“Nanti biar Bu Inah saja yang bikin teh manis, kamu ikut duduk sama kami, ya!” ajak Alysa.
“Suka nggak pas gulanya, jadi biar aku yang bikin saja,” balas Maha. “Mbak Alysa mau aku buatkan teh manis?”
Alysa menggelengkan kepalanya. “Tadi Mbak sudah minum kopi hitam, Maha. Kamu saja ya yang buat, nanti ikut duduk sama Mbak dan Mas Zayn ya.”
“Iya, Mbak.” Maha langsung bergegas menuju dapur, kedua sudut matanya sudah berair, dia tidak mau kalau Alysa sampai melihatnya menangis.
“Maha kenapa lemas begitu, ya, Mas?” celetuk Alysa. “Mas, kamu semalam sudah bikin Maha lelah luar biasa, ya?” godanya.
Zayn menghela napas pendek. “Kamu nggak cemburu bertanya seperti itu?”
“Lho kok Mas malah tanya begitu? Kan Maha istrimu juga, jadi kenapa aku harus cemburu? Pertanyaaanmu sama kayak umma.”
“Sayang, semalam Mas gelisah karena kamu tida
Maha tersenyum lirih. “Maha hanya merasa asing, Bu. Maha tidak tahu harus melangkah ke arah mana, jalan di hadapan Maha seperti buntu, dan Maha selalu takut salah langkah.”“Apa yang kamu takutkan?” tanya Nia.“Pernikahan ini. Pernikahan yang awalnya tidak ada cinta, pernikahan yang dijodohkan. Apa bisa untuk Maha menjalaninya? Apa bisa Maha tinggal satu atap dengan Mbak Alysa? Apa nanti tidak ada rasa cemburu di hati kami berdua? Bagaimana pun Maha dan Mbak Alysa itu tetap seorang wanita, wanita yang hatinya mudah rapuh, dan juga cemburunya wanita itu unik, Maha hanya takut hubungan Maha dengan Mbak Alysa jadi berbeda,” balas Maha.“Niat kalian menikah kan karena ibadah, Insya Allah pernikahan kalian akan Allah jaga. Rumah tangga kamu akan tenang dan juga sakinah menyertai langkah kalian bertiga,” tukas Nia. “Nak, hidup ini hanya sementara karena tempat tinggal kita selamanya di akhirat, ja
Aku adalah ranting yang rapuh, kelak akan patah, dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkanku.***"Ada apa? Kok melamun?" tanya Alysa. Dia langsung duduk menemani Maha yang sedang duduk di balkon."Sedang menikmati udara pagi di balkon saja, Mbak," balas Maha tersenyum. Dia masih belum menahan keterkejutannya karena Zayn tidak ada di sisinya tadi saat dia terbangun."Semalam pasti kamu terkejut ya karena Mas Zayn tidak ada di sampingmu," ucap Alysa. "Maafkan Mbak ya, Maha. Mbak nggak menyuruh Mas Zayn ke kamar, dia hanya belum terbiasa dan selalu bilang takut Mbak terluka, padahal Mbak tidak cemburu sama sekali karena kamu memang wanita yang Mbak pilihkan untuknya.""Tidak masalah, Mbak. Aku juga paham pasti masih terasa asing bagi Mas Zayn. Aku juga memakluminya, bagi Mas Zayn ini aku masih terasa sebagai orang lain, wanita yang tak pernah dia bayangkan bisa masuk ke kehidupan rumah tangganya. Justru aku masih merasa bersalah karena lanc
***"Aku pikir kamu tidak akan menikah lagi," ucap Hasan."Aku juga berpikir seperti itu, ternyata takdir berkata lain," balas Zayn."Wanita itu, apa Alysa ikhlas memberi restu? Aku terkejut mendengar kamu menikahi wanita lain karena aku tahu dulu Alysa bahkan menolak wanita yang akan jadi adik madunya. Kenapa bisa hati Alysa berubah?""Justru Alysa lah yang bersemangat, dia hanya ridho kalau aku menikah dengan Maha, wanita yang memang sengaja dia pilihkan," balas Zayn."Nama istri keduamu itu Maha ternyata, dan aku merasa nama itu tidak asing," ucap Hasan."Aku dan Alysa memang sudah mengenal baik Maha. Maha itu anaknya Bu Nia," balas Zayn."Apa? Anaknya Bibi Nia? Maharani Permaisuru?" Hasan terkejut.Zayn mengangguk. "Untuk itu Alysa sangat menyetujuinya karena dia dan Maha sangat dekat. Bahkan, Alysa terlalu sayang dengan Maha. Dia sampai sakit saat tahu Maha resign dan ingin pindah rumah.”"Maha itu kerja di ba
“Jadi, waktu kecil dulu aku itu berharga bagi Mas Zayn?” Maha bertanya dengan polosnya.“Sepertinya begitu karena ocehan kamu terngiang terus, dan dulu aku anggap kamu adalah adik yang menggemaskan, dan ternyata takdir berkata lain... aku tidak menyangka bahwa takdir membawamu padaku, dan menjadikanmu sebagai istri kedua,” balas Zayn. “Semoga kamu tidak terbebani, ya...”“Aku juga tak menyangka jika pria dewasa yang dulu sangat aku kagumi ternyata menjadi suamiku. Rasanya masih terasa seperti mimpi karena saat ini aku bisa sedekat ini berbicara denganmu, Mas. Bahkan dulu aku tak berani menatapmu karena aku tak mau perasaan itu tumbuh lagi.”Zayn terkejut, dia langsung menatap Maha yang sedang menatap langit dengan senyuman. “Kamu sudah lama menyukaiku?”Maha mengangguk. “Bahkan pria idealku adalah selalu berkiblat sama kamu, Mas.”“Sejak kapan kamu menyukaiku?”
***“Bagaimana? Ini cantik?” tanya Maha malu-malu. Dia memakai khimar dan gamis berwarna pink muda yang semalam Zayn belikan untuknya, dan membuat dirinya terlihat lebih anggun.“Masya Allah, Maha! Kamu sangat cantik memakai gamis seperti ini. Terlihat anggun dan juga pastinya kecantikanmu terjaga dengan sempurna,” balas Alysa. “Mas, bagaimana? Cantik kan adik satu ini dengan pakaian syar’i-nya?”Zayn mengangguk, dan menatap istri keduanya itu dengan lembut. “Iya, sangat cantik dan alhamdulillah kamu mau menutup aurat dengan sempurna seperti ini, semoga Allah permudah jalan hijrahmu, shalihah.”“Istri siapa dulu dong yang cantiknya itu jadi rebutan para santrinya abi,” tukas Alysa. “Alhamdulillah ya, bidadari jelita ini menikah dengan pria pilihan yang Insya Allah memberi rasa tenang.”Maha malu-malu karena Alysa dan Zayn memujinya. Seb
“Jika memang begitu dan kelak aku meminta menetap di atap yang berbeda. Apa Mas Zayn akan mengizinkannya?”“Alasannya apa? Alysa juga tidak memperlakukanmu dengan buruk, dia pasti senang kalau kamu mau ikut tinggal bersama kami.”Maha terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa karena tidak sanggup bicara dengan jujur pada Zayn. ‘Aku hanya takut jika nanti kita bertiga satu atap, Mas Zayn pasti tidak akan datang ke kamarku, dan jika Mas datang ke kamarku pun setelah aku menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku ingin sekali kamu tidur terlelap di sisiku sampai kita terbangun. Apa Mas bisa tetap di sisiku sampai kedua mata ini terbangun?’ batinnya dalam hati.***“Kamu mau mengenalkan madumu sama kami? Kamu itu hatinya gimana sih?” tanya Anisa.“Hatiku kenapa?” Alysa bertanya balik.Anisa menghela napas panjang. “Kamu kan dulu nggak mau nih kalau nikah itu ada a
“Aku menyukainya karena Allah. Aku menganggumi sosok Mas Zayn yang ilmunya bisa membuat imanku tak pernah lemah. Kehadiran Mbak Alysa pun membuat perjalanan spritualku ini terasa menajkubkan,” balas Maha.“Aku hanya ingin bilang padamu tentang rasa cemburu seorang wanita. Jika wanita sedang cemburu, maka hilang lah akal sehatnya. Jadi, kamu harus bisa menjaga hati Alysa, dan jangan banyak menuntut Zayn untuk terus berada di sisimu. Istri pertama lah yang paling berhak diprioritaskan, dan meski nanti kamu melahirkan anak-anaknya Zayn, kamu harus tahu batasanmu seperti apa. Kamu bukan satu-satunya wanita, dan kamu jangan melupakan kebaikan Alysa padamu. Jika mungkin kelak Alysa sedang cemburu, aku sarankan kamu untuk mengalah. Jangan memercikan api di tengah kecemburuan Alysa.”Maha tersenyum. “Iya, Mbak. Aku selalu sadar posisiku ini, dan aku pun tahu jika aku bukan prioritas utama bagi Mas Zayn. Aku juga tidak akan membuat Mbak Alysa terluka karena kehadiranku.”Anisa mengangguk. “Alh
***“Assalamualaikum... ““Walaikumussalam... “Maha terkejut melihat Intan yang sudah berada di rumah ibunya. “Intan!” serunya terkejut.Intan hanya mengulas senyum singkat dan wanita itu langsung menatap Zayn dan juga Alysa yang ikut bersama Maha.“Ya Allah, anak-anak Ibu sudah pulang!” timpal Nia, wanita paruh baya itu sumringah karena melihat anak dan menantunya ke rumah.Maha langsung memeluk Nia. “Kangen sekali sama Ibu,” lirihnya.“Ibu juga, Nak. Alhamdulillah ya Ibu bisa peluk kamu lagi,” balas Nia terharu.“Bu, bagaimana keadaannya?” tanya Zayn. Pria itu langsung mengecup punggung tangan mertuanya dengan sopan.“Alhamdulillah, Nak. Ibu selalu sehat,” balas Nia.“Ibu... Alysa kangen banget sama Ibu,” ucap Alysa. Wanita itu pun memeluk Nia erat.“Terima kasih, Nak. Kamu selalu jagain Maha.”Alysa tersenyum. “Alysa pasti jagain Maha, Bu. Kan Maha adiknya Alysa.”“Ehem... “ Intan sengaja berdehem agar mereka tidak melupakan keberadaannya.“Ya Allah... Ibu sampai lupa kalau ada In
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar