"Matilah dengan tenang!"
Seorang wanita berpakaian serba hitam itu langsung menyayat leher korbannya tanpa rasa iba sedikit pun. Wajah datarnya bahkan sama sekali tak berubah saat darah mulai mengalir dari bekas sayatan tersebut. Wanita itu mengambil tali dari dalam tas yang selalu dibawanya. Lalu ia mengikat korbannya dengan erat. Setelah itu ia mengangkat tubuh gempal korbannya itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setibanya di mobil, ia langsung menempelkan label yang bertuliskan 'selesai' dengan tinta berwarna merah.Wanita itu segera melajukan mobilnya dan pergi dari kawasan tersebut. Ia membelah jalan ditemani heningnya malam. Tujuannya kali ini adalah ke sebuah lapangan besar yang terletak di ujung kota Gyeongju. Ia sengaja memilih lokasi itu karena saat ini ia berada di kota Gyeongju, Korea Selatan. Ia membelah jalan yang cukup sepi itu dengan bibir yang terus melengkung indah. Namun senyumnya langsung sirna saat sebuah panggilan masuk dan berdering cukup keras. Ia menepikan mobilnya lalu menerima panggilan tersebut."Sudah ku bilang jangan menghubungiku saat sedang bertugas!" ujar wanita itu dengan marah."Haeunie-nuna! Ada seseorang di depan rumahmu!" ujar adiknya melalui telepon.Mendengar suara panik tersebut, wanita bernama Kang Haeun itu langsung memutar haluannya. Ia segera menuju ke tempat yang dibicarakan oleh rekannya tersebut. Ia bahkan sampai melupakan mayat yang ada di kursi belakangnya. Haeun dengan cepat memutar otaknya untuk menyingkirkan mayat itu tanpa membuang waktunya. Akhirnya ia terpikirkan sesuatu yang cukup mengerikan. Ia melihat jalan yang sangat sepi, lalu ia memutuskan untuk menepi sejenak. Ia menoleh ke segala arah, ternyata sama sekali tak ada kamera pengawas.Tanpa pikir panjang, ia langsung memindahkan korbannya itu ke kursi di samping kemudi. Ia mengambil korek api dari saku celananya. Setelah itu ia langsung menuangkan bensin ke sekujur tubuh korbannya itu. Ia juga meletakkan kertas berlumuran bensin yang akan digunakan sebagai sumbu. Sebelum mengeksekusi, Haeun mendoakan korbannya itu terlebih dahulu."Semoga anda terlahir kembali menjadi orang baik," gumam Haeun.Setelah mengatakan itu, ia menghidupkan mobil tersebut. Tanpa membuang waktunya, ia segera menyalakan korek api dan membakar kertas yang digunakan sebagai sumbu tersebut. Setelah itu ia langsung berlari menuju rerumputan untuk bersembunyi. Layaknya di dalam film, matanya berwarna merah terang saat melihat mobil itu terbakar. Haeun segera menghubungi seseorang melalui ponsel yang berbeda."Pergilah dari rumahku!" bentak Haeun."Haeun-ssi, jangan terlalu keras padaku ...," gumam seseorang dari telepon."Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku! Kau boleh pergi sekarang!" ujar Haeun dengan marah.Tiba-tiba terdengar sirene khas mobil polisi yang semakin mendekat. Haeun langsung menelungkup di antara rerumputan agar tak terlihat. Cahaya dari lampu sorot yang dibawa oleh polisi mulai menerangi tempat persembunyiannya. Namun Haeun bukanlah orang yang akan dengan mudah ditemukan. Perhatian para polisi langsung teralihkan pada sebuah mobil merah yang melintas. Polisi segera memblokade jalan agar mobil itu berhenti."Selamat malam, Apakah bisa kami memeriksa identitas anda terlebih dahulu?" kata polisi tersebut.Pemilik mobil itu keluar, lalu mengangguk dengan percaya diri. Haeun tersenyum miring saat mengetahui siapa pemilik mobil tersebut."Nona Park, anda tinggal di kota Seoul. Untuk apa anda berada di kota Gyeongju?" tanya polisi itu dengan tatapan yang mengintrogasi."Berlibur," jawab Eunra singkat.Haeun mendecih pelan saat mendengar jawaban dari wanita tersebut. Bagaimana bisa ia memberikan jawaban paling murahan seperti itu? Ia sedikit mengangkat kepalanya agar Eunra bisa melihat ke arahnya. Tapi sayang sekali, seorang polisi melihat ke arahnya. Secepat kilat Haeun kembali pada posisi semula.'Sial, bagaimana caraku bisa pergi dari sini?' batin Haeun.~~~"Pendatang baru paling terfavorit di tahun 2015 adalah ...."Terdengar sorak-sorai semua orang yang memenuhi gedung tersebut. Mereka saling menyerukan pendatang baru yang menjadi pilihan masing-masing. Suasana bertambah meriah saat pembaca acara mulai membuka mulutnya."Han Youngsoo!" teriak pembawa acara itu dengan penuh semangat.Seketika suasana gedung itu langsung pecah saat seorang pria yang mengenakan setelan jas berwarna hitam mulai menaiki panggung. Pria bernama Han Youngsoo itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Pembawa acara mengulurkan tangannya, yang langsung dibalas oleh pria tersebut. Setelah itu, pembawa acara memberikan piala penghargaan pada Youngsoo. Ia membungkukkan tubuhnya dan mengambil piala penghargaan tersebut."Bagaimana perasaan anda berhasil mendapat penghargaan pertama ini?" tanya pembawa acara tersebut.Youngsoo tersenyum, ia menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. "Saya sangat bahagia. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mendukung saya. Keluarga, teman-teman, dan Soovers, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.""Apa saja yang anda lakukan hingga bisa mencapai tingkat ini?" tanya pembawa acara tersebut."Saya hanya berlatih dan terus berlatih sampai saya merasa lelah. Saya juga tidak lupa berdoa dan meminta dukungan dari semuanya. Saya mencintai kalian!" ujar Youngsoo sambil mengangkat piala penghargaan yang ada di tangannya. Suasana bertambah meriah saat mendengar ucapan Youngsoo tersebut. Setelah mengatakan itu, ia langsung turun dari panggung. Ia menghambur ke arah manager dan timnya. Lalu mereka berpelukan dengan sangat bahagia."Menyedihkan sekali jika mati di siang hari," gumam seorang wanita yang ada di kegelapan.Kang Haeun, seorang wanita yang saat ini tengah diberi tugas menjaga gedung itu dari para teroris. Sebenarnya ia masih lelah akibat pekerjaannya semalam, tapi uang memang benar-benar bisa membuatnya menjadi seperti anjing gila. Berbekal sebuah remot yang sudah diatur oleh Eunra untuk menghidupkan pengaman gedung itu, ia merasa percaya diri bisa menyelesaikan misi ini kurang dari lima menit. Sebenarnya ia sangat tercekik di dalam gedung ini. Hal itu di sebabkan karena ia sangat membenci industri musik yang dipenuhi persaingan.Haeun mendesah pelan sambil menyapukan pandangannya ke segala arah. Ia melihat empat orang berpakaian hitam berdiri di setiap sudut gedung tersebut. Melalui kacamata sensornya, Haeun bisa melihat senjata tajam yang mereka sembunyikan. Menurut laporan, mereka akan melakukan penyerangan tepat jam 2 siang. Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia tersenyum tipis melihat jarum detik yang terus berjalan."Tiga.""Dua.""Satu."Haeun langsung menekan remot yang ada di tangannya. Seketika alarm pengaman gedung itu langsung berbunyi. Seluruh lampu langsung berubah menjadi merah dan menimbulkan kericuhan. Ia melihat pria berpakaian hitam yang semula sudah siap menembak, langsung berlarian keluar gedung. Haeun terkekeh pelan sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia melempar remot yang ada di tangannya ke sembarang arah. Tiba-tiba saat ingin keluar dari gedung itu, lengannya ditarik oleh seseorang."Permisi, siapa kau?"Haeun langsung menoleh dan bingung saat melihat Youngsoo berdiri di belakangnya. Ia menunjuk dirinya sendiri."Aku?" tanya Haeun.Youngsoo menganggukkan kepalanya, lalu menunjukkan remot yang ada digenggamannya. "Kau yang melempar benda ini?"Haeun langsung membelalakkan matanya. "Bagaimana bisa—"Youngsoo mencengkram benda itu dengan kuat. "Benda ini mengenai kepalaku!"Bersambung ...
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Waktu sudah tengah malam, tapi Haeun masih terjaga. Ia tengah memandangi layar laptopnya. Matanya terus meneliti setiap kata yang keluar. Ia akan terus menyelidiki siapa sebenarnya Baekyung. Bisa-bisanya selama ini ia tidak sadar dengan kehadiran polisi di sekitarnya. Ia menggulir layar laptop itu ke bawah, terdapat banyak foto anggota kepolisian. Ia mengamatinya satu per satu, tapi tidak ada satu pun yang terlihat seperti pria tersebut. Tiba-tiba ponsel di sampingnya bergetar. Haeun segera menjawab panggilan dari kliennya tersebut."Seseorang mengikutiku!" pekik Youngsoo dari telepon.Haeun menghela napasnya pelan. Rupanya ia masih harus bekerja di tengah malam. Inilah yang membuatnya tidak suka bekerja dengan idol. Ia lebih suka bekerja dengan pengusaha kaya yang tidak akan bekerja selama 24 jam."Di mana lokasimu saat ini?" tanya Haeun."Aku sudah mengirimnya!"Setelah mengatakan itu, panggilan langsung berakhir. Ia
Setelah para pria bertubuh besar itu pergi, Haeun langsung membawa masuk Eunra ke dalam ruangan kerjanya. Ia memerintahkan Baekyung untuk tetap di luar karena ruangan itu bersifat rahasia. Haeun merebahkan Eunra di salah satu ranjang yang biasa menjadi tempat tidurnya jika kelelahan. Haeun membersihkan luka lebam yang ada di wajah Eunra menggunakan air hangat, karena ia tidak memiliki es batu. Ia tak mungkin menyuruh Baekyung untuk mencari es batu. Maka dari itu ia akan memberikan pertolongan dengan bahan seadanya.Setelah semua luka sudah dibersihkan, Haeun mengoleskan salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Setelah selesai, ia langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat Baekyung yang sedang merapikan barang yang berserakan di lantai. Beberapa masih bisa diselamatkan, tapi untuk minuman dan makanan cair sudah terlanjur rusak. Mungkin ini akan menjadi kerugian terbesarnya, tapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Toko ini hanyalah sebuah sampul untuk pekerjaa
Tin!!Haeun mengalihkan tatapannya ke arah jalan saat mobil merah membunyikan klaksonnya. Terlihat Eunra yang keluar dari mobil dengan mengenakan topi baseball. Wanita yang terpaut dua tahun darinya itu berlari kecil. Ia melirik pria berpakaian hitam yang ada di dekat Haeun."Siapa dia?" tanya Eunra.Haeun mengedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin dia ingin duduk juga."Haeun mengamit lengan Eunra lalu ia bergegas pergi dari sana. Ia mengambil alih kursi kemudi, sedangkan Eunra duduk di sampingnya. Sebelum pergi, ia melihat ke arah taman itu. Namun sosok pria berpakaian hitam itu sudah menghilang. Haeun tersenyum miring, lalu ia melajukan mobil itu. Firasatnya mengatakan bahwa sebentar lagi hidupnya akan terganggu oleh pria itu.~~~Haeun membelalakkan kedua matanya saat melihat pria tinggi berdiri di depan rumahnya. Eunra yang semula ingin keluar mobil langsung ditahan oleh Haeun. Ia menggelengkan kepalanya
"Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali," ujar Baekyung. Youngsoo yang berada di kursi belakang mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Ia berusaha untuk bisa melihat sosok di luar mobil itu melalui kaca mobil yang sedikit terbuka. Baekyung yang sedang menatap Haeun tanpa sengaja melihat kehadiran Youngsoo. Ia tersenyum tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Haeun. "Hebat ... kau bahkan dekat dengan bintang yang sedang bersinar," ujar Baekyung setengah berbisik. Haeun tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menjawab semua ucapan Baekyung melalui tatapan tajamnya. Dengan cepat ia menutup kaca mobil tesla itu, lalu memundurkan mobilnya agar bisa lepas dari mobil yang menghalangi jalannya. Baekyung yang melihat itu pun segera masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak akan membiarkan wanita yang mengusik pikirannya selama beberapa hari itu pergi dengan mudah. Namun saat ia baru menghidupkan mesin, mobil tesla itu sudah melesat pergi.
"Serang!"Kang Haeun yang masih belum memprediksi langkah selanjutnya pun mulai panik. Kumpulan gadis remaja itu mulai mendekatinya. Ia terus berusaha untuk memutar otaknya. Matanya menyapu ke segala arah. Sampai akhirnya ia menemukan sosok yang bisa menolongnya. Secepat kilat, ia menarik tubuh Heeyoung yang berada di barisan depan. Ia baru ingat kalau adiknya itu tergabung dalam komunitas Soovers yang bisa di bilang fans fanatik Youngsoo.Heeyoung sempat terkejut, tapi dengan sekali kedipan, gadis itu langsung mengerti maksud kakaknya tersebut. Layaknya aktris yang handal, Heeyoung mampu dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat ketakutan. Padahal biasanya, ia bisa saja dengan mudah mengalahkan siapa pun yang mengganggunya. Tapi demi pekerjaan kakaknya, ia rela menjadi penakut seperti ini."Jika kalian bergerak 1 cm saja, gadis ini akan terluka!" teriak Haeun.Rombongan gadis itu pun membeku di tempat masing-masing. M
Kang Haeun memicingkan kedua matanya dari dalam mobil. Pandangannya mengarah pada sosok Youngsoo yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Pria itu baru saja keluar dari kediamannya. Saat itu Haeun seperti bukan melihat manusia, melainkan malaikat. Sosok Youngsoo begitu berkilau disorot oleh sinar matahari pagi. Tubuh besar pria itu terlihat sangat sempurna dipadu dengan jas hitam, terutama bahu lebarnya. Hanya ada satu hal yang membuat Haeun tidak tertarik dengan pria tersebut. Sorot matanya. Ia sangat membenci sorot tajam pria tersebut. Haeun menghela napasnya pelan saat menyadari keputusan yang sudah ia pilih. Mungkin seharusnya ia tidak melibatkan perasaan pada pekerjaannya. Semuanya akan lebih baik jika ia mati rasa. Ia yang masih memiliki hati itu cukup menyulitkan pekerjaannya.Haeun melirik arloji yang melingkar di tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, mengapa ia sudah berkeliaran di luar rumah? Padahal biasanya ia baru akan mulai bekerja pukul 1 si
Haeun masih berada di ruangannya. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak pria bertubuh besar itu pergi. Haeun menatap map yang ada di tangannya. Ia masih belum bisa menentukan pilihannya. Sejujurnya ia merasa sangat tertarik dengan tawaran pria tersebut. Selain bayarannya yang begitu besar, misinya juga tidak terlalu rumit. Menurutnya lebih melelahkan menjaga penyanyi bernama Youngsoo yang merupakan klien pertamanya. Namun masalahnya ada pada Eunra yang duduk di hadapannya. Haeun bisa merasakan sorot tajam dari asisten pribadinya tersebut. Haeun meletakkan map itu, ia melempar senyum tipis pada Eunra. Nampaknya wanita di hadapannya itu cukup penasaran dengan apa yang dipilih oleh Haeun."Aku akan menerima tawaran untuk membunuh Youngsoo," ujar Haeun.Tiba-tiba tubuh Haeun terhuyung hingga membentur lantai saat diterjang oleh seseorang dari belakang. Haeun langsung menolehkan kepalanya. Ia mendesis pelan melihat adiknya yang berada di dekatnya.
Haeun terpaksa harus pulang ke rumah sebelum operasi selesai. Ia mendapat telepon dari Eunra bahwa toserbanya kedatangan tamu yang tidak ingin membeli apa pun. Haeun sudah tahu apa maksud dari asisten pribadinya tersebut. Sebenarnya toserba itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi profesinya yang merupakan pembunuh bayaran. Selain membunuh, ia juga menerima pekerjaan untuk menjaga seseorang berdasarkan perintah. Setelah itu ia mendapat bayaran yang setimpal.Haeun setengah berlari menuju pinggir jalan yang tak begitu ramai. Tak perlu menunggu lama, ia langsung mendapatkan taxi untuk pulang ke rumah. Ia tidak boleh menyia-nyiakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Baginya uang memang nomor satu, sedangkan keselamatan selalu ada di nomor belakang."Mangwon, Mapugo, kota Seoul. Tolong tiba dalam waktu 7 menit," ujar Haeun pada sopir taxi tersebut.Sopir taxi tersebut mengangguk lalu melajukan mobilnya tersebut. Kondisi jalan yang cukup ramai te
"Ditemukan sebuah mobil yang terbakar di jalan raya Gyeongju. Sampai saat ini polisi masih berusaha mengidentifikasi korban yang sudah dalam kondisi mengenaskan."Kang Haeun tersenyum tipis sambil meminum kopinya. Ia merasa cukup terhibur dengan aksi polisi yang menjadi bagian dari bonekanya. Entah sudah berapa banyak kasus yang dibuat olehnya. Sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan siapa pelakunya. Haeun melirik jam yang menempel di dinding. Waktu sudah hampir jam 8 pagi, seharusnya ia sudah mendapatkan bayaran hasil kerjanya kemarin. Tapi sampai detik ini, uang itu masih belum masuk ke rekeningnya. Haeun mendengus pelan, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Nampaknya Eunra yang bekerja sebagai penjaga toserba miliknya sudah datang. Suara keributan barang yang berjatuhan bisa terdengar di telinganya."Eunra-ya, tolong pelan-pelan!" teriak Haeun.Haeun membuka pintu yang menjadi jalur penghubung antara rumahnya dengan toko toser