ucapan Eunra. Ia bangun dari kursinya, lalu menekan tombol yang langsung menarik dinding berwarna hijau tersebut. Setelah itu ia membuka pintu, cahaya kehidupan mulai menerpa wajahnya. Entah sudah berapa lama ia hidup di dalam ruangan sempit dan dipenuhi bau darah tersebut. Ia ingin memulai hidup baru, namun ternyata sangat sulit. Ia sudah terlalu lama hidup bersama kematian, maka ia akan menjalani hidup seperti itu.Haeun membuka pintu yang menjadi penghubung antara rumahnya dengan toserba. Aroma khas dari darah mulai menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Ia biasa menyebutnya sebagai aroma kehidupan."Kematian kalian adalah kesempatan hidup untukku."~~~Han Youngsoo lagi-lagi menemukan bangkai tikus di dalam kamarnya. Ia yang sudah terlalu sering mendapat teror seperti itu pun sudah tidak kaget lagi. Ia segera menghubungi managernya untuk menyingkirkan bangkai tersebut. Untungnya, sang manager masih belum jauh dari rumahnya. Jadi ia bisa kembali memutar haluan ke rumah Youngsoo.Helaan napas pelan lolos dari mulut Youngsoo. Sebenarnya ia ingin sekali mundur, tapi ia sudah terlanjur berada di tengah jalan. Ia sudah hampir mencapai puncak dari kerja kerasnya. Bahkan kehadirannya sudah mulai diakui oleh banyak orang. Sampai ada beberapa pihak yang merasa terancam. Salah satunya, agensi yang sudah membuangnya.Youngsoo melangkahi bangkai tikus itu dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar yang dihiasi bintang dari kertas. Ia sengaja menempel bintang itu untuk mengenang masa kecilnya. Dahulu, ibunya selalu menempel bintang kertas di langit-langit kamar. Katanya dengan melihat bintang, semua beban akan menghilang."Youngsoo!"Youngsoo hanya menjawab panggilan itu dengan dehaman pelan. Ia sangat malas bersuara dalam keadaan seperti ini. Ia bisa melihat managernya datang dengan membawa plastik dan sarung tangan. Dengan profesional, managernya itu langsung mengambil bangkai tikus itu menggunakan tangan yang sudah dilengkapi dengan sarung tangan."Kau juga harus berlatih membersihkannya sendiri," gumam Kim Junyeong—manager sekaligus asisten rumah tangga Youngsoo.Youngsoo bangun dari kasurnya. Ia mendekati Junyeong yang masih sibuk membersihkan bekas darah yang berceceran. Pikirannya tiba-tiba mengarah pada sosok wanita yang ia jumpai saat mendapat penghargaan pertamanya."Aku pernah bertemu dengan sasaeng," ujar Youngsoo.Junyeong yang sedang membersihkan lantai itu pun langsung menoleh ke arah Youngsoo. Wajahnya nampak sangat khawatir mendengar ucapan anak asuhnya tersebut. Ia tidak akan membiarkan Youngsoo berurusan dengan para penguntit tersebut."Aku sudah mencarikan pengawal rahasia untukmu," kata Junyeong.Youngsoo mengernyitkan dahinya. "Rahasia?"Junyeong mengangguk mantap. "Jika aku tiba-tiba mengatakan bahwa kau memiliki pengawal pribadi, pasti semua orang akan curiga. Maka dari itu aku mencarikanmu pengawal rahasia. Dia akan menjagamu tanpa mengundang kecurigaan siapa pun."Youngsoo tersenyum lebar, ia menepuk bahu managernya itu. "Wah ... daebak! Hyeong, kau memang terbaik!"Junyeong sama sekali tak memberikan respon. Ia kembali sibuk pada aktivitasnya yang sempat tertunda. Setelah selesai, ia bergegas pergi tanpa mengatakan apa pun. Layaknya anak ayam, Youngsoo mengikuti langkah managernya itu."Hyeong, kau sudah makan malam?" tanya Youngsoo.Junyeong menggelengkan kepalanya tanpa menoleh sedikit pun."Hyeong, aku kita makan. Sudah hampir jam 10 malam," ujar Youngsoo.Junyeong menghentikan langkahnya. Ia memutar tubuhnya perlahan dengan mata merahnya. Youngsoo yang melihat itu pun tak berani lagi membuka mulutnya. Sosok managernya saat ini sudah seperti serigala yang kelaparan."Besok aku harus menghadiri rapat untuk membahas iklanmu. Jadi, tolong jangan ganggu aku!" tegas Junyeong.Youngsoo mengernyitkan dahinya. "Tapi soal sasaeng itu—""Tidak ada sasaeng yang mengikutimu!!" bentak Junyeong."Hyeong, mengapa kau seperti itu padaku?" tanya Youngsoo lirih.Junyeong menghela napasnya pelan. "Kau pikir hidupku hanya sebatas mengurusi hidupmu yang rumit? Cobalah untuk mengatasinya sendiri!"Setelah mengatakan itu, Junyeong langsung pergi. Bahkan ia menutup pintu sangat keras hingga membuat Youngsoo sedikit terkejut. Untuk pertama kalinya ia melihat sisi lain dari managernya tersebut. Ia berpikir, mungkin managernya hanya sedang lelah. Salahnya juga yang sudah mengganggu waktu istirahat managernya tersebut. Ia menarik napas dan mengembuskannya. Lalu ia menarik kedua sudut bibirnya dengan paksa."Mianhe, Hyeong ...," ujar Youngsoo lirih.Bersambung ...
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
"Matilah dengan tenang!"Seorang wanita berpakaian serba hitam itu langsung menyayat leher korbannya tanpa rasa iba sedikit pun. Wajah datarnya bahkan sama sekali tak berubah saat darah mulai mengalir dari bekas sayatan tersebut. Wanita itu mengambil tali dari dalam tas yang selalu dibawanya. Lalu ia mengikat korbannya dengan erat. Setelah itu ia mengangkat tubuh gempal korbannya itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setibanya di mobil, ia langsung menempelkan label yang bertuliskan 'selesai' dengan tinta berwarna merah.Wanita itu segera melajukan mobilnya dan pergi dari kawasan tersebut. Ia membelah jalan ditemani heningnya malam. Tujuannya kali ini adalah ke sebuah lapangan besar yang terletak di ujung kota Gyeongju. Ia sengaja memilih lokasi itu karena saat ini ia berada di kota Gyeongju, Korea Selatan. Ia membelah jalan yang cukup sepi itu dengan bibir yang terus melengkung indah. Namun senyumnya langsung sirna saat sebuah panggilan masuk dan berder
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser