Hati Joice sedikit tidak bisa tenang. Perasaan takut menyelimuti dirinya. Dugaan-dugaan membuat hatinya menimbulkan perasaan cemas. Ya, wanita itu sekarang tengah di perjalanan bersama dengan Marcel dan juga dua bayi kembarnya. Saat ini Joice berada di perjalanan menuju mansion keluarganya. Marcel yang mengemudikan mobil. Joice duduk di kursi depan. Sedangkan Marvel dan Janita ada di kursi belakang—tepatnya berbaring di kursi khusus bayi. Keheningan membentang dari dalam mobil. Joice nampak muram akibat pikiran negative menyerang dirinya. Dia sudah berusaha menepis perasaan takut dalam dirinya. Tapi itu tidak mudah. Bohong kalau Joice mengatakan dirinya tenang.Marcel yang tengah mengemudikan mobilnya, menatap Joice yang nampak cemas dan khawatir. Pria itu tersenyum melihat rasa takut menyelimuti diri Joice. Dia membelai lembut pipi Joice.“Jangan khawatir. Aku selalu di sisimu,” ucap Marcel berusaha menenangkan Joice dari perasaan takut.Senyuman hangat di wajah Joice terlukis di k
Persiapan penikahan Joice dan Marcel kali ini jauh lebih menyusahkan daripada persiapan pernikahan mereka pertama kali dulu. Meski pernikahan kedua, tapi nyatanya persiapan pernikahan disiapkan sedemikian sempurna.Tentu, ide agar pernikahan Joice dan Marcel tercetus dari Brianna dan Miracle. Ibu Joice dan ibu Marcel itu yang merencanakan pernikahan Joice dan Marcel haruslah megah dan mewah. Sebenarnya. Joice menginginkan pernikahan yang sederhana saja, apalagi ini pernikahan kedua, bukan pernikahan pertama. Tapi sayang keinginan Joice tidak didengarkan oleh Brianna dan Miracle. Malah dua wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu menepis keinginan Joice yang menginginkan pernikahan sederhana. Hubungan Joice dan Marcel terbilang menggemparkan media. Dulu, pernikahan mendadak, lalu berpisahan, dan sekarang kembali rujuk. Itu kenapa pembahasan pemberitaan Joice dan Marcel tidak ada habis-habisnya.Banyak orang yang sebenarnya menyukai hubungan Joice dan Marcel. Publik mengatakan
“Aku tidak mengira kalau pagi-pagi seperti ini, kau datang ke kantor.” Moses menghampiri Marcel. Ya, pria itu tak mengira kalau saudara kembarnya datang ke kantor di pagi hari seperti ini.Marcel melirik Moses sekilas. “Kau sendiri kenapa berada di sini?”“Well, aku memiliki meeting dengan Shawn satu jam lagi. Aku datang awal, karena Shawn sangat benci aku terlambat. Kau kenal sepupumu itu, kan? Meski dia meeting dengan saudaranya, dia tidak suka ada yang tidak taat dengan jam yang sudah ditentukan. Aku malas berdebat dengan Shawn. Jadi aku memutuskan datang lebih awal. Rencananya, aku ingin tidur sebentar di ruanganku sambil menunggu Shawn. Tapi asistenku bilang, kau datang. Jadi aku memutuskan untuk menemuimu,” terang Moses sambil duduk dengan santai di kursi kebesaran Marcel.“Ada beberapa dokumen yang harus aku urus. Aku hanya sebentar di sini. Aku akan sarapan di rumah bersama Joice,” jawab Marcel dingin dan datar.Moses terkekeh. “Kau sampai tidak sarapan, demi bisa sarapan deng
Waktu berjalan begitu cepat. Tanpa terasa hari yang ditunggu-tunggu oleh Marcel dan Joice sudah tiba. Perjalanan cinta mereka tidaklah mudah. Banyak lika-liku serta badai yang menghantam hubungan mereka. Tapi, pada akhirnya cinta mereka lebih kuat dari apa pun yang ada. Semesta kembali mempersatukan mereka, meski semua itu tidaklah mudah. Pernikahan pertama mereka berlandaskan karena Joice hamil. Kali ini berbeda dengan kondisi pernikahan pertama mereka. Sekarang, Marcel dan Joice saling mencintai. Berbeda dari sebelumnya, karena kondisinya sekarang Marcel telah sadar bahwa kehilangan Joice adalah hal terberat dari pria itu.Kehilangan Joice, telah memberikan banyak pelajaran berharga untuk Marcel. Pria itu menyadari bahwa hidupnya tak lagi utuh, jika tanpa Joice di sisinya. Berada di sisi Joice, merupakan tempat yang paling nyaman. Joice merupakan sumber kebahagiaan Marcel. Pria itu tidak bisa hidup tanpa Joice.Beberapa hari sebelum pernikahan, Marcel kedatangan Samuel dan Oliver.
Dean meneteskan air mata melihat penampilan Joice yang sangat cantik. Ini bukan pertama kali dia melihat Joice memakai gaun pengantin indah. Tapi rasanya kali ini berbeda dari yang pertama. Rasa haru bahagia jauh lebih kuat dari sebelumnya. Mungkin itu semua karena dia terharu putrinya, menjalani banyak sekali lika-liku kehidupan—sampai akhirnya putrinya mendapatkan sebuah kebahagiaan seutuhnya.Dean berada di ruang rias pengantin wanita. Pria paruh baya itu hanya berdua dengan putri tercintanya. Dia hanya berdua dengan putri kesayangannya. Nicole dan Hana yang menemani Joice sengaja untuk memberikan ruang waktu untuk Joice berdua dengan ayahnya. “Dad, jangan menangis di hari pernikahanku.” Joice menyeka air mata Dean yang jatuh membasahi pipi ayahnya itu.Dean menyentuh tangan Joice, dan menatap hangat serta lembut mata putrinya itu. “Perjalanan hidupmu yang berliku membuat Daddy bangga padamu. Kau adalah wanita yang hebat dan kuat. Berkali-kali badai datang, kau tetap bertahan. Ber
Maldives. Teriknya sinar matahari membuat Joice yang tengah berjemur memakai bikini merah, bersama dengan Janita. Bayi cantik itu berbaring di atas tubuh Joice memakai bikini merah sama seperti Joice. Kaca mata hitam yang bertengger di mata Joice dan Janita pun sangatlah kompak. Janita bagaikan titisan Joice. Bayi perempuan yang bertubuh gemuk itu dipastikan akan jauh lebih cantik dan terkenal dari Joice. Sekarang saja, Janita sudah pintar bergaya mengikuti setiap gaya Joice. Apa pun yang Joice pakaikan untuk Janita, selalu saja bayi perempuan cantik itu menurut, tidak sama sekali rewel. Lihat saja sekarang Janita memakai bikini merah, bando dengan motif bunga—serta kaca mata hitam kecil khusus bayi.“Janita, kau suka Maldives? Pemandangan sangat menakjubkan, Mommy menyukai di sini. Kau bujuk Daddy-mu untuk membeli pulau Maldives sebagai hadiah ulang tahun Mommy.” Joice bergumam mengajak Janita bicara.Janita tertawa-tawa di kala Joice mengajaknya bicara.“Kalau Maldives dijual, ma
Bulan madu romantis yang dulu tidak pernah terbayangkan oleh Joice, kini telah menjadi kenyataan. Wanita itu diperilakukan bagaikan ratu oleh sang suami tercinta. Meskipun dipernikahan mereka tidak pernah ada bulan madu, tapi semua telah terbayar lunas dipernikahan kedua mereka.Marcel yang sekarang bukan hanya menunjukkan cinta pada Joice, tapi juga selalu membahagiakannya. Joice kerap terbangun di tengah malam—membelai lembut pipi Marcel—untuk memastikan bahwa apa yang dialaminya ini semua adalah nyata, bukanlah mimpi. Bukan hanya Joice yang bahagia menikmati bulan madu romantis di Maldives, tapi Marvel dan juga Janita ikut merasakan kebahagiaan. Bayi kembar itu sama sekali tidak rewel. Malah selama di Meldives mereka selalu tertawa bahagia.Marvel dan Janita seolah tahu bahwa kedua orang tuanya sudah berkumpul. Mereka tidak rewel. Bahkan di kala kedua orang tua mereka makan malam romantis di luar, mereka kompak tidak ada tang menangis. Padahal usia mereka mana mengerti tentang ha
Tanpa terasa dua minggu sudah Joice dan Marcel berada di Meldives. Bulan madu manis mereka bersama dengan dua anak mereka. Lebih tepatnya, bukan hanya bulan madu biasa, tapi liburan menakjubkan.Jika bulan madu hanyalah ada pasangan suami istri baru menikah, lain halnya dengan kisah Marcel dan Joice. Mereka bulan madu romantis bersama dengan dua anak kembar mereka. Untungnya selama berada di Maldives, Marvel dan Janita tidak sama sekali rewel. Mereka tidak menyusahkan Marcel dan juga Joice. Dua bayi kembar itu malah setiap kali dijaga pengasuh ketika Marcel dan Joice ingin berkencan—tidak sama sekali menangis. Seolah dua bayi kembar itu mengerti bahwa kedua orang tua mereka, membutuhkan waktu untuk bersama.Matahari begitu tinggi. Sinarnya menyinari bumi. Joice tengah mengajak Janita berjalan-jalan melihat lautan yang indah. Air yang biru dan jernih. Serta cuaca yang menakjubkan membuat Joice sangat bahagia.“Janita, nanti kalau kau sudah bisa jalan, Mommy akan mengajakmu berjalan-j