"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."
Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toserba. Ia menghela napasnya dengan berat. Saat ini di depan matanya tengah berdiri tiga orang pria bertubuh besar tengah mengacak-acak tokonya. Haeun melangkah perlahan menghampiri ketiga tamu tak diundang itu. Ketiga pria itu langsung menoleh serentak ke arahnya."Apakah kau nona Haeun?" tanya salah satu pria tersebut.Haeun menganggukkan kepalanya. "Siapa yang mengirim kalian ke rumahku?"Salah satu dari pria itu mengambil sesuatu dari sakunya. Haeun bisa melihat pria itu mengeluarkan selembar kertas berwarna kuning. Ia sudah bisa menebak siapa yang mengirim mereka. Ia mengambil ponsel dari saku, lalu memberikannya pada pria tersebut."Tekan sesuai nominal yang tertera di kertas itu. Jika lebih, kalian bertiga bisa saja mati di sini," kata Haeun dengan ekspresi datarnya.Ya, mereka bertiga adalah penagih utang yang sudah menghantui Haeun lebih dari 2 tahun. Haeun memang harus membayar semua utang yang ditinggalkan oleh ibunya. Padahal ia tahu jelas bahwa ibunya dibunuh oleh lintah darat tersebut. Apakah nyawa tidak cukup untuk membayar semua utang itu? Jawabannya tentu saja tidak cukup. Buktinya mereka masih terus mendatangi Haeun setiap bulannya.Pria itu mengembalikan ponsel milik Haeun, lalu mereka keluar dari toko tersebut. Eunra yang sedari tadi bersembunyi akhirnya mulai menampakkan dirinya. Ia terlihat sangat ketakutan, tubuhnya gemetar parah. Haeun mendekatinya, lalu membawanya menuju kursi untuk beristirahat. Sedangkan ia memilih untuk merapikan barangnya yang berserakan di lantai.Haeun menoleh sekilas ke arah pegawainya tersebut. "Lain kali kalau mereka datang, langsung hubungi aku."Eunra mengangguk pelan tanpa bersuara."Mianhe, padahal biasanya aku selalu membayarnya tepat waktu. Tapi kemarin aku benar-benar lupa hingga membuat mereka datang ke sini," jelas Haeun.Eunra tersenyum tipis, ia menghampiri Haeun yang sedang mengambil barang-barangnya."Biar aku saja," ujar Eunra sambil mengambil beberapa makanan yang masih berserakan di lantai."Lakukan bersama saja," ujar Haeun yang masih fokus pada aktivitasnya. "Kau sudah sarapan?"Eunra menggeleng pelan. "Aku bangun terlalu siang."Haeun bangun lalu mengambilkan dua buah gimbap yang ada di rak. Ia menyodorkan kedua buah gimbap tersebut pada Eunra."Jika kau tidak mau gimbap, kau boleh pakai uang ini untuk membeli makanan," ujar Haeun sambil memberikan beberapa lembar uang pada Eunra.Setelah itu, Haeun langsung bangun dan bergegas keluar dari toko tersebut. Ia langsung menangkap pemandangan di luar toko yang cukup menghibur. Terlihat dua orang pria yang sedang bertengkar hebat. Salah satu dari mereka membawa pisau di tangannya. Haeun bisa bertaruh kalau pria yang membawa pisau itu pasti akan kalah."Bukan begitu cara memegang pisau, bodoh!" gumam Haeun dengan gemas.Beberapa menit kemudian, pertarungan itu berakhir. Semua orang yang menyaksikan itu sangat histeris saat melihat salah satu dari pria itu tergeletak tak berdaya. Pisau menancap kuat di dadanya. Pria itu adalah orang yang membawa pisau. Haeun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Ia mulai menghampiri kerumunan dan menerobos masuk ke tengahnya."Permisi," ujar Haeun sambil memaksa masuk ke kerumunan tersebut.Setelah melihat keadaan korban, ia menganggukkan kepalanya pelan. Pria itu nampak masih hidup karena tusukan itu tak terlalu dalam. "Tolong hubungi ambulance," ujar Haeun.Sialnya, tak ada satu pun yang merespon. Mereka sibuk menatap korban yang berlumuran darah tersebut. Bahkan beberapa dari mereka nampak seperti seorang reporter mengarahkan ponselnya pada korban. Ia menghela napasnya pelan, semua orang memang sama saja. Tak ada pilihan lain, ia yang akan menghubungi ambulance."Selamat pagi. Ada korban penikaman di Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong segera datang karena jika lebih dari 10 menit korban akan tewas," ujar Haeun.Tanpa menunggu jawaban, ia langsung menutup panggilan tersebut. Ia berlari menuju rumahnya untuk mengambil sesuatu yang bisa dijadikan untuk pertolongan pertama. Menunggu seseorang melakukan itu sama saja seperti menunggu uang jatuh dari langit. Haeun mengambil dua buah bantal dan selimut dari dalam kamarnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlalu menuju lokasi kejadian. Tapi saat tiba di sana, korban sudah dibawa masuk ke sebuah mobil mewah."Tunggu!" teriak Haeun.Pemilik mobil itu keluar dengan wajah bingung. "Ada apa, Agassi?"Haeun berlari mendekati mobil itu masih dengan membawa bantal dan selimut. Lalu ia berusaha masuk ke mobil tersebut. Pemilik mobil itu berusaha menghalanginya dengan keras."Agassi, apa yang kau lakukan?" tanya pemilik mobil itu dengan bingung.Haeun mengernyitkan dahinya. "Di mana kau menyembunyikan korban itu?"Pemilik mobil itu seketika tertawa. "Oh, maaf. Aku mengira bahwa kau kabur dari rumah dan ingin menumpang denganku."Pria itu membuka mobilnya lalu mempersilakan Haeun untuk melihat kondisi korban yang sudah melemah. Haeun langsung masuk dengan membawa bantal dan selimut tersebut."Aku akan ikut ke rumah sakit!" kata Haeun dengan tegas.Pria itu menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka bergegas pergi menuju rumah sakit terdekat. Haeun memberikan pertolongan pertama menggunakan bantal yang dibawanya. Ia meletakkan satu bantal tepat di bawah bagian yang tertusuk pisau. Sampai saat ini ia masih tidak tahu tujuan dari tindakan tersebut. Ia hanya pernah melihatnya di televisi. Setelah itu ia menutupi bagian atas luka sampai ujung kaki menggunakan selimut. Ibunya pernah bilang, hal itu dilakukan agar suhu tubuh korban tidak menurun."Kau seorang dokter?"Haeun menoleh ke arah pria yang sedang mengendarai mobilnya. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat."Dari mana kau mempelajari itu?" tanya pria itu."Televisi," jawab Haeun singkat."Pertolongan pertamanya cukup bagus," ujar pria tersebut.Haeun tidak menjawabnya. Ia sibuk mengamati korban yang ada di sampingnya tersebut. Tubuhnya cukup pegal karena tidak mendapat tempat duduk. Saat ini posisinya setengah berjongkok di celah yang sempit. Semoga saja jarak ke rumah sakit tidak terlalu jauh. Ia merasa bisa mati karena pegal jika masih dalam posisi ini lebih dari 10 menit."Ahjussi, apa kau tidak terlalu santai?" tanya Haeun.Pria itu sedikit menoleh dengan sorot mata tajamnya. "Ahjussi?""Ada sebuah rumah sakit di sekitar sini. Kita bisa menyelamatkan orang ini jika tiba dalam waktu 3 menit," gumam Haeun."Mengapa kau bertingkah sok pintar seperti itu?" tanya pria tersebut dengan seringainya.Tanpa berpikir panjang, Haeun mengeluarkan pisau dari dalam sakunya. Ia langsung menodongkan pisau itu tepat di belakang kepala pria tersebut tanpa merasa takut."Ikuti perintahku atau kau akan mati?"~~~Pria itu tak bisa berhenti menatap Haeun yang berdiri di depan pintu ruang operasi. Ia tersenyum miring saat mengingat bagaimana wanita itu mengancamnya. Ia masih tidak mengerti mengapa seorang wanita berwajah lugu itu membawa senjata tajam. Pria itu berjalan menghampiri Haeun yang berdiri membelakanginya."Aku Lee Baekyung," ujar pria tersebut.Haeun menoleh sekilas. "Aku Kim Haeun."Begitulah Haeun. Setiap kali memperkenalkan diri, ia selalu mengganti marganya tanpa mengubah nama yang diberikan oleh ibunya. Hal itu dilakukan agar tidak ada yang bisa melacaknya.Baekyung tersenyum tipis tanpa mengalihkan tatapan dari wanita di sampingnya tersebut. Untuk pertama kalinya ia bertemu dengan wanita berwajah seimut kucing tapi tingkah seperti harimau. Tatapan wanita itu bisa begitu lembut, tapi sedetik kemudian bisa setajam pisau. Baekyung mengambil ponsel dari sakunya. Ia menyodorkannya pada Haeun yang sedari tadi hanya diam. Ia berniat untuk meminta nomor telepon wanita tersebut."Sepertinya kita akan bertemu lagi," ujar Baekyung.Haeun menoleh lalu berdecih pelan. "Tidak akan."Baekyung terkekeh pelan lalu kembali memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Ia menepuk bahu Haeun pelan lalu pergi tanpa mengucapkan apa pun. Ia menoleh sekilas ke arah wanita yang sama sekali tidak menatap ke arahnya. Setidaknya ia sudah mengetahui nama wanita tersebut. Hanya berbekal nama, ia akan mencari semua informasi wanita itu bahkan sampai titik terdalam. Ia mengambil ponsel dari saku celananya, lalu menghubungi seseorang."Tolong selidiki kasus penikaman di Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Lalu, tolong selidiki wanita bernama Kang Haeun. Berikan semua informasi yang ada tanpa ada yang terlewat."Bersambung ...
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser