Dari berbagai hal yang membuat Rena bingung adalah dia mendapati banyaknya orang yang datang ke ruangannya. Orang yang sama sekali asing di matanya. Mungkin jika di hitung, jumlah orang di ruangan ini ada lebih dari dua puluh orang, itu termasuk dengan pria yang memiliki tinggi badan sama seperti suaminya. Pria besar yang hanya diam saja di pojok ruangan dan juga depan pintu.
Ia menatap suaminya yang saat ini memasang wajah pias. Pria itu ada di sampingnya sambil memegang tangannya erat.
“
Hampir satu dekade Rena tinggal di istana ini. Menikmati hari demi hari menjadi seorang pengabdi untuk Alpha Jonathan dan juga Luna Irene. Mereka berdua adalah pasangan yang disayangi oleh rakyat pack, karena memiliki integritas dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. Tapi, di tengah kebahagiaan yang melanda, ada saja orang yang merasakan iri pada kesempurnaan keluarga istana. Rena pernah mendengar dari obrolan salah satu teman pelayan, bahwa Alpha Nickholas—anak dari Alpha Jonathan—sebenarnya mempunyai seorang kembaran, yaitu Nickley. Nickley tewas dibunuh oleh kekasih saudaranya sendiri, Cecilia Zera. Hati mana yang tak remuk saat saudara kandung dibunuh tragis oleh seseorang yang sangat dicintai. Ya, itu adalah sepenggal kisah tragis yang ditutup rapat oleh para penghuni pack ini. Sambil melamun, Rena menyeka piring yang sudah dicuci. Namun, karena tangannya licin, dia tidak menyadari bahwa dia telah menjatuhkannya dan membuat keributan di dapur istana. “Sudah kukatakan, Rena, beke
“Bu, mereka mengatakan jika mataku aneh.” Perempuan kecil berusia tiga belas tahun itu merajuk pada Ibunya. Dirinya tak terima karena selalu dicemooh oleh teman sepermainan yang berada di desanya. Sang Ibu hanya bisa tersenyum sambil tangannya memetik buah di kebun. ”Memang apa yang aneh. Bukankah mataku ini unik, ya.” Buah yang sudah dipetik Ibunya di keranjang, sesekali dimakan olehnya. “Matamu memang unik, Rena. Karena kau memiliki mata seperti nenekmu. Ibu orang Asia. Kau sudah tahu, kan?” Ibu Rena berjalan mencari anggur yang sudah masak, tangannya dengan telaten menggunting batang buah tersebut. Rena yang melihat Ibunya pun mengambil gunting yang berada di dalam keranjang dan mencoba membantu. “Ambil yang berwarna ungu. Tinggalkan yang hijau.” Instruksi yang langsung dipatuhi oleh Rena tanpa adanya bantahan. “Tapi mata kak Ben tidak sepertiku, Bu?” Ternyata masih berlanjut masalah ini. Yura yang melihat punggung anaknya hanya bisa mendesah. Gadis kecil dengan rambut hitam
Suasana istana tampak ramai. Banyak anggota keluarga dan kerabat yang hadir. Dengan menggunakan konsep serba hitam dan putih, membuat pesta ini terlihat mewah dan elegan. Ternyata tidak hanya Rena sendiri yang memakai gaun, pelayan lain pun memakainya. Mereka serasi dengan pakaian yang berwarna putih hanya saja motifnya yang berbeda. Mungkin Luna Irene ingin membuat malam ini sempurna. Tetapi Rena tahu bahwa gaun yang diberikan Irene sangat berbeda dengan yang lainnya, apakah ini khusus. Seketika kepercayaan dirinya luntur, ia tak pantas memakai pakaian mewah seperti ini. Seharusnya ia sama seperti teman yang lainnya. Tapi jika ia tak memakainya bisa saja Luna Irene benar-benar marah. “Rena ... Rena ... Rena.” Wendy dengan gaya angkuhnya berdiri di depan Rena dan memperhatikan gaun dari atas sampai bawah. Matanya terbelalak saat gaun Rena berbeda dari miliknya. Padahal sama-sama dari pemberian Luna Irene. “Dapat dari mana kau gaun mewah ini?" Tangannya menyentuh kain putih itu da
Rena menghela napasnya. Langit-langit kamar tidur yang berwarna putih menjadi pusat perhatiannya sejak tadi. Ia rindu akan ayah, ibu, juga kak Ben. Sejak kejadian yang membuat dirinya berpisah dengan kak Ben dan sampai saat ini ia tak pernah bertemu lagi. Bagaimana jika ia meminta izin pada Alpha Jonathan juga Luna Irene untuk keluar dari pack, alih-alih mencari Kakaknya. Pasti ia diperbolehkan. Tapi ... Mengingat jika ia tinggal di istana dari umur tiga belas tahun sampai sekarang dirinya pasti akan dicap sebagai orang yang tak tahu diri karena sudah diasuh dan dibesarkan oleh pack. Ia benar-benar bimbang. Tapi diantara itu semua, ada Beta Romeo yang sebenarnya tak bisa ia tinggalkan. Beta Romeo dengan segala keangkuhan yang pria itu miliki. Rena berpikir, Beta Romeo semakin lama akan berubah dan tak menganggap dirinya sebagai benalu di dalam istana, melainkan anggota pack juga ... mate. Pipinya menggembung, antara manis juga pahit jika berhadapan dengan pria itu. Biar saja Beta
Rena merasakan pipinya panas karena tamparan Bibi Morin yang kencang. Mungkin juga sudut bibirnya sedikit berdarah terbukti ia bisa merasakan asin. “Aku tak menyangka kau bisa brutal seperti ini, Rena!” teriak Morin menghunus telak telinga Rena. “Sarah bawa Wendy ke kamarnya!” perintah Morin saat melihat wajah pucat Wendy serta napas yang masih tersengal-sengal. “Apa kau ingin mencoba membunuh temanmu sendiri, ha?!” Dengan menggoyang-goyangkan bahu Rena, membuat perempuan itu pusing seketika. “Kumohon, Bibi. Perutku mual.” Ingin muntah rasanya saat tubuhnya dientakkan secara keras. Sudah sedari bangun tidur Rena memang tak enak badan dan merasa sedikit demam. “Apa aku kurang mengajarimu sedari kecil untuk menghormati semua orang? Apa kau perlu aku ajarkan sekali lagi, iya?!” teriak Morin. “Kumohon Bibi maafkan aku.” Matanya panas menahan sakit dikepalanya. Morin yang segera melepaskan Rena langsung mengusap-usap kedua tangannya di baju. “Kumaafkan kau untuk kali ini. Jangan samp
Hari Minggu, Awal musim Gugur.Menghilangkan kepenatan juga memberikan aura positif terhadap orang lain ternyata semudah itu. Rena seharusnya dari dulu tak menutup diri karena kehilangan keluarga. Seharusnya ia memang lebih bersyukur ada di pack ini. Diasuh dengan baik walau dalam istilah yang tidak sebenarnya. Jika diingat-ingat waktu terasa cepat untuknya berada di sini, umurnya sudah menginjak dua puluh tiga tahun sekarang.
Romeo jelas-jelas sudah sangat menahan emosi dengan kedekatan Rena juga adiknya, Jordan. Bisa-bisanya dengan tatapan polos ia menggoda Jordan hingga membuat pria itu seperti kucing menggemaskan. Ditambah melihat tingkah laku dua-duanya yang sangat memuakkan. Jordan tak main-main dengan perkataannya sedari awal, bahkan dengan ketidaksiapan Romeo akan aksi Jordan itu sendiri. Ia tak ingin adiknya masuk dalam kenaifan perempuan itu.Ia belum sepenuhnya percaya akan Rena meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di Istana. Romeo sedari dulu sudah merasakan hal janggal, apa yang membuat Rena tersesat hingga memasuki wilayahnya. Perkataan Wendy kemarin kembali mengusik pikirannya. Benar deng
Tak pernah dibayangkan oleh Rena untuk berhadapan dengan makhluk pengisap darah. Ia juga tak pernah menampik untuk tidak takut berhadapan dengan kaum immortal yang usianya bisa lebih dari ratusan tahun itu. Karena menurut Rena, jika sang vampir sudah menargetkan mangsanya maka saat itu pula mereka tak akan terlepas kan.Rena yang melihat saat aksi Romeo mengempaskan tubuh pria vampir itu semakin membelalakkan matanya. Ia tak tahu jika Romeo benar-benar sekuat itu dan hanya mengeksekusi menggunakan satu tangan saja.
Dari berbagai hal yang membuat Rena bingung adalah dia mendapati banyaknya orang yang datang ke ruangannya. Orang yang sama sekali asing di matanya. Mungkin jika di hitung, jumlah orang di ruangan ini ada lebih dari dua puluh orang, itu termasuk dengan pria yang memiliki tinggi badan sama seperti suaminya. Pria besar yang hanya diam saja di pojok ruangan dan juga depan pintu.Ia menatap suaminya yang saat ini memasang wajah pias. Pria itu ada di sampingnya sambil memegang tangannya erat.“
Romeo tergagap dengan kalimat demi kalimat yang istrinya lontarkan. Seperti mendapatkan tikaman tajam yang tepat di ulu hatinya Ini sungguh menyesakkan. Apa yang ditakutinya akhirnya terjadi juga.Sedikit demi sedikit Rena akhirnya tahu identitas sebenarnya. Sedikit demi sedikit memori itu akhirnya datang lagi.“Dengarkan aku dulu,” ucap Romeo masih mencoba untuk bisa meminta pertolongan pengertian dari tatapan matanya. Namun, ia bisa melihat bagaimana pandangan sorot Rena yang berub
Sepertinya Romeo memang tidak bisa meninggalkan Rena sendiri atau membiarkan perempuan itu berpikiran yang macam-macam. Buktinya sudah beberapa kali Romeo mendapati Rena berbicara macam-macam yang menyangkut tentang masa lalunya. Hal yang membuat Romeo semakin waswas.Bukan karena apa. Tapi karena ia sendiri takut jika ingatan Rena kembali dan menjauhi dirinya. Ia takut jika istrinya itu kembali mengingat masa kelam yang sudah terkubur lama.“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Romeo
Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Sekarang adalah dua tahun pernikahan Rena dan juga Romeo. Di tahun kedua ini mereka benar-benar diberikan keberkahan oleh Moongoddes. Begitu sabarnya Romeo menghadapi sikap kanak-kanak yang Rena berikan.Wanita itu, bertingkah seperti anak kecil yang sedang kehilangan susu. Lihat saja sekarang, wanita muda itu merajuk karena Romeo sama sekal tidak menanggapi perkataannya.Bukan karena Romeo sengaja, melainkan karena pria itu sendiri sedang sibuk dengan
[ Gunung Fuji - Jepang ]Ini sudah hari kedua mereka ada di sini, menikmati destinasi yang begitu mengagumkan. Negeri Matahari Terbit itu sungguh membuat para turis betah di sini.Lihatlah Rena! Dia sedang bermain dengan bunga-bunga yang berada di Danau Kawaguchi. Tanaman phlox berwarna merah muda membuat pinggiran sungai itu tampak sangat cantik.
Rena semakin heran saat tidak mendapati darah keperawanannya di kasur. Bukankah setiap perawan pasti ada darah, atau paling tidak bercak kecil di sana. Tapi, di kasur putih itu tak terdapat apa-apa.“Mau sampai kapan kau terus memandangi kasur ini, Rena?” Romeo datang dan sudah tercium sangat harum Pria itu telah mandi lebih dulu karena mencoba meredakan gejolak nafsu yang masih dominan.Pria itu memeluk Rena dari belakang dan mengel
Rena masih saja sesenggukan karena pria yang ada di atas ranjang ini tidak juga membuka mata sejak satu jam yang lalu. Pria bodoh yang telah hampir kehilangan nyawa karena bertengkar dengan Kak Ben.“Sudahlah, Rena, dia tidak akan pernah mati. Dia memiliki sembilan nyawa.” Ben bersender di dinding. Rambutnya masih basah karena aksi penyelamatan Romeo yang terdengar gila.Pria korban budak cinta itu mencoba untuk meyakinkan Ben dengan
Mata Rena berbinar saat mendapati seorang pria yang datang untuk menemuinya. Seorang paling tampan menurutnya yang pernah ia kenal. Dalam hidupnya, ia tak pernah melihat pria yang begitu dominan tapi bisa membuat hatinya berbunga-bunga.Ia sudah kenal pria itu hampir setengah tahun lamanya. Pria yang dikenal dengan nama Romeo Riley. Awalnya, yang ia tahu, pria itu sering datang ke rumah hanya ingin bertemu dengan Ben. Namun, lama-kelamaan justru ia yang menjadi lebih dekat.
Euforia di pack Lightcrown Claws Pack semakin meriah karena Beta yang paling mereka cintai akhirnya bisa membuka mata dan hadir ditengah-tengah mereka saat ini. Tak peduli jika Romeo yang sekarang memiliki fisik yang tak sempurna. Kakinya yang tak bisa menapak sepenuhnya, tak membuat para rakyat memandang remeh. Bagaimanapun jika diadu dengan orang normal pasti Romeo yang akan menang."Selamat atas keberhasilanmu, Nak." Jovial selaku ayah kandung dari Beta itu memberikannya beberapa kali ucapan. Padahal, sedari tadi ia telah mengucapkannya sampai membuat telinga Romeo berdenging. Begitu juga dengan ibunya,