“Umma, ini ada kue dari ibu. Ibu membuatnya khusus untuk Umma,” ucap Maha.
“Simpan saja di sana,” balas Sarah dengan dingin. Wanita paruh baya itu masih belum bisa menerima kehadiran Maha di rumah tangga anaknya.
“Umma mau mencicipinya?” tawar Maha dengan suara yang lembut.
“Eh, Bi Inah sini,” panggil Sarah. Alih-alih menjawab tawaran Maha, wanita paruh baya itu malah memanggil asisten rumah tangganya itu.
“Iya, Nyai. Ada yang perlu Bibi kerjakan?” tanya Inah.
“Itu kue buat kamu, makan ya bagikan sama yang lainnya juga,” balas Sarah.
“Ini kan kue kesukaaan Nyai? Nyai mau memberikan semuanya?” tanya Inah.
“Lidah saya nggak cocok, buat kamu saja,” balas Sarah dengan dingin.
“Baik, Nyai. Nanti Bibi bagikan ke yang lainnya,” ucap Inah. “Matur nuhun, Nyai,” tambahnya.
Maha hanya bisa membisu saat kue buatan
Maha hanya terdiam. Dia cenderung tak berbicara apa-apa. Semua mata orang-orang terasa seperti pisau belati yang menikamnya. Maha tahu kalau mereka pasti berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Tentang seseorang yang mau saja dijadikan yang kedua.Maha memang sudah menyiapkan hatinya, pasti esok dan seterusnya dia akan dipandang sebelah mata seperti ini. Jadi, dia hanya meminta pada Sang Pencipta agar hatinya sekuat baja. Maha hanya menunduk melihat ponselnya, dia membaca pesan dari Intan yang saat ini sedang berada di rumah ibunya. Ada perasaan bersalah di hati Maha karena ibunya malam ini mendadak tidak enak badan, harusnya dia ada di samping Nia. Tapi, apa daya saat ini dirinya sudah menjadi seorang istri dan yang berhak atas dirinya itu adalah suaminya.Di sisi lain, ada pria lain yang menatap Maha dengan tatapan muram. Pria itu tidak lain adalah Raka. Hatinya tidak terima dan wanita itu kenapa harus memilih jadi yang kedua? Kenapa Maha harus mengorbankan hidupnya?
Maha tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia memang takjub dengan kamar yang Alysa sediakan untuknya. Kamar ini mungkin kamar termewah yang perah dia tempati. Selama ini, dia dan ibunya memang tidak pernah merasakan kemewahan. Bahkan pernah dia dan Nia tidur beralaskan lantai yang dingin dan keras. Dia dan Nia memang mengalami hidup yang sangat sulit, terlalu banyak air mata dan luka yang keduanya rasakan.Maha pun tak kuasa menahan air matanya, mengingat luka itu, mengingat dia dan ibunya menderita membuat hati Maha perih. Luka yang membuatnya perih adalah bagaimana dia belum mampu membahagiakan ibunya sampai detik ini.“Ibu, maafkan Maha,” ucapnya. Air matanya pun turun sangat deras.Pintu diketuk, dan saat Maha ingin menghapus air mata itu, seseorang telah berdiri di daun pintu sambil menatapnya dengan perasaan campur aduk.Zayn mematung mendapati Maha yang kedua matanya sembab. Kedua mata mereka bertemu dan Zayn bisa merasakan tatapan itu ada
***Maha tertegun dengan pertanyaan suaminya. Dia tidak tahu kenapa Zayn bertanya seperti itu padanya. Apa Raka mengatakan pada Zayn kalau dia dan Raka adalah teman di masa lalu?“Aku dan Raka memang kenal, Mas. Kami dulu sama-sama sekolah di SMA yang sama, dan juga dulu kami sempat dekat juga, tapi hubungan kami dekat sebatas teman saja, dan tidak ada hubungan khusus,” balas Maha menjelaskan. Lalu dia melihat Zayn yang masih memasang wajah datar. Dengan hati-hati Maha bertanya lagi, “Ada apa, Mas? Apa Raka sudah mengatakannya sama Mas kalau kami dulu saling kenal?”Zayn menggelengkan kepalanya. “Raka nggak pernah bilang apa-apa tentang kamu. Mas hanya bertanya saja karena Alysa yang minta. Dia bilang sikap Raka terasa berbeda saat melihatmu.”“Oh, mungkin Raka terkejut karena akulah wanita kedua yang hadir di rumah tanggamu, Mas. Dia juga mungkin bertanya-tanya, kenapa aku ikhlas jadi yang kedua. Kami sudah sanga
***“Selamat pagi, Maha. Bagaimana tidurnya? Nyenyak?” sapa Alysa dengan senyum yang lembut.Maha merasa bersalah karena selepas sholat subuh tadi, dia merasa lelah luar biasa dan tanpa sadar dia tidur. Kepalanya sangat berat karena memang malam, Zayn membuatnya tidak bisa tidur dengan baik. Bahkan tubuhnya sekarang sangat remuk memikirkan suaminya itu meminta lebih dari satu kali.Maha hanya tersenyum malu, dia merasa tidak enak karena Alysa yang menyiapkan segalanya.“Namanya juga pengantin baru, wajar kalau merasa lelah,” goda Alysa. “Kenapa hanya berdiri di sana? Sini, duduk bareng, Mbak sudah buatin makanan kesukaan kamu. Ada ayam rendang lho."Maha tertegun, dia tidak menyangka kalau Alysa bisa bicara setenang itu padanya. Kenapa tidak ada rasa cemburu di hati wanita sebaik itu?“Mau Mbak tarik kamu biar kamu nggak berdiri di sana terus?”Maha pun tersadar. Dia menggelengkan kepalanya da
***Maha dan Alysa tertegun saat mereka mendapati Anna berada di sana, dan Maha melihat wajah ibunya muram. Dia menyadari bahwa kedatangan Anna pasti ada alasan, dari dulu Anna tidak pernah datang ke rumahnya.“Umma! Ucap Alysa terkejut. “Umma ada apa datang ke sini?” tanyanya.“Apa Umma tidak boleh datang ke sini? Ini masih rumah kamu, kan?” tanya Anna.Alysa tertegun sejenak, dia merasa tidak enak mendengar Anna mengatakan hal seperti itu. Dia tersenyum, dan meraih tangan Anna. “Umma mau pulang, kan? Ayo, kita bareng! Sekalian ke pondok karena ada acara juga.”Sebelum Anna bisa menjawab, Alysa menghampiri Nia dan mengecup punggung tangan wanita itu, “Bu, Alysa nggak lama ya, mau ke pondok sama umma.”Nia tersenyum dan mengangguk. Dia masih belum sanggup berbicara karena ucapan Anna padanya tadi.“Maha, nanti Mbak chat lagi, ya! Mbak pergi dulu, Assalamualaikum... &
***“Mas Zayn mau bicara apa?” tanya Maha. Dia mencoba menenangkan hatinya agar tidak bicara apa yang terjadi tadi. Maha tidak ingin membuat posisi Zayn serba salah, apalagi kalau ini masalah berkaitan dengan Nyai Sarah.Baru saja Zayn mau berbicara, terdengar suara gelas jatuh ke lantai dari kamar Nia membuat dia dan Maha langsung melihat ke arah kamar Nia.Maha dan Zayn saling menatap, dan keduanya tanpa banyak bicara langsung berlari ke arah Nia.“Bu, ada apa?” tanya Maha. Dia mencoba membuka pintu kamar, tapi pintu kamar terkunci.“Bu, ada apa? Tolong bukain pintunya, Maha di sini ada Mas Zayn juga,” ucap Maha sekali lagi dengan panik.Tidak ada jawaban dari balik pintu dan itu membuat Maha semakin khawatir, dia melihat Zayn dengan berurai air mata, “Mas, bagaimana? Apa pintu didobrak saja? Ibu... “ Wanita itu sangat khawatir.Zayn berusaha tenang, dia mengetuk pintu kamar. “Bu
***FLASHBACK...Maha menunggu Nia datang, setelah Nia datang, dia langsung menghampiri Nia dan membawa tas bawaannya."Ibu habis belanja?” tanya Maha.“Iya, Nak. Besok Ibu mau jualan banyak karena sekolah ramai sekali ada orang tua murid,” balas Nia. “Sudah makan malam?”“Sudah, Bu. Maha sudah angetin makanannya, Ibu makan dulu biar belanjaannya Maha rapikan,” balas Maha. “Kalau mau, besok Maha bantuin jualan, ya! Ibu pasti kerepotan.”“Besok pagi pulanglah ke rumahmu, Nak. Sekarang kamu nggak sendirian, ada suami kamu. Kamu kan pengantin baru, masa tinggal sama Ibu terus.”“Maha sudah minta izin sama Mas Zayn dan Mbak Alysa. Jadi, tidak masalah.”“Nak, jangan sering ke rumah Ibu untuk menginap, ya! Nggak enak sama Nak Zayn dan Nak Alysa. Mereka itu orang-orang yang sangat baik, pasti nggak akan melarang kamu kalau kamu mau min
***Alysa terkejut saat Zayn memberitahukan kalau suaminya itu semalam berada di rumah sakit karena Nia tidak sadarkan diri dan tanpa pikir panjang, dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit dan melupakan kalau Sarah masih ada di rumahnya.Kurang lebih dua puluh lima menit, Alysa sudah sampai ke rumah sakit dimana Nia dirawat dan dia akhirnya menemukan Zayn yang wajahnya sudah kusut.“Assalamualailkum, Mas... “ Alysa langsung menghampiri Zayn dan mencium telapak tangan suaminya itu.“Walaikumussalam, Sayang,” balas Zayn dengan suara serak.Alysa mengernyitkan keningnya melihat wajah Zayn yang kelelahan. “Mas lebih baik pulang untuk istirahat. Di rumah sakit biar aku saja, ya!”Zayn tersenyum, “Mas minta maaf ya, Sayang. Mas dari kemarin sore nggak ngecek ponsel sama sekali. Maha sangat terpukul, jadi Mas... “ pria itu berhenti sejenak, dia sampai lupa kalau Alysa adalah istri