Bab 65
Merah memandang cincin yang melingkar pada jarinya. Entah mengapa ia begitu mengagumi benda kecil tersebut. Seakan ada ikatan batin yang kuat yang menempel pada cincin tersebut. "Aku sangat menyukai cincin ini, Brandy. Kalau boleh tahu di mana kamu membelinya?" Mera bertanya penasaran. Brandy membalikkan tubuh. "Apakah aku harus menyebutkan tempat tokonya, Sayang?" Brandy menggoda. "Ah tidak juga. Hmm ... Aku cuma ingin mengucapkan terima kasih banyak. Cincin ini sangat bagus. Kau memang sungguh mengerti akan seleraku." Mera tersenyum. "Bngomong-ngomong, bagaimana keadaan Kak Abraham? Apa dia sudah baikan?" Mera bertanya. Brandy menyeruput minuman teh hangat di hadapannya. "Sudah lebih baik daripada sebelumnya.""Sayang, sini mendekat."
Bab 66 "Halo, Kak Abraham? Bagaimana keadaan Kakak sekarang? Kuharap Kakak akan sembuh dengan segera seperti sedia kala." suara Mera terdengar perlahan. "Ya, syukur-syukur dalam waktu dekat Dokter akan memperbolehkanku untuk pulang." Abraham menjawab serak. "Maaf jika Brandy akhirnya harus pulang lebih cepat. Seharusnya sekarang dia masih ada di sana bersama ibu menjaga Kakak." lanjut Mera. "Tidak apa-apa, Mera. Memang aku yang menyuruhnya pulang lebih cepat. Aku mengkhawatirkan keadaanmu jika di tinggal terlalu lama." ujar Abraham. Ada desah nafas berat dari nadanya berbicara. Sedangkan Mera tak segera bersuara. Otak wanita itu menangkap jika Abraham memang mengkhawatirkan keadaannya selama kepergian Brandy. Mera telah mengenali betul sikap Abraham yang tak mudah untuk mengucapkan keboh
Bab 67"Tolong ambil ponselku di dalam laci kamar, Bi. Biar aku saja yang menghubunginya." Ucap Mera. "Nyonya tetap ingin bersikeras menelpon Tuan Brandy?" Bi Sumi bertanya. "Ya udah Bi. Tidak usah banyak tanya! Ini perutku udah tidak nyaman sekali." Merah mulai kesal dengan sikap Bi Sumi yang terkesan bertele-tele dan abai akan kesakitan Mera. "Maaf Nyonya. Lebih baik tidak usah telepon Tuan Brandy. Nanti dia bisa mengira kalau aku tidak becus mengurus Nyonya." Bi Sumi tetap bersikukuh. "Tidak becus bagaimana maksudnya, Bi? Brandy tidak seburuk itu. Apalagi ini menyangkut kandunganku." kilah Mera. "Bukan begitu, Nyonya. Bukankah Tuan Brandy sudah menaruh kepercayaan padaku untuk menjaga Nyonya? Aku tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan yang Tuan Brandy berikan." "Sudahlah, Bi. sepertinya k
Bab 68"Ah tidak. Saya tidak bermaksud untuk mencegah Nyonya buat menghubungi Tuan Brandy. Maaf ... Maafkan aku nyonya. Karena sikapku membuat nyonya berpikiran hingga ke sana." Dari nada suaranya, terdengar sekali jika Bi Sumi mengelak dari ucapannya sendiri. Bukankah dari tadi ia mencegah Mera untuk menghubungi Brandy, lalu mengapa sekarang malah mengatakan hal sebaliknya? Sungguh sesuatu yang memgundang curiga Mera. Namun Mera bisa memaklumi, mungkin saja Bi Sumi adalah wanita yang sudah mulai menua, hingga mungkin saja sifatnya kembali labil dan kekanak-kanakan. "Lupakan saja, Bi." Mera mengisyaratkan Bi Sumi untuk keluar ruangan. Mera menutup pintu.***"Nyonya Brandy, sepertinya Anda harus lebih memperhatikan asupan makanan. Jangan sampai memakan sesuatu yang bisa membahayakan kandungan. Jika ingin kepa
Bab 69"Jangan diminum dulu, Mera!" "Kenapa?" "Barusan saya lihat ada kecoa merayap di gelasmu!" jawab Abraham. Sesaat mata mereka beradu pandang. Ada detak lebih cepat di dada keduanya. Bergegas Mera mengalihkan pandangan. Berharap tatapan itu tak terlalu menusuk netra. "Kau kembali, Abraham?" Mera berkata dengan tatapan yang masih enggan untuk melirik. Bukan enggan, tepatnya tak mampu. Mera merasa tak mampu untuk menatap sepasang mata berwibawa di hadapannya. "Brandy di luar, Kak." Ada rasa canggung Mera rasakan ketika harus memanggil Abraham dengan sebutan Kakak.Di samping itu, Mera mulai tak enak. Pasalnya dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua. Mera khawatir hal tersebut akan mengundang fitnah di mata orang lain. "Ya aku tahu dia di luar. Dia sedang mengurus bebe
Bab 70"Halo Brandy!" "Ya. Haloo! Kamu kenapa sih tidak pernah angkat telepon aku? Ntar aku bisa ngambek lhoo!" suara Kirana dari seberang panggilan. "Kamu mau apa lagi?" "Ah seperti tidak tahu ajah. Aku kangen kamu, Brandy!" "Apa? Kangen? Kirana, aku ini sudah punya istri. Kamu nggak usah nempel-nempel terus sama aku donk." protes Brandy.Brandy semakin penuh tanya. "Kirana, aku tidak pernah mengusik kenyamanan hidupmu. Jadi tolong jangan urusi hidupku." "Maaf tadi aku masih belum bisa melupakanmu. Aku masih mencintaimu. Apa kau tidak bisa melihat? Bagaimana aku datang ke rumahmu mengharap kau masih bisa melihatku seperti pandangan yang biasa kau berikan di masa lalu. Tapi apa yang aku dapatkan? Kau hanya menambah luka. Kau bahkan memperlakukan aku bak seorang musuh. Seolah kau t
Bab 71"Aku tidak perlu tahu kau ada di mana. Sudahlah! Bicara denganmu hanya buang-buang waktuku saja." Brandy mematikan telepon lalu memasukkan kembali handphone tersebut ke dalam tas dengan muka semrawut dan tak suka. Brandy melangkah meninggalkan area kantor . Hatinya tak sabar ingin segera menemui sang istri yang pernah berbaring di klinik hari ini.Kalau saja tidak ada pekerjaan mendesak yang harus diselesaikan dengan segera, tentu saja takkan rela baginya untuk meninggalkan Mera di ruang klinik perawatan. Mengingat soal Kirana, itu adalah sesuatu yang menjijikkan bagi Brandy. "Keterlaluan dia! Tidak puas-puasnya ingin berlaku licik. Mengaku-ngaku atas sesuatu yang tidak pernah aku lakukan. Kau pikir aku akan terkena bujuk rayu dan jebakanmu, Kirana? Tidak akan." Gumam Brandy. "Halloo? Benarkah ucapanmu barusan?" sebuah suara wanita men
Bab 72"Kak Abraham?" Kirana tersadar siapa yang datang."Kakak tahu sendiri apa yang laki-laki ini lakukan bersamaku, Kak. Bisa di tebak kan." Kirana berucap dengan mata berkaca-kaca.Usai berucap demikian, Kirana berlalu dengan wajah yang menyiratkan sejuta kepiluan. Langkah Kirana menjauh meninggalkan dua insan tampan di aula kantor utama.Abraham menatap pungguung Kirana penuh tanda tanya. Hati Abraham bertanya-tanya, ia merasa ada yang tidak beres dengan wanita yang pernah ia kenali beberapa waktu yang telah terlewati. Abraham sangat tahu jika Kirana adalah seorang wanita yang pernah mempunyai hubungan khusus dengan sang adik. Mengingat itu, sedikit banyak hati Abraham merasa perih, " Akankah Brandy kembali mengulang masa lalu dengan bersama wanita dari masa lalu? jika begitu, apa yang akan di rasakan oleh Mera jika seandainya dia tahu diam-diam sang suami menemui Kirana?" Pikiran Abraham panas membayangkan kenyataan itu.
Koinnya agak banyak, hehee ...Sebab babnya lebih panjang ya... bab 73"Brandy, kuharap kau jangan pernah menyia-nyiakan pernikahanmu. Dalam hal ini juga berarti aku tak ingin melihat Mera disia-siakan olehmu. Dia adalah perempuan yang baik, sama sekali tak pantas untuk di sakiti." tutur kata Abraham terdengar serius. "Ya Kak, aku tahu Mera memang baik. itu sebabnya Mengapa dulu aku ingin menikahi dia." tanggap Brandy. "Jika begitu, aku ingin kau untuk tidak mendekati Kirana. Itu bisa menjadi bumerang untuk rumah tangga kalian." Abraham kembali bertutur kata. "Aku tidak pernah mendekati Kirana, Kak. Akan tetapi Kirana sendiri yang tiba-tiba datang ke kantor. Aku sendiri tak tahu bagaimana bisa Ia melakukan itu." sahut Brandy. "Tentu saja ia bisa dengan leluasa berseliweran di area kantormu, sebab kau sendiri yang merekomendasikan dia untuk masuk dan bekerja di perusahaan.""Apa?" Brandy melot