Joice berusaha untuk mengabaikan mimpinya. Walau sulit, tapi dia meneguhkan dirinya bahwa Marcel akan selalu memperjuangkannya. Dia menepis segala hal buruk. Dia tidak mau membuat aura negative yang nantinya berdampak dengan rasa cemas begitu berkepanjangan. Tadi pagi, Joice menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Kebetulan, Janita dan Marvel rewel, jadi dia harus menyusui dua bayi kembarnya. Untungnya Marcel pun membantu menenangkan Janita dan Marvel.Sekarang Janita dan Marvel sudah tenang. Mereka sudah tidur di kamar. Joice tidak kewalahan karena Marcel belum berangkat bekerja. Sungguh, Joice pun dibuat bingung pada dua bayi kembarnya yang tiba-tiba saja rewel. Joice melangkah masuk ke dalam kamar, menatap Marcel yang masih duduk di sofa. “Sayang, bukankah hari ini kau memiliki meeting yang cukup padat? Kenapa belum berangkat?” Dia menghampiri Marcel.Marcel bangkit berdiri. “Marvel dan Janita sedang rewel. Apa kau tidak apa-apa aku tinggal? Hari ini, meeting-ku cukup padat.
Flashback On#Costa menyesap wine di tangannya, menatap sosok pria yang duduk di hadapannya. Senyuman samar di wajah pria itu terlukis. “Berikan aku alasan, kenapa kau ingin menjebak Marcel?” tanyanya ingin tahu.“Lebih baik kau cukup jalani tugasmu, tanpa harus bertanya-tanya,” jawab pria itu tegas seraya menggerak-gerakkan gelas sloki di tangannya. Dia berada di sebuah klub malam mewah yang ada di kota London.Costa menatap curiga sosok yang ada di hadapannya ini. Sejak tadi, banyak wanita yang menggoda pria itu, tapi sayangnya pria itu sama sekali tidak mengindahkan. Hal tersebut yang membuat banyak dugaan di kepala Costa.Costa mengetuk-ngetukan jemarinya ke atas meja. “Biar aku tebak, jangan-jangan kau mengincar Joice? Itu yang membuatmu mengajakku bekerja sama?”Pria itu mengembuskan napas kesal pada Costa yang ikut campur akan kehidupan pribadinya. “Kurangi perasaan ingin tahumu. Tidak baik kau ingin tahu tentang kehidupanku!”Costa terkekeh rendah. “Jika kau marah, maka itu ar
Marcel terdiam sejenak menerima ponsel Moses. Aura wajah pria itu menunjukkan jelas perasaan yang terpancing emosi. Dia tidak bisa sepenuhnya percaya pada Moses, tapi juga tidak bisa mengabaikan perkataan saudara kembarnya. Marcel meremas kuat ponselnya. Sorot mata pria itu begitu tajam. Dia melihat sebentar ekspresi wajah Costa. Marcel tidaklah bodoh! Pria itu bisa melihat jelas ekspresi wajah Costa yang menunjukkan rasa takut dan panik.Hal yang paling mudah dibaca adalah tidak akan ada orang yang takut, jika tidak melakukan sebuah kesalahan. Namun, Marcel tetap membutuhkan bukti yang kuat agar mengetahui semuanya adalah benar.Perlahan, Marcel mulai menekan tombol—memutar rekaman yang diberikan oleh Moses. Lalu pendengaran Marcel mulai menajam mendengar suara wanita dan pria yang ada di rekaman suara itu.*Apa sekarang kau mau mengakui kalau kau mengajakku bekerja sama, karena kau mengincar Joice?* *Berhenti terlalu banyak ikut campur! Kau cukup jalani tugasmu!* Suara tawa terd
Kejadian di mana Marcel hampir masuk jebakan, membuat Joice lebih banyak mengurung diri di kamar. Dia bahkan enggan menerima telepon masuk. Bisa dikatakan yang Joice fokuskan adalah Marcel dan juga dua bayi kembarnya. Hal yang paling sulit Joice terima adalah ternyata Albern tega berniat jahat, hanya demi membuat hati pria itu bahagia. Tidak pernah Joice sangka kalau Albern memiliki sifat yang sangat egois.Selama ini, Albern selalu membantunya. Menunjukkan pada Joice bahwa pria itu adalah orang yang baik. Dalam kondisi apa pun, pasti Albern akan mengulurkan tangan demi membantu Joice.Akan tetapi, sayangnya dibalik sifat baik Albern, terdapat sifat jahat dari pria itu yang benar-benar tak dirinya sangka. Diam-diam, Albern membendung rencana licik, demi mendapatkan yang pria itu inginkan.Sifat baik Albern, telah berhasil menarik perhatian banyak orang. Termasuk keluarga besar Joice. Ayah Joice saja sampai terkagum-kagum pada sosok Albern. Bahkan Hana pun sampai berusaha memaksa Joi
Suara tawa memenuhi ruang kolam renang megah. Marvel dan Janita tertawa di kala berenang bersama dengan kedua orang tua mereka. Ya, pagi menyapa, Marcel mengajak Joice serta dua bayi kembar mereka untuk berenang.Tawa Marvel dan Janita yang begitu renyah membuat Joice dan Marcel melukiskan senyuman bahagia. Memiliki waktu berkualitas bersama dengan dua anak mereka adalah hal yang sangat membahagiakan mereka. Masalah yang ada di tengah-tengah mereka, seolah lenyap tergantikan dengan sebuah kebahagiaan. Joice yang sempat belakangan ini muram, menjadi jauh lebih baik. Semua itu karena Marcel serta dua bayi kembar mereka.Alasan Joice bisa bahagia adalah bersama dengan pria yang begitu mencintainya, serta dua bayi kembarnya. Senyuman Joice berasal dari mereka. Tawa Marvel dan tawa Janita seolah memberikan energy baru di hidup Joice. Joice dan Marcel kini menghujani anak mereka dengan kecupan. Tawa Marvel dan Janita semakin terdengar—membuat Joice dan Marcel semakin gemas. Joice dan Mar
Joice menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya. Senyuman di wajahnya terlukis begitu indah. Kilauan cincin berlian itu sangat menakjubkan. Tapi bukan harga berlian yang membuatnya bahagia. Hal yang membuatnya bahagia adalah Marcel melamarnya dengan cara yang luar biasa.Joice sama sekali tidak mengira kalau ternyata Marcel menyiapkan kejutan indah. Tidak pernah terpikir olehnya kalau Marcel akan kembali melamarnya. Joice bahagia bahkan amat sangat merasa bahagia.Joice belum pernah merasakan sebahagia ini dalam hidupnya. Jika dulu, gadis itu selalu berderai air mata, kali ini berbeda. Yang sekarang Joice rasakan adalah kebahagiaan yang tak sama sekali terkira.Awan gelap yang melingkupi kehidupan Joice sudah tergantikan dengan mentari yang bersinar terang. Awan gelap itu perlahan mulai lenyap tergantikan dengan Pelangi yang memukau. Terang tak selamanya terang. Begitupun gelap tak selamanya gelap. Akan ada fase di mana semua akan berganti. Seperti kisah cinta Joice. Wani
Hati Joice sedikit tidak bisa tenang. Perasaan takut menyelimuti dirinya. Dugaan-dugaan membuat hatinya menimbulkan perasaan cemas. Ya, wanita itu sekarang tengah di perjalanan bersama dengan Marcel dan juga dua bayi kembarnya. Saat ini Joice berada di perjalanan menuju mansion keluarganya. Marcel yang mengemudikan mobil. Joice duduk di kursi depan. Sedangkan Marvel dan Janita ada di kursi belakang—tepatnya berbaring di kursi khusus bayi. Keheningan membentang dari dalam mobil. Joice nampak muram akibat pikiran negative menyerang dirinya. Dia sudah berusaha menepis perasaan takut dalam dirinya. Tapi itu tidak mudah. Bohong kalau Joice mengatakan dirinya tenang.Marcel yang tengah mengemudikan mobilnya, menatap Joice yang nampak cemas dan khawatir. Pria itu tersenyum melihat rasa takut menyelimuti diri Joice. Dia membelai lembut pipi Joice.“Jangan khawatir. Aku selalu di sisimu,” ucap Marcel berusaha menenangkan Joice dari perasaan takut.Senyuman hangat di wajah Joice terlukis di k
Persiapan penikahan Joice dan Marcel kali ini jauh lebih menyusahkan daripada persiapan pernikahan mereka pertama kali dulu. Meski pernikahan kedua, tapi nyatanya persiapan pernikahan disiapkan sedemikian sempurna.Tentu, ide agar pernikahan Joice dan Marcel tercetus dari Brianna dan Miracle. Ibu Joice dan ibu Marcel itu yang merencanakan pernikahan Joice dan Marcel haruslah megah dan mewah. Sebenarnya. Joice menginginkan pernikahan yang sederhana saja, apalagi ini pernikahan kedua, bukan pernikahan pertama. Tapi sayang keinginan Joice tidak didengarkan oleh Brianna dan Miracle. Malah dua wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu menepis keinginan Joice yang menginginkan pernikahan sederhana. Hubungan Joice dan Marcel terbilang menggemparkan media. Dulu, pernikahan mendadak, lalu berpisahan, dan sekarang kembali rujuk. Itu kenapa pembahasan pemberitaan Joice dan Marcel tidak ada habis-habisnya.Banyak orang yang sebenarnya menyukai hubungan Joice dan Marcel. Publik mengatakan