Beranda / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / 519. Cahaya Itu Kembali Datang

Share

519. Cahaya Itu Kembali Datang

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-12 16:13:09

Putra Mahkota tiba di kediaman Pangeran Kedua setelah Pangeran Kedua berhasil menyimpan tongkat hitamnya di tempat yang lebih aman lagi. Pangeran Kedua langsung menyambutnya dengan hangat.

“Kenapa kau datang ke tempatku?” tanya Pangeran Kedua berpura-pura heran.

“Apa benar selama ini kau bekerjasama dengan Panglima Indra?” tegas Putra Mahkota.

“Aku memang dekat dengannya, itu kulakukan untuk memastikan apakah dia benar-benar setia pada ayah, karena ayah begitu saja memaafkannya setelah dia melakukan kesalahan di saat bertarung dengan Bimantara dahulu,” jawab Pangeran Kedua berbohong padanya.

“Jujurlah padaku,” desak Putra Mahkota. “Jika kau berkhianat pada kerajaan ini karena ambisimu, kau akan menyesal nantinya.”

“Apa yang membuat Kakak menuduhku seperti itu? Bagaimana mungkin aku berkhianat pada kerajaan ini? Aku bagian dari keluarga ini! Dan aku setia pada ayah dan ibu!” bela Pangeran Kedua.

“Jangan-jangan kaulah yang mencuri tongkat hitam milik Bimantara itu!” ucap Putra Mahkota y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   520. Utusan Itu Datang

    Raja Abinawa tampak lega saat mendengar laporan dari Pejabat Istana bahwa utusan dari Nusantara sudah tiba di pelabuhan.“Sambut kedatangan mereka dan kirimkan kereta kencana untuk membawa mereka ke istana,” pinta Raja pada mereka.Pejabat istana itu pun langsung bergegas menunaikan perintah Sang Raja. Sang Raja sudah tidak sabar lagi untuk menyambut kedatangan utusan dari Nusantara itu. Dia segera ingin tahu sosok Candaka Uddhiharta yang sudah terdengar di telinganya itu.Sementara itu, Sang Ratu datang menemui Putri Kidung Putih di kediamannya. Dia datang dengan lega dan bercampur khawatir.“Aku dengar utusan dari Nusantara itu sudah datang, anakku,” ucap Sang Ratu pada Sang Putri.Sang Putri terkejut mendengarnya.“Kalau begitu, sebentar lagi Bimantara bisa dikeluarkan dari dalam penjara,” ucap Sang Putri dengan lega.“Tapi ibu khawatir jika bukan Bimantara yang dimaksud utusan dari Nusantara itu,” ucap Sang Ratu.“Tapi aku yakin, Bu. Aku yakin Bimantara adalah Chandaka Uddhiharta.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   521. Kereta Kencana

    Kereta kencana itu melaju ditarik kuda-kuda terbaik istana. Para pengawal dari kerajaan Warih dan dari pasukan Raja Dawuh mengiringinya. Hewan dan binatang buas masih mengikuti mereka di kiri, kanan dan belakang mereka. Panglima Adhihra duduk di sebelah Raja Dawuh. Raja itu sendiri yang memintanya. Dia ingin Panglimanya yang paling setia itu berada di dekatnya, agar jika terjadi sesuatu yang buruk, Panglima itu bisa dengan sigap melindunginya.“Apakah binatang-binatang buas itu utusan dari Raja Abinawa, Yang Mulia?” tanya Panglima Adhira di dalam kereta kencana itu dengan heran pada Raja Dawuh.“Aku rasa bukan,” jawab Raja Dawuh.Panglima Adhira heran.“Jikan bukan, siapakah yang mengirim mereka untuk menemani perjalanan kita ke istana kerajaan Warih? Apakah Yang Mulia sendiri yang mengutus mereka dengan sebuah ajian?” Panglima Adhira sangat penasaran.“Aku rasa Bimantara yang mengirimnya kemari,” jawab Raja Dawuh.Panglima Adhira terbelalak mendengarnya.“Bimantara?”“Ya, hanya dia y

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   522. Pendekar-Pendekar Perempuan

    Sebagian pasukan itu pun memacukan kudanya dengan kencang. Dua harimau dan dua serigala berlari mengikuti mereka dari belakang. Saat mereka tiba di kawasan jalan yang sudah dinanti oleh para pendekar perempuan asuhan Amita, tiba-tiba anak-anak panah meluncur dari atas pohon, semak-semak dan balik bebatuan. Sebagian prajurit tertusuk anak panah itu lalu terjatuh dari kudanya. Sebagiannya lagi menghindar lalu kembali menyerang mereka dengan anak panah.Harimau-harimau dan dua serigala itu tampak berlarian ke arah semak-semak. Mereka menerkam para pendekar perempuan itu hingga sebagian para pendekar itu berlarian lalu dikejar binatang buas itu. Sementara pasukan kerajaan Warih yang lain tampak bergelimpangan terkena anak panah, tak ada satupun yang tersisa.Panglima Adhira menunggu di dekat kereta kencana Raja Dawuh.“Ada apa di luar sana?” tanya Raja Dawuh heran.“Harimau itu sepertinya memberi petunjuk bahwa ada bahaya di hadapan sana,” jawab Panglima Adhira.“Bahaya? Bukankah di neger

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   523. Bahaya Mengancam

    Andini datang menemui Amita di tempat persembunyian yang tak jauh dari pasukan Raja Dawuh yang sedang berhenti di jalanan menuju istana. “Pasukan kita banyak yang mati,” ucap Andini. “Sekarang tinggal tersisa sedikit, mereka tengah bertarung dengan para prajurit istana dan hewan buas yang mengikutinya.” Amita terbelalak mendengar itu. “Hewan buas?” “Benar, Guruku,” jawab Amita. Amita geram mendengarnya. Dia pun memejamkan mata lalu bergumam. Sesaat kemudian dia menggerak-gerakkan tangannya. Seketika mengarahkan tangannya ke arah pasukan Raja Dawuh. Seketika hewan-hewan buas yang semula melindungi Raja Dawuh berlarian menjauhi mereka. Hewan buas itu telah terkena mantra dari Amita. Raja Dawuh dan Panglima Adhira heran. “Kenapa para binatang buas itu pergi meninggalkan kita?” tanya Raja Dawuh dengan heran. “Mungkin mereka datang untuk memberitahukan ada bahaya saja, Yang Mulia,” jawab Panglima Adhira. Raja Dawuh tampak bingung. “Apa sebaiknya kita mundur saja lalu kembali ke pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   524. Jalan Buntu

    “Kau tak perlu membebaskannya!” teriak Raja Abinawa pada Putra Mahkota. “Dia pasti ingin berlari karena dia tahu bahwa dia bukan Chandaka Uddhiharta!”Putra Mahkota pun urung membuka ikatan rantai di kaki dan tangan Bimantara. Dia berdiri lalu berjalan mendekat ke Raja Abinawa.“Dia ingin menyelamatkan utusan dari Nusantara itu, Ayah. Dia tahu ada pengkhianat yang mencoba membunuh utusan itu,” ucap Putra Mahkota.“Pengawal! Bawa Putra Mahkota keluar dari sini!” teriak Raja Abinawa yang tidak mau mendengarkan penjelasan dari Putra Mahkota.Para pengawal itupun membawa paksa Putra Mahkota keluar dari penjara bawah tanah itu. Putra Mahkota pun pasrah. Saat pengawal sudah membawa Putra Mahkota pergi dari sana, Raja Abinawa berjalan mendekat ke Bimantara dengan sorot mata geramnya.“Sejak kehadiranmu di istana ini, banyak sekali masalah yang harus saya hadapi!” teriak Raja Abinawa. “Tunggu saja! Aku pasti akan membunuhmu jika kau tidak terbukti seperti yang dikatakan putriku padaku.”Raja

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   525. Melesat ke Atas Langit

    Pertarungan antara Amita bersama pasukannya melawan Panglima Adhira bersama para prajuritnya dibantu prajurit kerajaan Warih berlangsung dengan sengit. Satu persatu prajurit dari kerajaan Warih dan prajurit yang dibawa Panglima Adhira dari Nusantara tumbang. Pelindung kereta kencana kini tersisa satu barisan saja. Panglima Adhira mulai terdesak. Rupanya Amita dan para pendekar perempuannya benar-benar sakti, bukan lawan yang diragukan.Saat Panglima Adhira mulai terdesak, akhirnya Pendekar Burung Merpati datang bersama Pendekar Bunga Teratai. Mereka terbang dari langit lalu mendarat di dekat kereta kencana.Raja Dawuh tampak terkejut melihat mereka. Pendekar Burung Merpati yang langsung mengetahui bahwa di dalam kereta kencana itu adalah utusan dari Nusantara, dia langsung menghadap ke Raja Dawuh.“Kami datang diutus Yang Mulia Raja Abinawa untuk membantu Tuan,” ucap Pendekar Burung Merpati.“Terima kasih dan tolong bantu Panglimaku menghadapi mereka,” pinta Raja Dawuh.“Baik, Tuanku,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   526. Ajian Para Penyihir

    Pangeran Kedua yang hendak keluar dari kediamannya tampak terkejut melihat Bimantara terbang melesat ke atas langit dari atap penjara bawah tanah. “Dia telah berhasil meloloskan diri! Aku harus segera menyelamatkan tongkat hitam itu!” Pangeran Kedua pun kembali memasuki kediamannya. Dia mengambil tongkat hitam itu dari tempat persembunyiannya. Saat sudah menemukannya, dia bergegas membungkusnya lalu membawanya pergi dengan kuda lalu keluar dari dalam istana melalui pintu rahasia yang diketahuinya. “Aku harus pergi ke atas gunung itu! Aku harus menancapkan tongkat hitam ini agar Bubungkala keluar dari dalam gunung itu dan tunduk padaku! Aku harus menjadi Raja di negeri ini!” ucap Pangeran Kedua yang kini sedang memacukan kudanya dengan kencang menembus hutan sambil membawa tongkat hitam itu. *** Sementara itu, Raja Abinawa terbelalak ketika mendapatkan laporan dari prajurit bahwa Bimantara berhasil meloloskan diri dari dalam penjara. Dia mengirimkan prajuritnya yang lain untuk mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   527. Dibalik Hukum Gantung Itu

    Amita terbelalak melihat kehadiran Bimantara.“Rupanya kau cahaya itu?!” ucap Amita dengan sorot mata penuh amarahnya. “Kau pikir aku takut denganmu?!”“Bangunkan semua yang telah kau bacakan mantra tidur itu! Dan pergilah dari sini! Bawa pasukanmu! Sebelum aku melakukan hal yang tidak Nenek pikirkan sebelumnya!” ancam Bimantara, mengabaikan Raja Dawuh yang masih berada di dalam kereta kencana.Amita semakin geram mendengarnya.“Kau pikir aku diam saja melihat kedua cucuku yang sekarang tengah dikurung Yang Mulia Raja?! Setelah Raja kejam itu membunuh kedua orang tuanya, kini dia malah ingin menghukum mati kedua cucu kesayangku!” teriak Amita tidak menerima.“Kedua anakmu mati karena mereka bersalah! Bukan karena kekejaman Yang Mulia Raja!” tegas Bimantara.“Mereka dihukum gantung tanpa salah!” bela Amita.“Mereka berkhianat pada Sang Raja. Namun karena nama baik mereka, Yang Mulia Raja tidak mengumumkan kesalahan mereka dan hukuman gantung itupun tidak disaksikan oleh banyak orang!”

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15

Bab terbaru

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   582. ENDING : Pertemuan di Nusantara

    Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   581. Perang Besar Terakhir 8

    Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.“Sekarang aku bisa mati dengan tenang,” ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.“Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu!” isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.“Kita sudah berhasil Bimantara,” ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.“Tapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,” ucap Bimantara menyayangkannya. “Dan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.”“Aku yakin mereka akan tenang di nirwana kar

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   580. Perang Besar Terakhir 7

    “Aku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,” ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.“Cahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,” protes Pendekar Dua Alam.“Dahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,” ujar Bimantara.“Tapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,” protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.“Jika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!” tambah Raja Dawuh.“Jangan paksa aku!” teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.“Jangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!” protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   579. Perang Besar Terakhir 6

    “Jangan menangis,” pinta Ki Walang.“Aku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,” isak Bimantara. “Dunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.”“Apakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?” ucap Ki Walang sedikit marah. “Dahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.”Bimantara terdiam mendengar itu.“Hal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!” teriak Ki Walang.“Ap

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   578. Perang Besar Terakhir 5

    Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.“Kita harus membantunya,” pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.“Aku tahu kau seorang raja,” sahut Tanaka. “Tapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.”“Tapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,” ucap Raja Dawuh semakin khawatir.“Percaya saja,” pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   577. Perang Besar Terakhir 4

    Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.“Sekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,” pinta Bahari.Bimantara mengangguk.“Semuanya segera bersiap!” pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   576. Perang Besar Terakhir 3

    Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.“Berpencarlah kalian semuanya,” pinta Putra Mahkota Iblis. “Hancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!”“Tapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,” protes salah satu dari mereka. “Kita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!”“Diriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!” teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.“Baiklah,” jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   575. Perang Besar Terakhir 2

    “Biar aku saja yang menghadapinya,” ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.“Kalian serang prajurit mereka!” perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   574. Perang Besar Terakhir 1

    Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.“Apakah dia Bubungkala?” tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.“Benar, Tuanku,” jawab Makhluk hitam itu. “Dia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.”Pendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.“Sekarang keluarkan batu dari neraka it

DMCA.com Protection Status