Share

8) Terlanjur Basah

Author: NDRA IRAWAN
last update Last Updated: 2025-04-16 19:35:47

Di saat bersamaan pula, setelah kurang lebih dua jam perjalana, Bu Maria dan Kelvin tiba di rumah Gus Bokis.

Kelvin terkagum-kagum, "Ini rumah siapa, Bu? Besar banget."

"Ini tempat yang bisa membantu Mas Radit dan Mbak Melia, Vin." jawab Bu Maria, lalu masuk sendirian.

Di dalam, Gus Bokis yang berpakaian laksana ulama besar dan duduk di singgasana itu, menyambutnya dengan senyuman khasnya.

“Sudah dibawa persyaratannya?”

“Sudah Gus.”

“Yu ikuti saya, ritualnya kita di kamar khsusus,” ajak Gus Bokis.

Bu Maria mengikuti Gus Bokis melewati lorong rumah yang cukup panjang. Dinding-dinding lorong dihiasi lukisan kaligrafi dan aroma minyak zaitun samar tercium sejak langkah pertama memasuki ambang kamar yang disebutnya kamar khusus.

Kelvin tidak diizinkan masuk. Ia menunggu di ruang tamu atau di luar dengan gelisah, sesekali memerhatikan jam dan mendengarkan samar suara burung jalak di sangkar besar dekat jendela.

Sementara itu, di dalam kamar khusus, suasananya temaram. Hanya cahaya lampu mi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Birahi Liar istri Setia   9) Kenyataan Janggal

    Entah berapa lama Bu Maria tenggelam dalam keadaan trans yang tak terkendali. Tubuhnya bergerak tanpa arah, dibimbing oleh naluri yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Sesekali tangan Gus Bokis memaju mundurkna kepalanya.Lalu tiba-tiba, sesuatu meledak dalam mulutnya juga dari dalam dirinya. Hangat, tajam, kental dan menggetarkan. Bagian bawahnya basah dan mulutnya pun penuh dengan cairan. Saat itu juga dia meraskan seolah seluruh isi jiwanya terlepas dan melayang, cairan itu pun tanpa tersisa masuk dalam kerongkongannya.Jiwanya semakin naik, tinggi, menuju langit ketujuh.Sesaat dunia terasa diam. Tak ada waktu, tak ada suara. Hanya euforia yang membungkusnya rapat, membuatnya lupa siapa dirinya, di mana ia berada, dan mengapa ini bisa terjadi. Bu Maria melepasakan benda dalam mulutnya, lidahnya menjilati sisa-sisa cairan di sudut-susdut bibirnya, seakan tak mau terlewatkan rasa nikmat itu walau setetes.“Kamu berhasil melakukannya, Bu,” ucap Gus Bokis, tanpa membuka matanya, wajahn

    Last Updated : 2025-04-16
  • Birahi Liar istri Setia   10) Rahasia Ibu Martua

    Langit mulai meremang. Jingga tua berbaur dengan awan kelabu, menumpahkan cahaya sendu ke sepanjang jalan berkelok yang mereka lalui. Motor yang dikendarai Kelvin melaju pelan, menembus jalanan sempit yang mulai sunyi. Di kiri-kanan, pepohonan pinus menjulang rapat, menyisakan bayangan panjang yang menari-nari di aspal berdebu.Suara mesin motor seperti satu-satunya bunyi yang tersisa, selain desir angin yang menggugurkan daun-daun kering.Kelvin menggenggam erat setang motornya. Pandangannya lurus ke depan, namun pikirannya berkecamuk. Bukan hanya karena mereka masih harus menempuh perjalanan lebih dari satu jam, tapi karena kehadiran Bu Maria yang duduk di belakangnya, terasa berbeda.Pelukan ibu mertuanya di pinggangnya tak sekadar erat. Namun seolah ingin mendekat lebih dari sekadar menumpang. Dada Kelvin menghangat, bukan karena nyaman, tapi karena bingung dan canggung. Ia tak bisa mengabaikan detak jantung Bu Maria dan dua gumpalan hangat dan kenyal empuk

    Last Updated : 2025-04-17
  • Birahi Liar istri Setia   11) Dunia Sempit - 1

    Malam turun perlahan, menyelimuti kota dengan lampu-lampu temaram dan udara yang mulai menggidikkan.Gilang baru saja selesai mengantar orderan sore itu saat aplikasi gojek-nya kembali berbunyi. Nama pemesan muncul: Radit. Lokasi penjemputan tidak jauh dari tempat Gilang biasa mangkal, dan tujuan yang tertera hanyalah sebuah titik bernama “Cafe Tujuh Langit”.Tak butuh waktu lama, Gilang sudah tiba di lokasi penjemputan. Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah letih dan sorot mata gelisah berdiri di tepi jalan, mengenakan jaket hitam dan masker. Gilang menghampiri sambil memastikan nama.“Mas Radit ya?”Pria itu mengangguk. “Iya, Bang. Cafe Tujuh Langit, ya.”Gilang mengangguk ramah, memberikan helm cadangannya. Setelah Radit naik ke jok belakang dan mengenakan helm, motor pun melaju membelah jalanan kota yang mulai basah karena gerimis tipis.Selama perjalanan, Radit lebih banyak diam. Gilang tak bertanya apa-apa, sudah terbiasa dengan penumpang tipe seperti ini. Tapi sesampain

    Last Updated : 2025-04-17
  • Birahi Liar istri Setia   12) Dunia Sempit - 2

    Malam yang berangin, Radit dan Irsad bertemu kembali di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota. Tempat itu sepi, hanya ada mereka berdua. Radit, dengan raut wajah yang tampak lebih tegang dari biasanya, duduk sambil menggulung lengan bajunya, lalu memandang Irsad yang tampak lebih tenang, meskipun jelas masih ada kebingungan di matanya.Radit menghela napas dalam, lalu berbicara dengan nada yang lebih serius. “Sad, gue udah nggak tahan lagi. Gue udah pikirin semua matang-matang. Gue butuh kepastian, lu udah mikirin apa yang gue omongin waktu itu?”Irsad tersenyum tipis, meski ada keraguan di wajahnya. “Gue masih belum yakin, Dit. Ini bukan hal kecil. Gue tahu lu lagi dalam situasi sulit, tapi permintaan lu... ini berat, Dit.”Radit menatapnya dengan mata penuh harap. "Gue serius, Sad. Gue udah ikhlas. Gue cinta Melia, tapi gue juga nggak bisa biarin keluarga gue terus-terusan menuduh dia yang salah. Gue cuma mau ini terjadi deng

    Last Updated : 2025-04-18
  • Birahi Liar istri Setia   13) Dunia Sempit - 3

    Pagi itu, aroma seduhan kopi dan roti panggang menyambut Radit saat ia melangkah ke meja makan. Melia sudah duduk di sana, menyiapkan sarapan seperti biasa, rutin, rapi, tanpa banyak bicara.Namun yang membuat Radit sedikit heran, istrinya masih mengenakan pakaian santai: kaos longgar dan celana training. Bukan setelan kantor seperti biasanya.Ia meneguk kopi, lalu melirik Melia yang sedang merapikan sendok.“Mel, kamu nggak kerja hari ini?” tanyanya pelan, mencoba terdengar biasa.Melia mengangguk sekali, tanpa menatap langsung. “Aku ambil cuti tiga hari.”Radit membeku sejenak, lalu mencoba tersenyum. “Lagi nggak enak badan?”Melia menarik napas pelan. “Enggak. Cuma pengin ke rumah Ibu aja. Nginep di sana beberapa malam.”Jantung Radit berdetak lebih cepat. Sekilas, kepalanya dipenuhi kemungkinan buruk—Melia pergi, dan tak kembali. Tapi ia mencoba menenangkan diri. Ini bukan saat

    Last Updated : 2025-04-18
  • Birahi Liar istri Setia   14) Dunia Sempit - 4

    Begitu sampai di rumah orang tuanya, Melia tak sanggup lagi menahan air mata. Dia bahkan belum sempat membuka sepatu saat tangisnya pecah. Bu Wiwi, ibunya, yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa gelas teh, sontak menjatuhkan gelas itu dan segera berlari memeluk putrinya."Ya Allah, Mel... kenapa lagi, Nak?"Suara Bu Wiwi bergetar. Dia tahu, sangat tahu, kalau anaknya datang dalam keadaan seperti ini, pasti ada luka yang sedang terbuka lagi, dan biasanya, luka itu bernama: Ibu Maria.Melia memeluk ibunya erat, seperti anak kecil yang baru saja dihajar dunia. Tangisnya tak bisa dihentikan. Bahunya terguncang, napasnya tersendat-sendat. Rasa lelah, sakit hati, dan kecewa tumpah ruah bersamaan."Aku capek, Bu... capek banget...""Sssttt... Ibu di sini, sayang. Udah, tenang ya, tenang..."Bu Wiwi mengusap punggung Melia pelan, mengajaknya duduk di sofa sambil tetap memeluknya. Matanya ikut basah, tapi dia mencoba tetap kuat untuk anaknya

    Last Updated : 2025-04-19
  • Birahi Liar istri Setia   15) Sunia Sempit - 5

    Pagi itu Radit terbangun seperti biasa. Matahari mengintip malu-malu dari balik tirai jendela, menyinari sudut kamar yang terasa lebih lengang dari biasanya. Ia mengerjapkan mata, duduk di tepi ranjang, lalu menghela napas pelan. Sunyi. Tak ada aroma kopi buatan Melia, tak ada suara langkah ringan di dapur, tak ada sapaan lembut yang biasanya menyambutnya dengan senyum mengantuk.Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Melia tak ada di rumah. Sudah beberapa kali istrinya itu mengambil cuti dan menginap di rumah orang tuanya. Kadang, giliran Radit yang bermalam di rumah orang tuanya sendiri. Mereka sudah terbiasa saling memberi ruang. Harusnya ini terasa biasa. Harusnya ia tak merasa aneh.Tapi pagi ini... lain. Ada yang janggal. Ada yang kosong, dan kekosongan itu tak sekadar tentang tempat tidur yang setengah terpakai.Radit menatap langit-langit sejenak, lalu menunduk, meremas jemarinya sendiri. Hatinya tak tenang. Ada bisikan lirih yang terus bergema: Melia tidak sedang berlibur. Ia

    Last Updated : 2025-04-19
  • Birahi Liar istri Setia   16) Dunia Sempit - 6

    Baru selesai mandi, Radit langsung melihat pesan masuk dari Irsad.[Bro, kayaknya gue gak bisa bantu. Gue ngerasa ini bisa jadi bumerang, bukan cuma buat rumah tangga gue, tapi juga buat rumah tangga lu.]Radit terpaku. Tangannya menggenggam ponsel tanpa tahu harus membalas apa.Satu-satunya harapan yang sempat ia simpan rapat-rapat kini runtuh begitu saja. Harapan agar Melia, istrinya, bisa segera mengandung—walau lewat jalan yang tak lazim. Ia sepenuhnya paham keputusan Irsad.Memang ide itu gila. Mungkin terlalu nekat.Dan bisa jadi, ini adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa keinginannya sudah kelewat batas. Bahwa ia tak seharusnya menjadikan istrinya hanya sebagai "wadah" untuk mencetak keturunan, dengan melibatkan pria lain demi sebuah garis dua.Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi.Radit membuka pintu dan langsung tertegun melihat siapa yang datang."Pak Yanto?" ucapnya setengah bingung.Di hadapannya berdiri pria bertubuh kekar, berkaos fit yang membentuk otot-otot lengan yang

    Last Updated : 2025-04-19

Latest chapter

  • Birahi Liar istri Setia   26) Arisan Mertua - 6

    Sore menjelang dengan langit yang dilapisi jingga lembut. Di teras rumah yang diteduhi pohon mangga tua, dua perempuan duduk menghadap taman kecil yang mulai merekah setelah disiram hujan semalam.Bu Maria mengenakan daster biru dengan motif bunga-bunga halus. Wajahnya tampak lebih segar dari bisanya. Senyumnya lebih ringan, dan tatapan matanya punya sorot yang sulit dijelaskan, seolah ada percikan kehidupan yang sudah makin menyala dalam dirinya.Bude Yati memperhatikan adik iparnya diam-diam, lalu menaruh cangkir tehnya sambil menghela napas kecil.“Kamu sekarang lain, Mar,” katanya pelan, “Langkahmu terlihat lebih enteng, suaramu juga nggak berat kayak biasanya.”Bu Maria tertawa kecil. Lirih, tapi hangat. “Bude bisa aja. Mungkin karena aku sudah mulai belajar menerima hidup seperti yang disarankan Gus Bokis.”“Dari Gus Bokis?” Bude Yati menaikkan alisnya sambil menyeringai nakal. “Atau... dari Kelvin?”Nama Kelvin disebut dengan nada menggoda, membuat Bu Maria mengangkat alis, lal

  • Birahi Liar istri Setia   25) Arisan Mertua - 5

    Kelvin sedikit membungkukkan tubuh, mensejajarkan selangkangannya dengan pantat mertuanya. Tangan kanannya memegangi batang rudal yang keras, sementara tangan kirinya menahan pantat Bu Maria dan menariknya.Setelah meyakini seluruh batangnya tembus pada lobang vagina, Kelvin segera mencengkram dua bongkahan pantat itu, lalu mendorong serta memajukan selangkangannya hingga rudalnya yang hitam dan mengkilat terlihat nyata keluar masuk lobang yang dirimbuni rambut-rambut halus menggelikan.Kelvin megap megap. Doggy style di depan cermin yang besar baru kali ini dia rasakan. Wajahnya berkali kali menunduk melihat keluar masuk batang kejantannya dalam vagina mertuanya. Sekali dia juga beradu pandang di balik cermin dengan wanita yang wajahnya mulai basah dengan bulir-bulir keringat.Kelvin menjilati jemari kirinya, lalu menekan dan mengusap-usapkan pada bibir anus Bu Maria. “Oooooh…” Bu Maria melenguh, angan dan fantasinya melayang di awang-awang b

  • Birahi Liar istri Setia   24) Arisan Mertua - 4

    Bu Maria menghentikan langkahnya, lalu tersenyum kecil."Ibu tahu, Vin," jawabnya lembut. "Itu yang membuatmu semakin menarik."Kelvin makin tercekat. Kata-kata Bu Maria seperti pisau tajam yang menusuk hatinya. Dia merasa terjebak dalam jebakan yang tak terlihat. Sebuah ruangan yang seolah menutup semua pintu keluar. Wangi aromaterapi semakin menusuk, melingkupi pikirannya yang sedikit kalut.Bu Maria mendekat hingga jarak mereka tak lebih dari satu lengan. Dia mengulurkan tangan, jemarinya nyaris menyentuh bahu menantunya. Tapi, tepat sebelum jemari itu benar-benar menyentuh, Kelvin berusha mundur selangkah."Tolong, Bu," katanya, dengan suara yang sedikit gemetar. "Saya nggak bisa."Seketika senyum Bu Maria berubah menjadi tawa kecil. "Oh, sayang... kamu jangan terlalu tegang, ibu hanya ingin bersenang-senang."Ucapan itu membuat dada Kelvin semakin sesak dan segalanya terasa lebih ringan."Ibu... cantik," kata Kelvin akhirnya, nya

  • Birahi Liar istri Setia   23) Arisan Mertua -3

    Usai arisan, rumah Bu Maria kembali tenang. Riuh ibu-ibu kompleks yang tadi memenuhi ruang tamu kini tinggal kenangan samar, tak ada yang tersisa, bahkan semua piring dan gelas pun sudah kembali rapi.Malam pun tiba.Di lantai bawah, suasana jauh lebih senyap. Arin, bersama Kenzi, bayinya dan Kelvin, suaminya, telah terlelap di kamar karena kelelahan. Awalnya Arin mau pulang namun Kelvin memintanya untuk menginap karena merasa kelelahan.Bu Maria duduk seorang diri di kamarnya. Kursi rotan tempatnya berayun pelan, seirama dengan waktu yang terasa malas. Tatapannya kosong menembus langit malam yang menghitam lewat jendela terbuka.Angin dari taman depan masuk perlahan, tapi tak cukup mengusir sepi yang menyelinap ke dada. Hening ini bukan ketenangan, tapi kehampaan yang menariknya tenggelam dalam pikiran sendiri.Sejak Kelvin datang tadi, ada sesuatu yang mengusik batinnya. Ia tak ingin mengaku, bahkan pada diri sendiri. Tapi semakin lama, perasaan

  • Birahi Liar istri Setia   22) Arisan Mertua -2

    "Bu Maria... aku tuh sampai sekarang masih suka mikir," ujar Bu Hilma sambil mengaduk tehnya perlahan. "Gimana bisa Melia… yang udah lima tahun nikah sama Radit… malah keduluan sama Arin? Padahal Arin itu baru juga lulus kuliah kemarin sore."Bu Maria tersenyum kaku. Ia sudah menduga arah pembicaraan ini. Bu Hilma memang selalu punya cara untuk menyelipkan topik-topik “berbobot” dalam balutan nada prihatin."Iya, saya juga bingung, Bu," jawab Bu Maria pelan, matanya memandangi taman dari balik jendela."Kadang tuh saya ngerasa… Melia itu keras kepala. Dibilangin susah. Hidupnya juga maunya serba sederhana. Katanya sih, biar nggak ngerepotin. Tapi kadang saya mikir, apa iya semua itu bener-bener karena prinsip? Atau jangan-jangan... memang dia nggak terlalu serius."Bu Hilma mengangguk, matanya tajam. "Padahal ya, kalau saya boleh kasih saran… ada loh, metode totok rahim atau akupuntur khusus. Di tempat saya itu, ban

  • Birahi Liar istri Setia   21) Arisan Mertua - 1

    Di depan laptopnya Radit masih tertegun merenungi nasib diri dan rumah tangganya. Hatinya merasa sangat kesal dengan Pak Yanto juga Reza yang seolah menilai Melia sebagai obyek pelampiasan. Radit merasa sudah saatnya melawan dan terbuka pada siapapun, termasuk ibunya. Namun tidak hari ini, karena di rumah orang tuanya sedang ramai oleh ibu-ibu arisan.Pagi ini rumah Pak Darma memang sedang sangat berbeda. Lebih hidup dari biasanya.Deretan mobil dan motor memenuhi halaman dan sisi jalan kecil kompleks perumahan. Suara-suara tawa dan obrolan ibu-ibu berbaur dengan denting sendok di gelas teh manis yang baru saja disuguhkan oleh para ibu-ibu anggota arisan lainnya.Ruangan tamu dipenuhi aroma parfum mahal dan kue-kue kering yang disusun rapi di atas piring saji. Beberapa ibu duduk membentuk lingkaran, dengan wajah cerah dan mata yang menyapu ke sana kemari, mencari topik hangat untuk dibahas."Bunda, makin cantik aja nih, setiap hari juga cantik sih, tapi kok sekarang beda banget""Iya

  • Birahi Liar istri Setia   20) Dunia Sempit - 10

    Ketika Nola baru memluai babak awal bersama Pak Yanto, Reza sudah duduk di kantin kantor. Suasana masih sepi, hanya ada suara sendok beradu pelan di dalam gelas. Radit datang terlambat lima menit, wajahnya lesu.Reza menyambutnya dengan senyum lebar. “Akhirnya datang juga. Duduk, Dit. Gue udah pesenin kopi favorit lu.”Radit duduk tanpa banyak bicara. Hanya anggukan kecil. Reza mencondongkan tubuh ke depan, matanya menyala penuh percaya diri.“Gue ada kabar gembira. Nola positif hamil, dua bulan.”Radit menoleh cepat. “Serius lu?”Reza mengangguk, ekspresinya seperti orang baru memenangkan lotre.“Alhamdulillah banget. Dan lu tahu? Itu terjadi setelah Nola rutin dipijat sama Pak Yanto.”Radit mengerutkan kening, wajahnya sedikit kaku, “Serius lu? Emang Nola suka dipijat sama Pak Yanto?”Reza tertawa kecil. “Iya. Waktu lu curhat soal susah punya anak. Gue sebenarn

  • Birahi Liar istri Setia   19) Dunia Sempit - 9

    Pak Yanto tersenyum puas melihat Nola orgasme dengan dahsyatnya. Ia membersihkan cairan yang menyemprot ke wajahnya dengan telapak tangan tuanya. Ia sedikit menjilat cairan yang terasa gurih itu. Pak Yanto lalu naik menindih tubuh lemas Nola. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher, telinga dan payudarra Nola.“Kalau udah ada janinnya, cairan kamu makin enak, Sayang,” bisik Pak Yanto.“Sedotan bapak juga makin kuat dan ajib,” balas Nola manja.Tak butuh waktu lama bagi Nola untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cumbuan Pak Yanto pada mulutnya. Tubuh Nola yang sudah berisi janian muda, benar-benar siap menerima sodokan batang jumbo dan kekar itu. Pak Yanto lalu merentangkan kedua kaki Nola yang kini tergeletak di atas lantai dapur beralaskan karpet kecil.Tangan Pak Yanto membimbing rudalnya memasuki vagina Nola yang makin deg-degan saat kepala rudalnya yang besar mencoba memasuki lubang sempitnya. Pak Yanto mencoba menguak vagi

  • Birahi Liar istri Setia   18) Dunia Sempit - 8

    Pagi itu, matahari baru saja naik pelan dari balik perbukitan. Udara sejuk masih menggantung di halaman rumah Reza yang rapi. Burung-burung berkicau riang, dan aroma kopi dari dapur perlahan memenuhi ruang keluarga.Reza muncul dari dalam rumah dengan kemeja biru tua yang disetrika rapi. Sepatunya mengkilap, rambutnya tersisir rapi. Nola menyusul dari belakang dengan senyum manis, mengenakan daster lembut berwarna pastel, rambut dikuncir santai, tapi riasan tipis di wajahnya yang terlihat segar.“Sayang, jangan lupa makan siang, ya. Nanti malam aku masakin ayam kecap kesukaanmu,” ucap Nola sambil membetulkan kerah baju suaminya.Reza tersenyum, mencium kening istrinya lembut. “Istri siapa sih ini? Udah cantik, perhatian, setia pula. Beruntung banget aku.”Nola tersipu, tangannya mencubit lengan Reza pelan. “Ih, Mas ini bisa aja. Hati-hati di jalan, ya…”Reza menuju mobilnya, sementara Nola berdiri di teras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status