***“Assalamualaikum... ““Walaikumussalam... “Maha terkejut melihat Intan yang sudah berada di rumah ibunya. “Intan!” serunya terkejut.Intan hanya mengulas senyum singkat dan wanita itu langsung menatap Zayn dan juga Alysa yang ikut bersama Maha.“Ya Allah, anak-anak Ibu sudah pulang!” timpal Nia, wanita paruh baya itu sumringah karena melihat anak dan menantunya ke rumah.Maha langsung memeluk Nia. “Kangen sekali sama Ibu,” lirihnya.“Ibu juga, Nak. Alhamdulillah ya Ibu bisa peluk kamu lagi,” balas Nia terharu.“Bu, bagaimana keadaannya?” tanya Zayn. Pria itu langsung mengecup punggung tangan mertuanya dengan sopan.“Alhamdulillah, Nak. Ibu selalu sehat,” balas Nia.“Ibu... Alysa kangen banget sama Ibu,” ucap Alysa. Wanita itu pun memeluk Nia erat.“Terima kasih, Nak. Kamu selalu jagain Maha.”Alysa tersenyum. “Alysa pasti jagain Maha, Bu. Kan Maha adiknya Alysa.”“Ehem... “ Intan sengaja berdehem agar mereka tidak melupakan keberadaannya.“Ya Allah... Ibu sampai lupa kalau ada In
“Itu adalah salah satu alasannya,” balas Maha.“Selamat! Akhirnya kamu saat ini sedang mematahkan sayapmu! Kamu takkan lagi bisa terbang dengan bebas karena kamu sudah terjebak dalam luka yang kamu ciptakan sendiri.”Maha tersenyum. “Aku takkan pernah lelah meminta pada Allah untuk menguatkan hati dan meluaskan sabar ini.”Setelah Intan pamit, Maha langsung datang ke kamar Nia. Wanita paruh baya itu masih sibuk dengan jahitannya.“Ibu sakit ya kemarin?” tanya Maha.“Nggak, Nak. Ibu hanya capek saja,” balas Nia. “Bagaimana negara Turki? Apa indah? Turki itu bukankah negara impianmu? Ibu senang karena satu per satu mimpimu akan terwujud.”Maha mengangguk. “Iya, Bu. Turki negara yang sangat indah, tapi Maha tidak menikmati keindahan itu secara sempurna.”“Kenapa?” tanya Nia. “Apakah Alysa dan Zayn tidak memperlakukanmu dengan baik?&rdquo
Jika kubisa hentikan waktu, aku akan meminta waktu untuk mundur. Aku akan berlari menujunya dan mengungkapkan semuanya, namun waktu hanya berjalan ke depan, ia tidak akan pernah mau menoleh ke belakang. Apakah ini sebuah penyesalan?***“Maha, kamu kenapa ada di sini?” tanya Raka, dia terkejut melihat wanita itu berada di rumah Zayn.“R-Raka!” pekik Maha terkejut.“Kamu... ““Maha!” Alysa langsung menghampiri keduanya, dan wanita itu tersenyum karena Maha datang lebih awal. “Kenapa nggak bilang sama Mbak sih? Kalau tahu kamu mau pulang, tadi Mbak minta Mas Zayn untuk jemput kamu di rumah ibu,” tambahnya.“Nggak apa-apa, Mbak. Aku tahu kalau Mas Zayn pasti masih sibuk,” balas Maha tersenyum.“Kalian berdua saling kenal?” tanya Raka.Alysa tersenyum. “Iya. Kamu kenal sama Maha?”Raka mengangguk. “Ya, aku kenal sam
“Umma, ini ada kue dari ibu. Ibu membuatnya khusus untuk Umma,” ucap Maha.“Simpan saja di sana,” balas Sarah dengan dingin. Wanita paruh baya itu masih belum bisa menerima kehadiran Maha di rumah tangga anaknya.“Umma mau mencicipinya?” tawar Maha dengan suara yang lembut.“Eh, Bi Inah sini,” panggil Sarah. Alih-alih menjawab tawaran Maha, wanita paruh baya itu malah memanggil asisten rumah tangganya itu.“Iya, Nyai. Ada yang perlu Bibi kerjakan?” tanya Inah.“Itu kue buat kamu, makan ya bagikan sama yang lainnya juga,” balas Sarah.“Ini kan kue kesukaaan Nyai? Nyai mau memberikan semuanya?” tanya Inah.“Lidah saya nggak cocok, buat kamu saja,” balas Sarah dengan dingin.“Baik, Nyai. Nanti Bibi bagikan ke yang lainnya,” ucap Inah. “Matur nuhun, Nyai,” tambahnya.Maha hanya bisa membisu saat kue buatan
Maha hanya terdiam. Dia cenderung tak berbicara apa-apa. Semua mata orang-orang terasa seperti pisau belati yang menikamnya. Maha tahu kalau mereka pasti berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Tentang seseorang yang mau saja dijadikan yang kedua.Maha memang sudah menyiapkan hatinya, pasti esok dan seterusnya dia akan dipandang sebelah mata seperti ini. Jadi, dia hanya meminta pada Sang Pencipta agar hatinya sekuat baja. Maha hanya menunduk melihat ponselnya, dia membaca pesan dari Intan yang saat ini sedang berada di rumah ibunya. Ada perasaan bersalah di hati Maha karena ibunya malam ini mendadak tidak enak badan, harusnya dia ada di samping Nia. Tapi, apa daya saat ini dirinya sudah menjadi seorang istri dan yang berhak atas dirinya itu adalah suaminya.Di sisi lain, ada pria lain yang menatap Maha dengan tatapan muram. Pria itu tidak lain adalah Raka. Hatinya tidak terima dan wanita itu kenapa harus memilih jadi yang kedua? Kenapa Maha harus mengorbankan hidupnya?
Maha tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia memang takjub dengan kamar yang Alysa sediakan untuknya. Kamar ini mungkin kamar termewah yang perah dia tempati. Selama ini, dia dan ibunya memang tidak pernah merasakan kemewahan. Bahkan pernah dia dan Nia tidur beralaskan lantai yang dingin dan keras. Dia dan Nia memang mengalami hidup yang sangat sulit, terlalu banyak air mata dan luka yang keduanya rasakan.Maha pun tak kuasa menahan air matanya, mengingat luka itu, mengingat dia dan ibunya menderita membuat hati Maha perih. Luka yang membuatnya perih adalah bagaimana dia belum mampu membahagiakan ibunya sampai detik ini.“Ibu, maafkan Maha,” ucapnya. Air matanya pun turun sangat deras.Pintu diketuk, dan saat Maha ingin menghapus air mata itu, seseorang telah berdiri di daun pintu sambil menatapnya dengan perasaan campur aduk.Zayn mematung mendapati Maha yang kedua matanya sembab. Kedua mata mereka bertemu dan Zayn bisa merasakan tatapan itu ada
***Maha tertegun dengan pertanyaan suaminya. Dia tidak tahu kenapa Zayn bertanya seperti itu padanya. Apa Raka mengatakan pada Zayn kalau dia dan Raka adalah teman di masa lalu?“Aku dan Raka memang kenal, Mas. Kami dulu sama-sama sekolah di SMA yang sama, dan juga dulu kami sempat dekat juga, tapi hubungan kami dekat sebatas teman saja, dan tidak ada hubungan khusus,” balas Maha menjelaskan. Lalu dia melihat Zayn yang masih memasang wajah datar. Dengan hati-hati Maha bertanya lagi, “Ada apa, Mas? Apa Raka sudah mengatakannya sama Mas kalau kami dulu saling kenal?”Zayn menggelengkan kepalanya. “Raka nggak pernah bilang apa-apa tentang kamu. Mas hanya bertanya saja karena Alysa yang minta. Dia bilang sikap Raka terasa berbeda saat melihatmu.”“Oh, mungkin Raka terkejut karena akulah wanita kedua yang hadir di rumah tanggamu, Mas. Dia juga mungkin bertanya-tanya, kenapa aku ikhlas jadi yang kedua. Kami sudah sanga
***“Selamat pagi, Maha. Bagaimana tidurnya? Nyenyak?” sapa Alysa dengan senyum yang lembut.Maha merasa bersalah karena selepas sholat subuh tadi, dia merasa lelah luar biasa dan tanpa sadar dia tidur. Kepalanya sangat berat karena memang malam, Zayn membuatnya tidak bisa tidur dengan baik. Bahkan tubuhnya sekarang sangat remuk memikirkan suaminya itu meminta lebih dari satu kali.Maha hanya tersenyum malu, dia merasa tidak enak karena Alysa yang menyiapkan segalanya.“Namanya juga pengantin baru, wajar kalau merasa lelah,” goda Alysa. “Kenapa hanya berdiri di sana? Sini, duduk bareng, Mbak sudah buatin makanan kesukaan kamu. Ada ayam rendang lho."Maha tertegun, dia tidak menyangka kalau Alysa bisa bicara setenang itu padanya. Kenapa tidak ada rasa cemburu di hati wanita sebaik itu?“Mau Mbak tarik kamu biar kamu nggak berdiri di sana terus?”Maha pun tersadar. Dia menggelengkan kepalanya da
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar