Maha tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia memang takjub dengan kamar yang Alysa sediakan untuknya. Kamar ini mungkin kamar termewah yang perah dia tempati. Selama ini, dia dan ibunya memang tidak pernah merasakan kemewahan. Bahkan pernah dia dan Nia tidur beralaskan lantai yang dingin dan keras. Dia dan Nia memang mengalami hidup yang sangat sulit, terlalu banyak air mata dan luka yang keduanya rasakan.
Maha pun tak kuasa menahan air matanya, mengingat luka itu, mengingat dia dan ibunya menderita membuat hati Maha perih. Luka yang membuatnya perih adalah bagaimana dia belum mampu membahagiakan ibunya sampai detik ini.
“Ibu, maafkan Maha,” ucapnya. Air matanya pun turun sangat deras.
Pintu diketuk, dan saat Maha ingin menghapus air mata itu, seseorang telah berdiri di daun pintu sambil menatapnya dengan perasaan campur aduk.
Zayn mematung mendapati Maha yang kedua matanya sembab. Kedua mata mereka bertemu dan Zayn bisa merasakan tatapan itu ada
***Maha tertegun dengan pertanyaan suaminya. Dia tidak tahu kenapa Zayn bertanya seperti itu padanya. Apa Raka mengatakan pada Zayn kalau dia dan Raka adalah teman di masa lalu?“Aku dan Raka memang kenal, Mas. Kami dulu sama-sama sekolah di SMA yang sama, dan juga dulu kami sempat dekat juga, tapi hubungan kami dekat sebatas teman saja, dan tidak ada hubungan khusus,” balas Maha menjelaskan. Lalu dia melihat Zayn yang masih memasang wajah datar. Dengan hati-hati Maha bertanya lagi, “Ada apa, Mas? Apa Raka sudah mengatakannya sama Mas kalau kami dulu saling kenal?”Zayn menggelengkan kepalanya. “Raka nggak pernah bilang apa-apa tentang kamu. Mas hanya bertanya saja karena Alysa yang minta. Dia bilang sikap Raka terasa berbeda saat melihatmu.”“Oh, mungkin Raka terkejut karena akulah wanita kedua yang hadir di rumah tanggamu, Mas. Dia juga mungkin bertanya-tanya, kenapa aku ikhlas jadi yang kedua. Kami sudah sanga
***“Selamat pagi, Maha. Bagaimana tidurnya? Nyenyak?” sapa Alysa dengan senyum yang lembut.Maha merasa bersalah karena selepas sholat subuh tadi, dia merasa lelah luar biasa dan tanpa sadar dia tidur. Kepalanya sangat berat karena memang malam, Zayn membuatnya tidak bisa tidur dengan baik. Bahkan tubuhnya sekarang sangat remuk memikirkan suaminya itu meminta lebih dari satu kali.Maha hanya tersenyum malu, dia merasa tidak enak karena Alysa yang menyiapkan segalanya.“Namanya juga pengantin baru, wajar kalau merasa lelah,” goda Alysa. “Kenapa hanya berdiri di sana? Sini, duduk bareng, Mbak sudah buatin makanan kesukaan kamu. Ada ayam rendang lho."Maha tertegun, dia tidak menyangka kalau Alysa bisa bicara setenang itu padanya. Kenapa tidak ada rasa cemburu di hati wanita sebaik itu?“Mau Mbak tarik kamu biar kamu nggak berdiri di sana terus?”Maha pun tersadar. Dia menggelengkan kepalanya da
***Maha dan Alysa tertegun saat mereka mendapati Anna berada di sana, dan Maha melihat wajah ibunya muram. Dia menyadari bahwa kedatangan Anna pasti ada alasan, dari dulu Anna tidak pernah datang ke rumahnya.“Umma! Ucap Alysa terkejut. “Umma ada apa datang ke sini?” tanyanya.“Apa Umma tidak boleh datang ke sini? Ini masih rumah kamu, kan?” tanya Anna.Alysa tertegun sejenak, dia merasa tidak enak mendengar Anna mengatakan hal seperti itu. Dia tersenyum, dan meraih tangan Anna. “Umma mau pulang, kan? Ayo, kita bareng! Sekalian ke pondok karena ada acara juga.”Sebelum Anna bisa menjawab, Alysa menghampiri Nia dan mengecup punggung tangan wanita itu, “Bu, Alysa nggak lama ya, mau ke pondok sama umma.”Nia tersenyum dan mengangguk. Dia masih belum sanggup berbicara karena ucapan Anna padanya tadi.“Maha, nanti Mbak chat lagi, ya! Mbak pergi dulu, Assalamualaikum... &
***“Mas Zayn mau bicara apa?” tanya Maha. Dia mencoba menenangkan hatinya agar tidak bicara apa yang terjadi tadi. Maha tidak ingin membuat posisi Zayn serba salah, apalagi kalau ini masalah berkaitan dengan Nyai Sarah.Baru saja Zayn mau berbicara, terdengar suara gelas jatuh ke lantai dari kamar Nia membuat dia dan Maha langsung melihat ke arah kamar Nia.Maha dan Zayn saling menatap, dan keduanya tanpa banyak bicara langsung berlari ke arah Nia.“Bu, ada apa?” tanya Maha. Dia mencoba membuka pintu kamar, tapi pintu kamar terkunci.“Bu, ada apa? Tolong bukain pintunya, Maha di sini ada Mas Zayn juga,” ucap Maha sekali lagi dengan panik.Tidak ada jawaban dari balik pintu dan itu membuat Maha semakin khawatir, dia melihat Zayn dengan berurai air mata, “Mas, bagaimana? Apa pintu didobrak saja? Ibu... “ Wanita itu sangat khawatir.Zayn berusaha tenang, dia mengetuk pintu kamar. “Bu
***FLASHBACK...Maha menunggu Nia datang, setelah Nia datang, dia langsung menghampiri Nia dan membawa tas bawaannya."Ibu habis belanja?” tanya Maha.“Iya, Nak. Besok Ibu mau jualan banyak karena sekolah ramai sekali ada orang tua murid,” balas Nia. “Sudah makan malam?”“Sudah, Bu. Maha sudah angetin makanannya, Ibu makan dulu biar belanjaannya Maha rapikan,” balas Maha. “Kalau mau, besok Maha bantuin jualan, ya! Ibu pasti kerepotan.”“Besok pagi pulanglah ke rumahmu, Nak. Sekarang kamu nggak sendirian, ada suami kamu. Kamu kan pengantin baru, masa tinggal sama Ibu terus.”“Maha sudah minta izin sama Mas Zayn dan Mbak Alysa. Jadi, tidak masalah.”“Nak, jangan sering ke rumah Ibu untuk menginap, ya! Nggak enak sama Nak Zayn dan Nak Alysa. Mereka itu orang-orang yang sangat baik, pasti nggak akan melarang kamu kalau kamu mau min
***Alysa terkejut saat Zayn memberitahukan kalau suaminya itu semalam berada di rumah sakit karena Nia tidak sadarkan diri dan tanpa pikir panjang, dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit dan melupakan kalau Sarah masih ada di rumahnya.Kurang lebih dua puluh lima menit, Alysa sudah sampai ke rumah sakit dimana Nia dirawat dan dia akhirnya menemukan Zayn yang wajahnya sudah kusut.“Assalamualailkum, Mas... “ Alysa langsung menghampiri Zayn dan mencium telapak tangan suaminya itu.“Walaikumussalam, Sayang,” balas Zayn dengan suara serak.Alysa mengernyitkan keningnya melihat wajah Zayn yang kelelahan. “Mas lebih baik pulang untuk istirahat. Di rumah sakit biar aku saja, ya!”Zayn tersenyum, “Mas minta maaf ya, Sayang. Mas dari kemarin sore nggak ngecek ponsel sama sekali. Maha sangat terpukul, jadi Mas... “ pria itu berhenti sejenak, dia sampai lupa kalau Alysa adalah istri
*** Maha tersenyum dengan tulus membalas tatapan suaminya itu. “Tidak apa-apa, Mas. Tadi Umma hanya menanyakan kabar ibu saja,” balasnya. Lalu, Maha melepaskan tangan Zayn yang melingkar di lengannya.“Mas, aku mau menemui dokter dulu, ya! Soalnya ibu katanya mau pulang saja dan nggak mau di sini,” ucap Maha.Zayn termenenung melihat bagaimana tangan Maha menolak sentuhan darinya. Dia dengar dengan jelas tadi kalau Maha menangis dan dia tahu kalau Sarah lah yang menghubungi istrinya itu, namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk dia mendesak Maha memberitahukan segalanya. Akhirnya Zayn tidak memaksanya.“Mas sudah bilang sama Dr. Ken yang bertanggung jawab atas perawatan ibu, dan nanti Dr. Rayhan akan datang ke kamar untuk memeriksa kondisi ibu. Sekarang kamu ikut sama Mas untuk makan, ya! Mas tahu dari sore kemarin kamu belum makan.”Maha menggelengkan kepalanya. “Aku nggak lapar, Mas. Nanti saja, ibu juga kasi
***Raka hanya tersenyum kecut saat Roy bertanya seperti itu. Dia mengusap wajahnya. Pria itu tidak tidur dari kemarin malam. Dia merasa berantakan saat tahu kalau wanita pujaannya sudah menikah dengan pria yang sangat dia kenal.“Apa aku memang datang terlambat, ya?” gumam Raka.Roy semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Raka. Sahabat yang dia kenal saat masa kanak-kanak itu sekarang tampak berbeda. Raka saat ini seperti patung hidup dan tidak ada jejak semangat di kedua matanya.Roy baru melihat Raka sekacau ini dan dia tidak tahu kenapa Raka sampai muram dan tak tertarik dengan dunia luar akhir-akhir ini. Sungguh hal menyedihkan apa yang membuat Raka sampai bisa hampir segila ini.“Ada apa, Raka? Apa kamu ada masalah? Jika kamu mau, kamu bisa mengatakannya padaku. Aku ini teman masa kecilmu, katakan saja. Apapun aku pasti akan mendengarnya,” ucap Roy.Raka hanya tersenyum kecut, dia mengacak rambutnya. &l
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar