Semua penonton tampak menunggu apa yang akan dilakukan Bimantara untuk menyelamatkan diri dari pasir yang hampir menenggelamkannya itu. Saat pasir itu hampir saja menelannya hingga bagian leher, mata Bimantara tiba-tiba menyala. Lalu cahaya itu mengaliri tubuhnya. Bimantara berteriak sekuat tenaga hingga akhirnya cahaya itu menyala terang lalu menghempas pasir yang menelannya hingga berhampuran mengotori panggung. Bimantara selamat dari pasir yang menelan itu. Dia berdiri dengan tongkatnya. Cahanya itu seketika padam di tubuhnya. Kini dahinya dibanjiri keringat. Napasnya memburu. Pendekar Pasir Putih tampak muncul terkulai lemas di atas panggung. Dia masih bernapas namun dia tak dapat lagi menggerakkan tubuhnya saking lemasnya.Pendekar Pasir Putih perlahan mengangkat tangannya. Pertanda dia tak sanggup lagi melawan Bimantara. Lonceng kemenangan Bimantara pun bergema. Semua penonton yang mendukung Bimantara tampak bertepuk tangan. Putri Kidung Putih tampak lega dan tersenyum haru meli
Pendekar Teratai Putih tak mau kalah. Dia kesal karena dua jurus andalannya telah berhasil dikalahkan Bimantara. Kini Teratai Putih langsung menyerang Bimantara dengan jurus-jurus bela dirinya. Bimantara pun mencoba menahannya. Berkali-kali Pendekar Perempuan itu hendak menyerang pukulan dan tendangannya, Bimantara selalu berhasil menahannya.Kali ini Bimantara hendak mengarahkan tendangannya pada Pendekar Perempuan itu, namun karena tidak tega melihat dia seorang perempuan, Bimantara urung melakukannya hingga kesempatan itu digunakan Pendekar itu untuk melancarkan aksi tendangannya. Bimantara terdorong ke belakang terkena tendangan Pendekar Putih itu. Lalu saat Bimantara mencoba bertahan agar tubuhnya tetap tegak karena dorongan itu, Pendekar Perempuan itu langsung meniupkan satu jarum bambu hingga berhasil mengenai lengan Bimantara.“Aaaakh!” Bimantara tampak kesakitan karenanya.Putri Kidung Putri tampak langsung berdiri dengan paniknya. Penonton yang mendukungnya tampak ternganga
Pendekar Bunga Teratai pun akhirnya melompat dari atas kepala Bimantara. Kini dia mengeluarkan tenaga dalamnya hingga membentuk bulatan cahaya di tangannya. Pendekar itu menyerang Bimantara dengan bulatan cahaya itu untuk memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu. Namun berkali-kali serangan itu dilakukan, bulatan cahaya itu tak mampu menembus dinding pembatas tak terlihat itu.Panglima Indra masih tak percaya melihatnya. Dia menatap Pendekar Tersembunyi dengan rasa penasarannya.“Kenapa kau menyangka dia menggunakan pelindung dinding pembatas tak terlihat dari kekuatan Dewa?” tanya Panglima Indra penasaran.“Aku pernah mendengarnya dari pedagang yang datang dari Nusantara,” jawab Pendekar Tersembunyi. “Dia pernah berkata padaku bahwa ada Pendekar hebat di Nusantara yang dianugerahi para Dewa yang memiliki dinding pembatas tak terlihat itu.”Panglima Indra terbelalak tak percaya mendengarnya.“Tidak mungkin pendekar itu Bimantara,” ucap Panglima Indra tak percaya.“Aku juga tak per
Bimantara membuka matanya. Racun-racun di dalam tubuhnya telah keluar sempurna. Akhirnya dia meraih Pedang Perak Cahaya Merahnya kemudian dinding pembatas tak terlihat itu tampak menghilang. Dia berdiri dengan kaki satunya sambil menghadap Pendekar Bunga Teratai dan bersiap mengeluarkan jurusnya.“Ayo lawan aku!” tantang Bimantara.Riuh penonton semakin terdengar. Putri Kidung Putih tampak lega melihat lelaki yang sangat dicintainya itu sudah bersiap melawan Pendekar Bunga Teratai kembali. Sementara Panglima Indra tampak menunjukkan wajah kesal dan masamnya. Dia sangat berharap Pendekar Bunga Teratai kembali melumpuhkannya.“Maju, Pendekar!” teriak Panglima Indra pada Pendekar Teratai Putih.Pendekar Bunga Teratai pun tampak semangat. Dia langsung melompat dan menyerang Bimantara dengan jurus pukulannya. Seketika Bimantara mengayunkan Pedang Perak Cahaya merahnya ke arah Pendekar Perempuan itu. Mereka kini tampak bertarung kian sengit.Kali ini Pendekar Bunga Teratai kembali melesatka
Sementara masih menunggu pertarungan selanjutnya dimulai, Panglima indra menyepi bersama kelima pendekar terbaiknya. Dia menatap dua wajah pendekar yang kalah melawan Bimantara dengan heran. Pendekar Pasir Putih dan Bunga Teratai tampak menunduk dengan malu dan menyimpan dendam pada Bimantara. Sementara Pendekar Tersembunyi, Pendekar Gunung Nun dan Pendekar Merpati tampak diam. Mereka masih memikirkan apa kelemahan Pemuda Pincang itu.“Kenapa kalian berdua bisa kalah oleh anak ingusan itu?” tanya Panglima Indra dengan geram.“Aku sendiri tidak menyangka kalau pemuda pincang itu bisa sehebat itu,” ujar Pendekar Pasir Putih.Panglima Indra geram mendengar jawabannya.“Yang Mulia Raja dan para Pejabat Istana bisa saja menurunkanmu dari penjaga garis pantai kerajaan kita karena kau kalah dengan pemuda pincang itu! Masyarakat pasti tidak akan percaya padamu lagi untuk bisa menjaga kedaulatan negeri ini karena penjaga garis pantainya saja kalah dalam bertarung, bagaimana dia bisa menjaga ne
Dua prajurit itu berlari mencari Pangeran Kedua sambil membawa tongkat hitam milik Bimantara. Mereka mencari-cari keberadaan Pangeran Kedua.“Pangeran! Pangeran!” teriak dua prajurit itu memanggil Tuannya.Tak lama kemudian Pangeran Kedua yang menunggu di sana tampak datang dengan lega.“Kalian berhasil?” tanya Pangeran Kedua tak percaya.“Kami berhasil Yang Mulia,” ucap Prajurit itu langsung menyerahkan tongkat hitam milik Bimantara itu padanya.Pangeran Kedua pun meraih tongkat hitam itu dan menatapnya dengan lekat.“Kekuatan Pemuda Pincang itu ada di tongkat ini,” ucap Pangeran Kedua dengan senyum liciknya. “Pertarungan selanjutnya dia tak akan menang melawan ketiga pendekar dan Panglima Indra.”Dua Prajurit turut senang mendengarnya.“Ikut aku! Kita harus sembunyikan tongkat hitam ini. Jangan sampai Bimantara dan Putri tahu,” pinta Pangeran Kedua.“Baik, Yang Mulia,” ucap kedua prajurit itu secara bersamaan.Mereka pun pergi dari sana untuk menyembunyikan tongkat itu.Sementara it
Bimantara langsung terbang dan menyerang Pendekar Burung Merpati dengan menggunakan jurus kaki seribunya. Namun dengan cepat Pendekar Burung Merpati menghilang dari hadapannya, lalu dia tampak seperti mengepak dan dengan cepat berpindah-pindah tempat. Bimantara tampak berkonsentrasi untuk mencari keberadaan Pendekar itu, dan saat dia lengah, Pendekar Burung Merpati berhasil menendang perut Bimantara hingga dia tersungkur ke atas panggung. Kaki cahayanya menghilang tiba-tiba.Putri Kidung Putih tampak panik melihatnya. Pendekar Burung Merpati mendarat ke atas panggung dengan wajah penuh kemenangannya. Sementara Bimantara berusaha bangkit dengan kaki satunya.Para penonton tampak tenang. Pangeran Kedua tampak tersenyum licik. Usahanya menyembunyikan tongkat hitam milik Bimantara telah berhasil. Dia yakin, sekali serangan lagi, Pemuda Pincang itu akan tumbang. Pikirnya.Panglima Indra tampak senang melihat Bimantara terkena serangan Pendekar terbaiknya. Dia menatap Kedua Pendekar yang te
“Berdililah dan lawan aku!” teriak Pendekar Burung Merpati tampak menantangnya.Mendengar itu Bimantara berusaha bangkit kembali. Kali ini dia berhasil bangkit meski kakinya terasa sangat sakit dan darah bekas tertancapnya sayap burung dari serangan Pendekar Burung Merpati masih tampak mengucur.“Aku tak akan kalah,” ucap Bimantara semangat penuhnya.Seketika naluri penerawangannya muncul. Dia melihat tongkat hitamnya sedang berada di sebuah ruangan bawah tanah dan tengah diperebutkan oleh sekumpulan Ninja dan Prajurit Istana. Di sana dia melihat ada Pangeran Kedua yang membantu prajurti itu mempertahankan tongkat hitam itu.“Apa Pangeran Kedua yang mencuri tongkatku?” tanya Bimantara dalam hatinya.Tak lama kemudian, tangannya mengarah ke suatu tempat. Seketika dia melihat dalam bayangannya bahwa tongkat hitamnya itu melesat menjauhi para petarung yang sedang bertarung memperebutkannya. Para petarung itu tampak tak percaya melihat tongkatnya melesat meninggalkan mereka. Tak lama kemu