“Ayo keluarkan sekali lagi kesaktianmu!” teriak Pendekar Tersembunyi.Bimantara mencoba bangkit. Dia kembali berkonsentrasi agar naluri ilmunya keluar. Dia mencoba berkonsentrasi untuk mendengarkan gerakan Pendekar Tersembunyi. Mungkin dengan cara itulah dia mengetahui keberadaannya disaat pendekar itu masih menggunakan jurus menghilangnya.Pangeran Padama menutup matanya. Dia menggunakan ajian untuk dapat melihat Pendekar Tersembunyi dalam menggunakan jurus menghilangnya. Saat Pangeran Terbuang itu membuka mata, dia melihat Pendekar Tersembunyi sedang mencabut pedangnya dan bersiap untuk menusuk perut Bimantara untuk membunuhnya.“Bagus,” gumam Pangeran Padama. “Kau harus membunuhnya.”Bimantara pun masih awas. Dia mencoba mendengarkan suara kaki Pendekar Tersembunyi, namun riuh penonton membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. Putra Mahkota yang menyadari itu akhirnya berteriak.“Diam semuanya! Aku ingin menonton mereka dengan tenang! Tolong jangan ada yang bicara!” teriak Putra Mahkot
Pangeran Padama sudah tidak sabar melihat Bimantara mati di pertarungan itu. Dia tampak tersenyum kecut ketika melihat Pendekar Tersembunyi tengah berlari ke arah Bimantara yang tengah berlutut sambil memegangi telinganya karena kesakitan medengar bunyian yang dibunyikan Pendekar itu. Pedang di tangan Pendekar Tersembunyi sudah siap menebas leher Bimantara. Seketika Bimantara mendengar suara langkah kaki yang sedang menujunya. Tak lama kemudian dia berteriak. Teriakannya mengeluarkan gelombang yang keras hingga Pendekar Tersembunyi terpental ke belakang dan terjatuh di atas tanah. Pedang dan alat bunyiannya lepas dari tangannya. Tiba-tiba dia dapat dilihat oleh penonton. Penonton terkejut melihat Pendekar itu ternyata tengah terkapar tak berdaya. Bimantara berdiri dengan tenang di atas panggung dengan tongkatnya. Dia menatap Pendekar Tersembunyi dengan lekat. Dia sendiri heran, dari mana Pendekar Tersembunyi tahu akan kelemahannya itu. “Pasti ada yang mengetahuinya bahwa aku telah h
Bimantara tampak awas dan kembali berkonsentrasi. Dia mencari-cari keberadaan Pendekar Tersembunyi. Seketika cahaya petir itu datang lalu menyambar tubuh Bimantara dengan kuat. Bimantara yang belum tahu keberadaan pendekar itu tampak terpelanting jauh. Tubuhnya terhempas ke atas tanah di luar panggung.Putri Kidung Putih yang melihatnya tampak panik.“Bimantara...”Sementara itu, Bimantara mencoba bangkit di saat tubuhnya terasa lemah. Saat kilatan cahaya itu kembali hendak menyerangnya, Bimantara langsung mengangkat tongkat hitamnya hingga tongkat itu mampu menangkal kilatan cahaya itu.Semua penonton tampak lega melihatnya. Kini Bimantara sudah bisa bangkit sempurna. Seketika bayangannya melihat sosok Pendekar Tersembunyi yang berada cukup jauh dari arah dapannya. Pendekar itu tengah berubah wujud menjadi kilatan cahaya.Saat sudah mengetehaui keberadaan Pendekar itu, Bimantara langsung berteriak. Seketika dia melompat ke atas. Kaki cahaya naganya berkilat-kilat. Tak lama kemudian d
Seketika mata Bimantara menyala. Putri Kidung Putih yang berada di dekatnya tampak terkejut.“Bimantara?” teriak Sang Putri.Setelah itu Bimantara duduk. Wajahnya seperti tidak sadar akan semuanya. Seketika luka di punggungnya menyemput lalu tak lama kemudian bekas tusukan pedang itu tampak sembuh seketika. Para Tabib tercengan melihatnya.“Lukanya sembuh sendiri!” teriak Tabib.Ya, beruntung tusukan pedang itu tidak mengenai jantungnya. Bimantara masih bisa mengeluarkan tenaga dalamnya. Energi cahaya dirinya yang dulu menyatu dengan energi cahaya bangsa peri dari dahayu telah membuat tenaga dalamnya sempurna hingga bisa menyembuhkan sekejap luka-luka di tubuhnya.Bimantara berdiri lalu terbang melesat secepat kilat. Putri Kidung Putih tampak terkejut.“Bimantara!!!”Dia bingung Bimantara hendak kemana. Sementara itu Sang Raja yang melihatnya juga heran. Para penonton yang masih berada di sana juga penasaran kenapa Bimantara bisa hidup lagi.Sementara itu, Pendekar Tersembunyi berlari
Bimantara dan Putri Kidung Putih tengah berlutut di hadapan Sang Raja dan Ratu di kediamannya. Sang Raja berdiri lalu berjalan mendekat menuju Bimantara. Langkahnya terhenti tepat di hadapannya. Bimantara masih tetap menunduk, tidak mau menatap wajah Sang Raja.“Aku tidak tahu siapa sesungguhnya dirimu,” ucap Sang Raja pada Bimantara. “Tapi aku percaya kau manusia baik dan berbudi. Aku percaya kau pantas untuk anak perempuanku.”Bimantara terdiam mendengar itu. Sementara Putri Kidung Putih tampak lega dan senang mendengarnya.“Aku dan Istriku merestui hubungan kalian,” ucap Sang Raja. “Dan sesuai janjiku, aku akan mengangkatmu menjadi Panglima Tertinggi di kerajaanku, menggantikan Panglima Indra yang sudah mencoba untuk berkhianat padaku!”Bimantara masih terdiam mendengar itu. Sang Putri tampak bahagia mendengarnya. Impiannya telah tercapai untuk memiliki Bimantara.“Sekali lagi aku tanyakan,” ucap Sang Raja, “Sebelum aku mengadakan upacara pengangkatan Panglima dan menikahkan kalian
Tetes-tetes air dari langit-langit penjara bawah tanah itu terdengar jelas di telinga Panglima Indra. Dia sedang berada di penjara bawah tanah yang begitu gelap. Dia tidak bisa melihat apapun di sekitarnya.“Apa aku hanya sendirian di tempat ini?” teriak Panglima Indra. Sewaktu Para Pendekar terbaik mengangkapnya tadi, dia mendapatkan totokan dari mereka hingga tidak sadarkan diri.“Ada aku di dekatmu,” jawab Pendekar Bunga Teratai yang suaranya terdengar jelas di telinganya.“Apakah Pendekar Tersembunyi juga diikat dan di kurung di sini?” tanya Panglima Indra penasaran dengan lemah.“Aku juga berada satu ruangan dengan kalian!” teriak Pendekar Tersembunyi.Panglima Indra menatap ke arah suara Pendekar Tersembunyi yang didengarnya dengan geram.“Apa benar kau telah berkhianat pada Yang Mulia Raja?!” teriak Panglima Indra.Pendekar Tersembunyi tertawa.“Kau tidak berhak lagi bertanya begitu padaku!” jawab Pendekar Tersembunyi. “Kau sudah bukan lagi Panglima kami! Kau sudah digantikan d
Bimantara pun terkejut saat mendengar sebuah lonceng ditabuhkan berkali-kali di luar kediamannya. Dia menoleh pada prajurit penjaganya.“Lonceng pertanda apa yang dibunyikan itu?” tanya Bimantara penasaran.“Ampun, Tuanku. Itu pertanda ada yang hendak dihukum gantung. Itu lonceng panggilan untuk bersama-sama menyaksikan hukuman gantung itu,” jawab Prajurit Penjaganya.Bimantara pun bergegas keluar mengajak prajurit penjaganya menuju tempat eksekusi hukuman gantung itu. Dia terkejut saat tiba di lapangan luas di wilayah istana. Dia melihat Pendekar Tersembunyi sedang berada di tempat eksekusi. Tali yang hendak menggantungnya sudah telilit di lehernya. Penduduk istana tampak sudah berkerumun melihatnya.Raja Tala berdiri di dekatnya sambil berdiri.“Inilah hukumannya bagi siapapun yang berkhianat padaku!” tegas Sang Raja.Sang Raja pun menoleh pada para pejabat istana. Pejabat istana itu langsung menarik tali di tangannya. Kini Pendekar Tersembunyi tampak menggerak-gerakkan tubuhnya tak
Pangeran Padama sedang memperhatikan Gavin dan Gala yang sedang diajari ilmu bela diri oleh para Tetua. Merekalah harapan Pangeran Padama untuk bisa menyusup ke istana dan diam-diam merebut tongkat hitam milik Bimantara. Para Tetua itu telah mengajarkan ilmu pada mereka dari sebuah kitab yang bisa menundukkan benda-benda pusaka untuk beralih Tuan. Dengan menggunakan ilmu dari kitab itu, Gavin dan Gala suatu hari nanti akan mampu mendapatkan benda pusaka milik siapapun dan benda pusaka itu akan tunduk pada mereka. Sesaat kemudian, seorang pendekar datang membawa sebuah surat. Dia memberikannya pada Pangeran Padama. Pangeran itu tersenyum ketika melihat surat pengumuman dari Panglima Tertinggi di kerajaan yang sedang mencari calon prajurit baru dan membutuhkan 1000 prajurit tambahan untuk dilatih dan diangkat menjadi Prajurit setia istana. Pangeran Padama pun menatap Gavin dan Gala. “Inilah kesempatannya. Mereka berdua harus menjadi mata-mataku di istana. Mereka berdua harus menjadi p