Home / Rumah Tangga / Birahi Liar istri Setia / 3) Mencari Bantuan lain

Share

3) Mencari Bantuan lain

Author: NDRA IRAWAN
last update Huling Na-update: 2025-03-26 11:59:09

Pagi berikutnya, saat sarapan, Bu Maria masih tak bisa berhenti memikirkan kehamilan yang tak kunjung datang.

"Sudah berapa kali aku bilang, Yah? Melia sepertinya masalahnya besar," katanya pada suaminya.

Pak Darma mencoba tetap tenang, berkata, "Bu, kita nggak bisa menyalahkan siapa pun. Radit dan Melia sudah berusaha."

Bu Maria pun kembali mengusulkan untuk pergi ke Gus Bokis, saran dari Bude Yati. "Mungkin ada yang bisa membantu mereka."

"Tidak, Bu," tegas Pak Darma. "Kita nggak boleh menggantungkan harapan pada hal-hal seperti itu. Serahkan semuanya pada Allah."

Bu Maria mendesah kesal, tapi akhirnya berkata, "Baiklah. Tapi kalau dalam beberapa minggu nggak ada perubahan, ibu akan mencoba cara lain."

Sarapan berakhir dalam keheningan, namun ketegangan masih terasa di antara mereka.

Setelah Pak Darma berangkat ke kantor, Bu Maria masih duduk termenung di meja makan. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh. Keinginan agar Radit dan Melia segera memiliki anak membuatnya resah.

Meskipun ia tahu baik Radit maupun Melia tegas menolak segala metode yang dianggap tak masuk akal, termasuk pergi ke Gus Bokis atau apapun namanya, namun Bu Maria merasa ada jalan lain yang bisa ia tempuh.

Dengan cepat, Bu Maria mengambil ponselnya dan menelepon Bude Yati. Suaranya pelan namun tegas, memastikan bahwa suaminya sudah benar-benar pergi.

"Halo, Bude, ini Maria," kata Bu Maria dengan nada rendah.

"Oh, Maria! Apa kabar, sayang?" sahut Bude Yati dengan nada ceria seperti biasa. Bu Maria sudah terbiasa dengan suara genit kakak iparnya itu, yang memang selalu tampak penuh semangat, meskipun sering kali berlebihan.

"Aku ingin bicara soal Radit dan Melia. Mereka menolak pergi ke Gus Bokis, jadi aku punya ide..." Bu Maria terdiam sejenak, memastikan suaranya hanya terdengar di ruang itu, "...bagaimana kalau kita saja yang pergi tanpa mereka? Kita coba selesaikan masalah ini sendiri."

Bude Yati terdengar terkejut namun langsung antusias. "Wah, itu ide yang cemerlang, Maria! Mereka nggak perlu tahu. Yang penting kita coba dulu. Banyak pasangan yang akhirnya punya anak setelah pergi ke Gus Bokis, meski mereka nggak mau terlibat!"

Bu Maria mengangguk meskipun tahu Bude Yati tak bisa melihatnya. "Tapi Bude, ini rahasia kita. Mas Darma menentang keras soal ini. Jadi jangan sampai ada yang tahu, ya."

"Oh, tenang saja! Siapa yang bakal bocorin? Urusan kita ini!" Bude Yati terkekeh genit. "Kalau besok bagaimana?"

Bu Maria berpikir sejenak. Meskipun ada keraguan di hatinya, keinginan kuatnya untuk melihat Radit dan Melia memiliki keturunan lebih besar daripada kekhawatirannya. "Kita tunggu momen yang pas dulu, Bude. Kita harus hati-hati."

"Sudah pasti, Maria! Kapan pun kamu siap aku jemput, ya. Pokoknya, tenang saja. Ini akan menjadi rahasia kita dan pastinya akan berhasil," jawab Bude Yati dengan penuh keyakinan.

Setelah telepon ditutup, Bu Maria menghela napas panjang. Ia tahu tindakannya bisa menimbulkan masalah jika ketahuan, terutama oleh suaminya, tapi ia meyakinkan diri bahwa semua ini demi kebaikan anak dan keluarganya.

Sementara di tempat lain. Radit yang merasa tertekan dengan masalah yang menghimpitnya. Memutuskan menemui Irsad, mantan teman kuliahnya yang sudah lama tak bertemu.

Di sebuah kafe kecil, mereka berbincang ringan mengenang masa lalu. Namun, Radit merasakan semakin berat di dadanya. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk memulai topik sensitif.

"Sad, gue lagi bingung banget," ucap Radit serius. "Masalah rumah tangga gue..."

Irsad terkejut. "Kenapa, Dit? Gue kira lu sama Melia baik-baik aja?"

Radit menghela napas berat. "Baik, tapi... udah lima tahun, Sad, dan belum ada anak. Keluarganya Melia, terutama keluarga gue, makin mendesak. Gue udah periksa, dan ternyata masalahnya di gue, bukan Melia."

Irsad terdiam, penuh simpati. "Pasti berat buat lu."

Radit mengangguk. "Iya, Melia nggak pernah protes, tapi keluarga gue terus nuduh dia. Gue nggak bisa bilang yang sebenarnya."

Setelah ragu sejenak, Radit akhirnya bicara dengan nada ragu. "Sad, gue butuh bantuan lu. Ini gila, tapi gue nggak tahu harus gimana lagi..."

Irsad menyimak dengan tatapan serius. "Apa maksud lu, Dit?"

Dengan penuh rasa malu, Radit mengungkapkan niatnya. "Gue... mau lu bantu Melia untuk hamil."

Irsad terkejut. "Lu serius, Dit? Gue yang harus nidurin istri lu? Lu harus ngelakuin itu?"

Radit menunduk, merasa putus asa. "Gue nggak tahu siapa lagi yang bisa gue percaya. Gue cinta Melia, tapi gue nggak bisa ngasih dia anak. Gue juga percaya lu gak akan ngerendahin Melia."

Irsad terdiam lama, memproses permintaan itu. "Dit, gue ngerti posisi lu, tapi ini nggak gampang. Gue nggak bisa jawab sekarang."

Radit mengangguk pelan. "Gue ngerti, gue cuma minta lu pikirin, lebih cepat lebih baik, tapi gue juga mau semuanya berjalan normal, gak grasa-grusu. Sebenarnya gue juga gak tahu Melia mau atau kagak."

“Lah, kenapa lu nekad?”

“Gue tahu lu bakal bisa meluluhkan hati Melia, lu ganteng, lu kaya, lu udah berkeluarga dan punya anak. Gue yakin lu bisa ngebikin Melia mau selingkuh sama lu.”

“Tapi ini beda, Dit. Gue tetep harus merencanakan dengan matang, kecuali kalau lu sama Melia udah sepakat. Kalau Melia aja belum tahu, gue harus berhati-hati. Mesti jaga keluarga gue juga jangan sampai tahu. Jadi kasih gue waktu buat mikir satu atau dua minggu.”

Pertemuan berakhir dengan ketegangan. Radit pulang dengan perasaan hampa, tidak yakin apakah langkah yang diambilnya benar atau justru akan membawanya pada kehancuran.

Sesampainya di rumah, Radit duduk di ruang tamu, menunduk dalam keheningan. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya jatuh, membasahi pipinya. Ia memandang ke arah kamar, melihat Melia sudah tertidur dengan tenang di ranjang mereka.

Wajah istrinya begitu damai, tanpa sedikit pun tahu apa yang sedang berkecamuk di hati suaminya.

Radit merasa dadanya semakin sesak. Ia mencintai Melia, wanita yang setia, salihah, dan selalu sabar mendampinginya. Namun, tekanan dari keluarga dan harapan yang tak kunjung terwujud membuatnya terjebak dalam dilema besar.

"Kenapa ini harus terjadi?" gumam Radit dengan suara bergetar. Ia merasa bersalah, marah pada dirinya sendiri.

Jauh di lubuk hatinya, ia tidak ingin merusak semua ini. Ia tidak ingin mengambil langkah yang berpotensi menghancurkan kebahagiaan mereka berdua. Melia tidak pantas diperlakukan seperti ini—dia sudah berkorban banyak, dan Radit merasa gagal sebagai suami.

Dengan air mata yang terus mengalir, Radit berdoa dalam hatinya, berharap ada jalan keluar yang tidak harus mengorbankan cintanya kepada Melia. Malam itu, Radit tertidur dalam kebingungan dan rasa bersalah, tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

^*^

^*^

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Birahi Liar istri Setia   4) Perhatian Khusus Paman

    Di ruangan kantor yang relatif besar dan terang, Jordy duduk di balik meja kerjanya, menatap kosong pada buku laporan kinerja yang terbuka di depannya. Lembar-lembar itu seolah hanya hiasan, karena pikirannya melayang jauh dari tanggung jawab pekerjaannya. Wajah Melia istri keponakannya, justru memenuhi pikirannya dalam beberapa hari terakhir ini.Percakapan di rumah Bu Maris, kakaknya dengan keluarganya, juga obrolan empat mata dirinya dengan Melia saat di mobil, terus menghantuinya. Bukan karena kecantikan dan pesona Melia, tapi perasaan kasih dan tidak nyaman dengan keadaan Melia yang sepertinya selalu terpojok. Dia semakin yakin jika sebenarnya Radit-lah yang bermasalah.Jordy terus berusaha menepiskan pikiran kotornya. Bagaimana mungkin dirinya, yang selalu menjaga moral dan tanggung jawab, tiba-tiba terjerumus dalam pikiran-pikiran absurd untuk memberikan benih suburnya pada istri keponakannya."Kenapa aku bisa sampai memikirkan hal ini?" gumam Jordy sambil menggelengkan kepalan

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Birahi Liar istri Setia   5) Tindakan Nekad Mertua

    Pagi itu, Bu Maria bangun dengan semangat yang jarang ia rasakan. Hatinya gembira, bahkan ada senyum yang tersungging di bibirnya. Suaminya akan pergi dinas luar selama tiga hari, memberikan kesempatan untuk melaksanakan rencana yang sudah lama ia simpan.Sambil menyiapkan sarapan, Bu Maria terus bersenandung, seakan kegembiraan ini tidak bisa ia sembunyikan. Namun, sesekali ada kekhawatiran yang muncul. “Bener gak ya, jalan ini? Apa gak dosa ya minta bantuan begituan?” batinnya ragu.Ia menghela napas panjang, melirik ke arah jam dinding yang berdetak pelan. Ia tahu, di balik senandungnya itu ada rasa was-was yang terus mengintai.“Tapi... ini demi kebaikan Radit dan Melia,” bisiknya, berusaha meyakinkan diri.Setelah Pak Darma pergi, Bude Yati menjemput Bu Maria dengan mobil Tony, menantunya. Tony sudah beberapa kali mengantar Bude Yati, mertuanya ke tempat Gus Bokis.Setelah berada dalam mobil, Bu Maria masih merasa tegang.“Tenang, Mar. Kita cuma mau cari solusi buat Radit dan Mel

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Birahi Liar istri Setia   6) Bertemu Mantan

    Bersamaan dengan Bu Maria dan Kelvin melaju di jalan pedesaan, Melia memutuskan untuk singgah di sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan. Tempat ini selalu memberi ketenangan, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat di sini.Dengan secangkir teh hangat di tangannya, Melia duduk di salah satu bangku kayu yang menghadap ke jalan. Kepalanya penuh dengan pikiran yang berat, terutama soal kehamilannya yang terus dipertanyakan oleh ibu-ibu di sekitar rumah.Apa aku mending tinggal di rumah ibu aja? Biarin aja Mas Radit mau ikut sukur, gak juga gak apa-apa, pikirnya.Melia menggulir layar ponselnya, mencoba mencari hiburan sejenak di media sosial, Melia mendesah panjang. Sepertinya, tak ada jalan mudah untuk lari dari kenyataan. Pandangannya masih tertuju pada layar ketika tiba-tiba, suara yang sangat familiar memecah keheningan siang itu."Melia ya?"Melia mengangkat kepala. Di hadapannya, berdiri seorang pria dengan jaket ojek online dan helm di tangan. Sosok yang begitu dikenal, tap

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Birahi Liar istri Setia   7) Nostagia Biru

    Melia duduk kembali di meja kerjanya. Tangannya sibuk mengetik laporan, namun pikirannya masih tertinggal di warung kopi tadi. Wajah Gilang, suaranya, bahkan caranya menatap. Semua membekas di kepalanya.Ia mengusap perutnya yang masih datar. Bayi yang belum kunjung hadir, pertanyaan dari ibu-ibu kompleks, tatapan sinis mertua, dan suaminya yang seolah tak peduli dengan segala deritanya. Semua itu membuatnya semakin goyah. Dan kini, hadirnya Gilang seperti pintu kecil yang terbuka. Bukan untuk cinta, tapi untuk pelarian.Melia memejamkan mata sejenak. Bukan, dia tidak ingin kembali ke masa lalu. Tapi ia rindu akan ketulusan. Rindu seseorang yang melihatnya sebagai perempuan yang cukup, bukan hanya istri yang dituntut melahirkan keturunan oleh keluarga suaminya, tanpa mau tahu apa permasalahan yang sebenarnya."Mas Gilang..." lirihnya pelan, nyaris tak terdengar.Ia tahu pertemuan tadi tidak akan berhenti di situ. Bukan karena dia menginginkannya, tapi karena hatinya diam-diam berharap

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Birahi Liar istri Setia   8) Terlanjur Basah

    Di saat bersamaan pula, setelah kurang lebih dua jam perjalana, Bu Maria dan Kelvin tiba di rumah Gus Bokis.Kelvin terkagum-kagum, "Ini rumah siapa, Bu? Besar banget.""Ini tempat yang bisa membantu Mas Radit dan Mbak Melia, Vin." jawab Bu Maria, lalu masuk sendirian.Di dalam, Gus Bokis yang berpakaian laksana ulama besar dan duduk di singgasana itu, menyambutnya dengan senyuman khasnya.“Sudah dibawa persyaratannya?”“Sudah Gus.”“Yu ikuti saya, ritualnya kita di kamar khsusus,” ajak Gus Bokis.Bu Maria mengikuti Gus Bokis melewati lorong rumah yang cukup panjang. Dinding-dinding lorong dihiasi lukisan kaligrafi dan aroma minyak zaitun samar tercium sejak langkah pertama memasuki ambang kamar yang disebutnya kamar khusus.Kelvin tidak diizinkan masuk. Ia menunggu di ruang tamu atau di luar dengan gelisah, sesekali memerhatikan jam dan mendengarkan samar suara burung jalak di sangkar besar dekat jendela.Sementara itu, di dalam kamar khusus, suasananya temaram. Hanya cahaya lampu mi

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Birahi Liar istri Setia   9) Kenyataan Janggal

    Entah berapa lama Bu Maria tenggelam dalam keadaan trans yang tak terkendali. Tubuhnya bergerak tanpa arah, dibimbing oleh naluri yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Sesekali tangan Gus Bokis memaju mundurkna kepalanya.Lalu tiba-tiba, sesuatu meledak dalam mulutnya juga dari dalam dirinya. Hangat, tajam, kental dan menggetarkan. Bagian bawahnya basah dan mulutnya pun penuh dengan cairan. Saat itu juga dia meraskan seolah seluruh isi jiwanya terlepas dan melayang, cairan itu pun tanpa tersisa masuk dalam kerongkongannya.Jiwanya semakin naik, tinggi, menuju langit ketujuh.Sesaat dunia terasa diam. Tak ada waktu, tak ada suara. Hanya euforia yang membungkusnya rapat, membuatnya lupa siapa dirinya, di mana ia berada, dan mengapa ini bisa terjadi. Bu Maria melepasakan benda dalam mulutnya, lidahnya menjilati sisa-sisa cairan di sudut-susdut bibirnya, seakan tak mau terlewatkan rasa nikmat itu walau setetes.“Kamu berhasil melakukannya, Bu,” ucap Gus Bokis, tanpa membuka matanya, wajahn

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Birahi Liar istri Setia   10) Rahasia Ibu Martua

    Langit mulai meremang. Jingga tua berbaur dengan awan kelabu, menumpahkan cahaya sendu ke sepanjang jalan berkelok yang mereka lalui. Motor yang dikendarai Kelvin melaju pelan, menembus jalanan sempit yang mulai sunyi. Di kiri-kanan, pepohonan pinus menjulang rapat, menyisakan bayangan panjang yang menari-nari di aspal berdebu.Suara mesin motor seperti satu-satunya bunyi yang tersisa, selain desir angin yang menggugurkan daun-daun kering.Kelvin menggenggam erat setang motornya. Pandangannya lurus ke depan, namun pikirannya berkecamuk. Bukan hanya karena mereka masih harus menempuh perjalanan lebih dari satu jam, tapi karena kehadiran Bu Maria yang duduk di belakangnya, terasa berbeda.Pelukan ibu mertuanya di pinggangnya tak sekadar erat. Namun seolah ingin mendekat lebih dari sekadar menumpang. Dada Kelvin menghangat, bukan karena nyaman, tapi karena bingung dan canggung. Ia tak bisa mengabaikan detak jantung Bu Maria dan dua gumpalan hangat dan kenyal empuk

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Birahi Liar istri Setia   11) Dunia Sempit - 1

    Malam turun perlahan, menyelimuti kota dengan lampu-lampu temaram dan udara yang mulai menggidikkan.Gilang baru saja selesai mengantar orderan sore itu saat aplikasi gojek-nya kembali berbunyi. Nama pemesan muncul: Radit. Lokasi penjemputan tidak jauh dari tempat Gilang biasa mangkal, dan tujuan yang tertera hanyalah sebuah titik bernama “Cafe Tujuh Langit”.Tak butuh waktu lama, Gilang sudah tiba di lokasi penjemputan. Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah letih dan sorot mata gelisah berdiri di tepi jalan, mengenakan jaket hitam dan masker. Gilang menghampiri sambil memastikan nama.“Mas Radit ya?”Pria itu mengangguk. “Iya, Bang. Cafe Tujuh Langit, ya.”Gilang mengangguk ramah, memberikan helm cadangannya. Setelah Radit naik ke jok belakang dan mengenakan helm, motor pun melaju membelah jalanan kota yang mulai basah karena gerimis tipis.Selama perjalanan, Radit lebih banyak diam. Gilang tak bertanya apa-apa, sudah terbiasa dengan penumpang tipe seperti ini. Tapi sesampain

    Huling Na-update : 2025-04-17

Pinakabagong kabanata

  • Birahi Liar istri Setia   27) Arisan Brondong - 1

    Waktu terus merambat, kehidupan perlahan kembali ke porosnya. Melia dan Radit memasuki masa pemulihan, saling berjanji untuk menjaga, memperbaiki, dan berjuang bersama demi mendapatkan keturunan. Ketenangan juga mulai hadir dalam rumah tangga mereka, apalagi sejak Bu Maria tampak melupakan obsesinya terhadap cucu.Istri Pak Darma itu kini justru sibuk dengan gairah mudanya yang seperti terlahir kembali, seakan melupakan tahun-tahun panjangnya sebagai istri setia.Pak Darma pun merasa lebih tenang, bisa fokus mengembangkan kariernya di sisa masa kerja, tanpa lagi harus menghadapi keluhan Bu Matria yang selalu menuntut macam-macam. Ia bahkan semakin serius mendorong kemajuan karier Radit, dan mulai menyarankan opsi yang lebih realistis: mengadopsi anak.Meski begitu, Radit masih menahan diri. Ia belum sepenuhnya siap meninggalkan harapan untuk memiliki darah daging sendiri. Baginya, usia mereka masih cukup muda; belum saatnya menyerah. Masih ada waktu, dan ia yakin, selama tekad itu ada

  • Birahi Liar istri Setia   26) Arisan Mertua - 6

    Sore menjelang dengan langit yang dilapisi jingga lembut. Di teras rumah yang diteduhi pohon mangga tua, dua perempuan duduk menghadap taman kecil yang mulai merekah setelah disiram hujan semalam.Bu Maria mengenakan daster biru dengan motif bunga-bunga halus. Wajahnya tampak lebih segar dari bisanya. Senyumnya lebih ringan, dan tatapan matanya punya sorot yang sulit dijelaskan, seolah ada percikan kehidupan yang sudah makin menyala dalam dirinya.Bude Yati memperhatikan adik iparnya diam-diam, lalu menaruh cangkir tehnya sambil menghela napas kecil.“Kamu sekarang lain, Mar,” katanya pelan, “Langkahmu terlihat lebih enteng, suaramu juga nggak berat kayak biasanya.”Bu Maria tertawa kecil. Lirih, tapi hangat. “Bude bisa aja. Mungkin karena aku sudah mulai belajar menerima hidup seperti yang disarankan Gus Bokis.”“Dari Gus Bokis?” Bude Yati menaikkan alisnya sambil menyeringai nakal. “Atau... dari Kelvin?”Nama Kelvin disebut dengan nada menggoda, membuat Bu Maria mengangkat alis, lal

  • Birahi Liar istri Setia   25) Arisan Mertua - 5

    Kelvin sedikit membungkukkan tubuh, mensejajarkan selangkangannya dengan pantat mertuanya. Tangan kanannya memegangi batang rudal yang keras, sementara tangan kirinya menahan pantat Bu Maria dan menariknya.Setelah meyakini seluruh batangnya tembus pada lobang vagina, Kelvin segera mencengkram dua bongkahan pantat itu, lalu mendorong serta memajukan selangkangannya hingga rudalnya yang hitam dan mengkilat terlihat nyata keluar masuk lobang yang dirimbuni rambut-rambut halus menggelikan.Kelvin megap megap. Doggy style di depan cermin yang besar baru kali ini dia rasakan. Wajahnya berkali kali menunduk melihat keluar masuk batang kejantannya dalam vagina mertuanya. Sekali dia juga beradu pandang di balik cermin dengan wanita yang wajahnya mulai basah dengan bulir-bulir keringat.Kelvin menjilati jemari kirinya, lalu menekan dan mengusap-usapkan pada bibir anus Bu Maria. “Oooooh…” Bu Maria melenguh, angan dan fantasinya melayang di awang-awang b

  • Birahi Liar istri Setia   24) Arisan Mertua - 4

    Bu Maria menghentikan langkahnya, lalu tersenyum kecil."Ibu tahu, Vin," jawabnya lembut. "Itu yang membuatmu semakin menarik."Kelvin makin tercekat. Kata-kata Bu Maria seperti pisau tajam yang menusuk hatinya. Dia merasa terjebak dalam jebakan yang tak terlihat. Sebuah ruangan yang seolah menutup semua pintu keluar. Wangi aromaterapi semakin menusuk, melingkupi pikirannya yang sedikit kalut.Bu Maria mendekat hingga jarak mereka tak lebih dari satu lengan. Dia mengulurkan tangan, jemarinya nyaris menyentuh bahu menantunya. Tapi, tepat sebelum jemari itu benar-benar menyentuh, Kelvin berusha mundur selangkah."Tolong, Bu," katanya, dengan suara yang sedikit gemetar. "Saya nggak bisa."Seketika senyum Bu Maria berubah menjadi tawa kecil. "Oh, sayang... kamu jangan terlalu tegang, ibu hanya ingin bersenang-senang."Ucapan itu membuat dada Kelvin semakin sesak dan segalanya terasa lebih ringan."Ibu... cantik," kata Kelvin akhirnya, nya

  • Birahi Liar istri Setia   23) Arisan Mertua -3

    Usai arisan, rumah Bu Maria kembali tenang. Riuh ibu-ibu kompleks yang tadi memenuhi ruang tamu kini tinggal kenangan samar, tak ada yang tersisa, bahkan semua piring dan gelas pun sudah kembali rapi.Malam pun tiba.Di lantai bawah, suasana jauh lebih senyap. Arin, bersama Kenzi, bayinya dan Kelvin, suaminya, telah terlelap di kamar karena kelelahan. Awalnya Arin mau pulang namun Kelvin memintanya untuk menginap karena merasa kelelahan.Bu Maria duduk seorang diri di kamarnya. Kursi rotan tempatnya berayun pelan, seirama dengan waktu yang terasa malas. Tatapannya kosong menembus langit malam yang menghitam lewat jendela terbuka.Angin dari taman depan masuk perlahan, tapi tak cukup mengusir sepi yang menyelinap ke dada. Hening ini bukan ketenangan, tapi kehampaan yang menariknya tenggelam dalam pikiran sendiri.Sejak Kelvin datang tadi, ada sesuatu yang mengusik batinnya. Ia tak ingin mengaku, bahkan pada diri sendiri. Tapi semakin lama, perasaan

  • Birahi Liar istri Setia   22) Arisan Mertua -2

    "Bu Maria... aku tuh sampai sekarang masih suka mikir," ujar Bu Hilma sambil mengaduk tehnya perlahan. "Gimana bisa Melia… yang udah lima tahun nikah sama Radit… malah keduluan sama Arin? Padahal Arin itu baru juga lulus kuliah kemarin sore."Bu Maria tersenyum kaku. Ia sudah menduga arah pembicaraan ini. Bu Hilma memang selalu punya cara untuk menyelipkan topik-topik “berbobot” dalam balutan nada prihatin."Iya, saya juga bingung, Bu," jawab Bu Maria pelan, matanya memandangi taman dari balik jendela."Kadang tuh saya ngerasa… Melia itu keras kepala. Dibilangin susah. Hidupnya juga maunya serba sederhana. Katanya sih, biar nggak ngerepotin. Tapi kadang saya mikir, apa iya semua itu bener-bener karena prinsip? Atau jangan-jangan... memang dia nggak terlalu serius."Bu Hilma mengangguk, matanya tajam. "Padahal ya, kalau saya boleh kasih saran… ada loh, metode totok rahim atau akupuntur khusus. Di tempat saya itu, ban

  • Birahi Liar istri Setia   21) Arisan Mertua - 1

    Di depan laptopnya Radit masih tertegun merenungi nasib diri dan rumah tangganya. Hatinya merasa sangat kesal dengan Pak Yanto juga Reza yang seolah menilai Melia sebagai obyek pelampiasan. Radit merasa sudah saatnya melawan dan terbuka pada siapapun, termasuk ibunya. Namun tidak hari ini, karena di rumah orang tuanya sedang ramai oleh ibu-ibu arisan.Pagi ini rumah Pak Darma memang sedang sangat berbeda. Lebih hidup dari biasanya.Deretan mobil dan motor memenuhi halaman dan sisi jalan kecil kompleks perumahan. Suara-suara tawa dan obrolan ibu-ibu berbaur dengan denting sendok di gelas teh manis yang baru saja disuguhkan oleh para ibu-ibu anggota arisan lainnya.Ruangan tamu dipenuhi aroma parfum mahal dan kue-kue kering yang disusun rapi di atas piring saji. Beberapa ibu duduk membentuk lingkaran, dengan wajah cerah dan mata yang menyapu ke sana kemari, mencari topik hangat untuk dibahas."Bunda, makin cantik aja nih, setiap hari juga cantik sih, tapi kok sekarang beda banget""Iya

  • Birahi Liar istri Setia   20) Dunia Sempit - 10

    Ketika Nola baru memluai babak awal bersama Pak Yanto, Reza sudah duduk di kantin kantor. Suasana masih sepi, hanya ada suara sendok beradu pelan di dalam gelas. Radit datang terlambat lima menit, wajahnya lesu.Reza menyambutnya dengan senyum lebar. “Akhirnya datang juga. Duduk, Dit. Gue udah pesenin kopi favorit lu.”Radit duduk tanpa banyak bicara. Hanya anggukan kecil. Reza mencondongkan tubuh ke depan, matanya menyala penuh percaya diri.“Gue ada kabar gembira. Nola positif hamil, dua bulan.”Radit menoleh cepat. “Serius lu?”Reza mengangguk, ekspresinya seperti orang baru memenangkan lotre.“Alhamdulillah banget. Dan lu tahu? Itu terjadi setelah Nola rutin dipijat sama Pak Yanto.”Radit mengerutkan kening, wajahnya sedikit kaku, “Serius lu? Emang Nola suka dipijat sama Pak Yanto?”Reza tertawa kecil. “Iya. Waktu lu curhat soal susah punya anak. Gue sebenarn

  • Birahi Liar istri Setia   19) Dunia Sempit - 9

    Pak Yanto tersenyum puas melihat Nola orgasme dengan dahsyatnya. Ia membersihkan cairan yang menyemprot ke wajahnya dengan telapak tangan tuanya. Ia sedikit menjilat cairan yang terasa gurih itu. Pak Yanto lalu naik menindih tubuh lemas Nola. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher, telinga dan payudarra Nola.“Kalau udah ada janinnya, cairan kamu makin enak, Sayang,” bisik Pak Yanto.“Sedotan bapak juga makin kuat dan ajib,” balas Nola manja.Tak butuh waktu lama bagi Nola untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cumbuan Pak Yanto pada mulutnya. Tubuh Nola yang sudah berisi janian muda, benar-benar siap menerima sodokan batang jumbo dan kekar itu. Pak Yanto lalu merentangkan kedua kaki Nola yang kini tergeletak di atas lantai dapur beralaskan karpet kecil.Tangan Pak Yanto membimbing rudalnya memasuki vagina Nola yang makin deg-degan saat kepala rudalnya yang besar mencoba memasuki lubang sempitnya. Pak Yanto mencoba menguak vagi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status