Home / All / Beta Romeo And His Rogue [ID] / Bab 05 : Penghinaan

Share

Bab 05 : Penghinaan

Author: Kaagaluh
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rena merasakan pipinya panas karena tamparan Bibi Morin yang kencang. Mungkin juga sudut bibirnya sedikit berdarah terbukti ia bisa merasakan asin.

“Aku tak menyangka kau bisa brutal seperti ini, Rena!” teriak Morin menghunus telak telinga Rena. “Sarah bawa Wendy ke kamarnya!” perintah Morin saat melihat wajah pucat Wendy serta napas yang masih tersengal-sengal.

“Apa kau ingin mencoba membunuh temanmu sendiri, ha?!” Dengan menggoyang-goyangkan bahu Rena, membuat perempuan itu pusing seketika.

“Kumohon, Bibi. Perutku mual.” Ingin muntah rasanya saat tubuhnya dientakkan secara keras. Sudah sedari bangun tidur Rena memang tak enak badan dan merasa sedikit demam.

“Apa aku kurang mengajarimu sedari kecil untuk menghormati semua orang? Apa kau perlu aku ajarkan sekali lagi, iya?!” teriak Morin.

“Kumohon Bibi maafkan aku.” Matanya panas menahan sakit dikepalanya.

Morin yang segera melepaskan Rena langsung mengusap-usap kedua tangannya di baju. “Kumaafkan kau untuk kali ini. Jangan sampai Luna Irene mengetahui semuanya. Aku sudah cukup menutupi segala kecerobohan dirimu di depannya." Morin meninggalkan Rena yang masih bersandar di dinding.  

*** 

Seorang pria yang menginjak angka dua puluh delapan tahun menatap hamparan salju di depan sana. Swiss menjadi salah satu negara yang mempunyai daya tarik karena adanya salju abadi di pegunungan Alpen. Negara yang selalu dikunjungi oleh wisatawan karena ingin bermain ski atau menaiki gondola dan menikmati alam dari atas pegunungan.  

Bennedict Schaacio, pria perawakan besar dengan rambut sedikit ikal dan kulit yang sedikit kecokelatan karena sering berjemur di bawah sinar matahari. Hampir sepuluh tahun ia kehilangan jejak sang adik, terakhir kali ia bersama adiknya saat di perbatasan antara Jerman dan Belgia. Ibu dan ayahnya menyuruh agar cepat lari menjauh dari wilayahnya karena seorang pemburu yang mengetahui identitas asli keluarganya.  

Jika mengingat hal itu membuat hati Ben mencelus. Ia tak bisa melihat kedua orang tuanya lagi apalagi menjaga adik kesayangannya. Ia sudah berkeliling singgah di semua kota bahkan beberapa Negara selama sepuluh tahun terakhir tapi ia tak mendapat informasi sama sekali. Adiknya bagai hilang ditelan bumi. Bahkan ia tak tahu, apakah adiknya masih hidup atau sudah .... 

Ben menggelengkan kepalanya, ia yakin adiknya baik-baik saja.  

*** 

Rena menghampiri Irene di kamar wanita paruh baya itu. Dengan mengetuk beberapa kali, Irene menyahutnya dari dalam. “Anda memanggil saya, Luna?” tanya Rena saat melihat Luna Irene mengambil beberapa baju di lemarinya.

“Kemari.” Irene memberikan baju yang dipegangnya kepada Rena, “Aku ingin kau membantuku untuk membereskan beberapa persiapanku besok.”

“Anda ingin bepergian?” tanya Rena menatap Luna Irene.

Luna Irene hanya tersenyum. “Suamiku mengajak ke Austria.”

Rena membelalakkan matanya.

“Kau kenapa?” tanya Luna Irene melihat raut wajah Rena yang sedikit menegang.

“Tidak apa-apa,” cicitnya sambil melipat baju dan memasukkannya di dalam koper.

“Rena,” panggil Irene. Melihat wajah memerah Rena. Ia menangkup wajah itu dengan lembut, merasakan suhu yang sedikit panas. “Kau sakit?”

Rena yang ditanya seperti itu hanya menggelengkan kepalanya. “Tidak, saya baik-baik saja.”

Dengan tersenyum Rena menunjukkan bahwa ia dalam keadaan yang normal. Setelah kejadian tadi, ia mencoba untuk merapikan lagi tubuhnya agar tak membuat semua orang curiga termasuk Luna Irene yang selalu memperhatikannya dalam diam.

“Tapi badanmu sedikit hangat,” jelas Irene masih tak percaya.

“Bukankah kaum kita memang ditakdirkan memiliki suhu di atas normal, Luna?" Senyum Rena menenangkan.

“Jika kau sakit maka istirahatlah. Aku akan mengurusnya sendiri.” Luna Irene tak tega melihat Rena yang sedih menatapnya. Tapi bagaimana lagi, dia merasa anak itu butuh istirahat.  

“Sungguh, aku sehat,” jelas Rena.

“Aku bilang beristirahatlah!” Mata tajam Luna Irene memandang Rena tajam, membuat perempuan itu menyerah dan pamit keluar.

Tanpa disangka, Romeo ada di sana tepatnya di balik pilar. 

Yang ia tahu, Romeo pasti akan membuat hatinya semakin tak karuan. Ia lebih memilih meninggalkan pria jangkung itu. Rena memang sengaja mencari jalan yang agak menjauh dari Romeo, agar ia tak bisa dekat-dekat dengan pria itu. Terlalu berisiko, apalagi dengan kejadian tadi membuatnya sangat malu. Tapi, dari sudut matanya ia melihat Romeo mengikutinya. Romeo yang sudah memakai pakaian berbeda dari pada tadi pagi.

“Ada apa?” Akhirnya Rena berbalik menghadap Romeo yang masih membuntutinya di belakang.

Romeo menghentikan gerakannya saat mendengar suara itu menginterupsi. Keningnya berkerut mengejek.

“Jika kau juga ingin menghakimiku, kau bisa melakukannya besok, Beta.” Nada lelah yang Rena tunjukkan membuat Romeo semakin mengerutkan keningnya. Tanpa mendengar balasan dari Romeo, Rena meninggalkan pria itu yang entah apa akan dilakukannya. Biarkan Romeo melakukan apa yang ingin dirinya kerjakan.  

Diteguknya air minum guna menghilangkan dahaga. Suasana hari Sabtu tak ada yang spesial menurutnya. Jika yang lain akan melakukan kegiatan seperti berbelanja bahkan memanjakan tubuh di kota. Tapi Rena tidak.

Ya, mereka mempunyai jadwal tersendiri. Semua orang akan diberikan kebebasan pada hari Sabtu dan Minggu tanpa adanya tugas istana. Jika di hari biasa mereka akan sibuk karena ada kunjungan tamu-tamu penting dari berbagai Negara atau acara lainnya.

Rena menggulung baju panjangnya hingga siku. Sweater rajut berwarna cream dengan ukuran besar benar-benar membuatnya nyaman apalagi di keadaan seperti ini. Rambutnya diikat asal membuat anak-anak rambut itu berjatuhan.

Romeo melihat Rena dari kejauhan, ia sebenarnya 'sedikit' menyukai tampilan Rena yang seperti ini. Dengan pakaian santai juga celana jeans yang menutupi kaki jenjang perempuan itu, juga jangan lupakan rambut yang diikat asal membuat mata Romeo tak berkedip.

Jujur, ia tak menyukai Rena memakai pakaian pelayan. Karena pakaian pelayan menggunakan rok selutut juga baju yang sedikit ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu.

Ah, Romeo memukul kepalanya. Ada apa dengan otaknya, sungguh tidak bisa dikendalikan.

Pria itu mendekati Rena yang masih berdiri di pantry dengan memunggunginya. Gelas yang tadi dipakai Rena diambilnya dan diisi kembali dengan air.

Rena yang sudah tahu saat Romeo masih mengikutinya membuat dirinya menekan habis-habisan untuk tak menanggapi. Tapi perbuatan Romeo di sampingnya benar-benar mengejutkan. Mau tak mau ia berhadapan dengan pria itu. Dan ...

Romeo meminum gelas yang sama seperti dirinya?  

Perempuan itu menatap Romeo yang juga menatapnya, meskipun ia bisa melihat jakun Romeo masih naik turun karena tegukan. Rena menelan liurnya. Mengapa pria itu begitu menggiurkan? Ia menekan dadanya yang berdebar kencang. Sedekat ini Romeo berada di hadapannya.  

Romeo menaruh gelas di wastafel tanpa melepaskan pandangannya dari Rena. Menyentuh sedikit ujung rambut panjang yang menutupi muka perempuan itu ke belakang telinga. “Kau sudah bisa mencucinya.” Romeo meninggalkan Rena yang masih mematung.

Sialan!

Rena menatap benda satu-satunya yang ada di wastafel. Dengan tersenyum kecut, ia melakukan tugasnya.

Saat dirasa semua sudah beres, ia menepuk tangannya di baju. Keningnya berkerut saat merasakan sesuatu di kantong sweater. Dirogohnya dan membuat ia semakin bingung saat ada benda berkilau di tangan. Ia sangat ingat bahwa tak pernah mempunyai gelang cantik semacam ini. 

Pandangannya menatap sekitar. Tak mungkin benda ini muncul sendiri, toh saat ia mengganti baju ia ingat tak ada satu pun benda di kantongnya.

Pipinya menggembung, mengingat sikap aneh Romeo sedari tadi. Atau mungkin pria itu? Rena berjalan kembali menuju kamarnya sambil mengelus gelang indah di tangan.  

*** 

Tangan yang sudah dihiasi gelang membuat Rena sedari tadi terlalu fokus berkutat. Apakah Romeo sudah mau menerimanya?

Bibirnya mengulum.

“Dia begitu manis.” Shine, serigala Rena berkomentar. Entah kenapa sosok serigala itu jarang muncul dan hanya terdiam di dalam sana, menikmati.

“Sama sepertimu,” kata Rena menyenangkan membuat Shine mendengus geli.

Ketukan pintu membuat Rena terkejut. Dengan cepat ia menyembunyikan gelangnya di balik baju panjang yang hampir menutupi setengah telapak tangan.

“Kau sedang ... beristirahat?” Senyuman kikuk Gania di depan pintu membuat Rena mengangguk.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya Rena.  

Senyum Gania semakin lebar saat mendengar pertanyaan Rena. “Aku ingin mengobrol denganmu. Aku bosan di sini sendirian, mereka semuanya pergi.” Gania menarik lengan Rena membawanya ke taman istana.

“Kau tak ikut dengan mereka?” Rena duduk di bangku taman membuat Gania mau tak mau mengikutinya.

“Mereka jahat Rena, apalagi Wendy. Mereka menyebarkan gosip yang tidak-tidak.” Amarahnya meledak membuat wanita berumur tiga tahun lebih tua dari Rena itu mukanya memerah.

Rena hanya tertawa samar.

Gania, sebenarnya anggota baru di istana ini sekitar dua bulan lalu. Menurut ceritanya ia ingin sekali mengabdi pada Alpha dan Luna dan memasuki istana.

“Aku melihatmu tadi. Apakah mereka memang seperti itu sejak dulu padamu?” Gania menatap Rena yang masih memandangi taman.

“Kenapa kau ingin tahu?”

Gania terkejut dengan jawaban Rena, ia seolah tak enak hati.

“Sudahlah, lagipula aku berbuat seperti itu karena memang aku tak bersalah.” Rena menyandarkan punggungnya di kepala kursi.

“Jika kau melakukan kebenaran tetap pertahankan walaupun seisi dunia berburuk sangka padamu,” kata Rena menatap Gania yang tersenyum tulus padanya. Perempuan itu cantik, Rena yang sebagai perempuan juga sangat iri pada Gania.

“Apakah minggu besok kau ingin berjalan-jalan denganku? Kita akan ke kota untuk membeli pakaian,” ajak Gania.

Rena yang mendengar ajakan perempuan itu semakin terdiam. Dia sudah lama tak keluar istana. Terakhir kali saat diajak oleh Luna Irene empat bulan lalu. “Kau mengajakku?”

Semangat Gania membuat Rena yakin ternyata perempuan itu tak main-main dengan perkataannya. “Baiklah.”

Pekikan terkejut serta remasan tangannya membuat Rena terbelalak. Jantungnya juga seperti merosot tajam ke tanah saat matanya menatap pergelangan Gania yang bertumpu pada tangannya. Ia menatap Gania yang masih memberikan senyum padanya dengan tulus.

Dengan terpaksa ia membalas senyum Gania dengan kaku dan menarik tangannya. Tangannya mengepal. 

Sebegitu jahatnya ‘kah pria itu?

Gania akhirnya bisa duduk tenang dan menyandarkan tubuhnya di bangku sambil memandang ke depan. “Terima kasih, Rena.”

Sedangkan yang diajak berbicara tersenyum miris. Dengan cepat ia melepas gelang yang tadi terpasang dan menaruhnya di kantong baju kembali. Ia merapikan lengan bajunya agar tak menaruh curiga dari Gania.

Gelang mereka sama, hanya warna yang berbeda. Gabungan antara bentuk hati juga bunga. Jika milik Gania berwarna putih seluruhnya sedangkan milik Rena berwarna putih dan cokelat. Ia mencoba menormalkan napasnya yang memburu. Menahan sesak didada yang semakin menghimpit napasnya.

“Gelangmu cantik,” kata Rena seolah-olah penuh minat. Biarkan saja Gania saat ini menganggapnya sama seperti perempuan lainnya. Setidaknya ia ingin membuktikan sesuatu.

Gania memegang tangannya dan mengelus benda yang berkilau itu saat terkena cahaya, “ Beta Romeo yang memberikan.”

Related chapters

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 06 : Peri(o)ld

    Hari Minggu, Awal musim Gugur.Menghilangkan kepenatan juga memberikan aura positif terhadap orang lain ternyata semudah itu. Rena seharusnya dari dulu tak menutup diri karena kehilangan keluarga. Seharusnya ia memang lebih bersyukur ada di pack ini. Diasuh dengan baik walau dalam istilah yang tidak sebenarnya. Jika diingat-ingat waktu terasa cepat untuknya berada di sini, umurnya sudah menginjak dua puluh tiga tahun sekarang.

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 07 : Beta Romeo Yang Cemburu

    Romeo jelas-jelas sudah sangat menahan emosi dengan kedekatan Rena juga adiknya, Jordan. Bisa-bisanya dengan tatapan polos ia menggoda Jordan hingga membuat pria itu seperti kucing menggemaskan. Ditambah melihat tingkah laku dua-duanya yang sangat memuakkan. Jordan tak main-main dengan perkataannya sedari awal, bahkan dengan ketidaksiapan Romeo akan aksi Jordan itu sendiri. Ia tak ingin adiknya masuk dalam kenaifan perempuan itu.Ia belum sepenuhnya percaya akan Rena meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di Istana. Romeo sedari dulu sudah merasakan hal janggal, apa yang membuat Rena tersesat hingga memasuki wilayahnya. Perkataan Wendy kemarin kembali mengusik pikirannya. Benar deng

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 08 : Lebih Dari Itu

    Tak pernah dibayangkan oleh Rena untuk berhadapan dengan makhluk pengisap darah. Ia juga tak pernah menampik untuk tidak takut berhadapan dengan kaum immortal yang usianya bisa lebih dari ratusan tahun itu. Karena menurut Rena, jika sang vampir sudah menargetkan mangsanya maka saat itu pula mereka tak akan terlepas kan.Rena yang melihat saat aksi Romeo mengempaskan tubuh pria vampir itu semakin membelalakkan matanya. Ia tak tahu jika Romeo benar-benar sekuat itu dan hanya mengeksekusi menggunakan satu tangan saja.

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 09 : Kesedihanku

    Rena menangis meratapi nasib yang sudah dua hari ini ia rasakan. Ia berpisah dengan kakak laki-laki yang ditugaskan oleh orang tua untuk menjaganya. Entah sudah berapa kilometer ia berjalan menyusuri hutan untuk mencari pertolongan. Perutnya sudah perih, hanya buah-buahan hutan yang mampu mengisi kekosongan. Ia semakin takut karena sudah beberapa kali dirinya melihat makhluk lain di hutan ini dan untungnya berhasil sembunyi. Ia tak mau menjadi santapan bagi mereka semua. Ia ingin hidup dan bertemu dengan kakaknya kelak.  Bunyi geraman membuat sikap waspada Rena kembali teruji, ia semakin melarikan diri tanpa mau menoleh ke belakang. Tapi tiba-tiba kakinya ditarik kasar dari belaka

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 10 : Daun Musim Gugur

    Senyaman-nyamannya istana orang lain, lebih nyaman istana sendiri. Itulah peribahasa yang sering Rena dengar. Ia ingat, baru saja memejamkan mata dan menikmati indahnya cahaya langit malam. Tapi beberapa detik kemudian air sudah membasahi seluruh tubuhnya. Apa yang salah? Ataukah hujan sedang mengguyur bumi?Matanya mengerjap memandangi silau yang menusuk, seketika untuk berdiri saja ia tak sanggup. Sudah berapa lama ia tertidur sambil duduk?“Aku men

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 11 : Bersikap Biasa Saja

    Sudah dua hari Rena di rumah sakit, begitu pula Jordan yang mengurusnya bahkan pria itu tak segan-segan untuk bermalam di sana juga. Setelah insiden memalukan yang Rena sendiri tak tahu bagaimana ceritanya, ia hanya ingat saat tertidur di taman dan suara bibi Morin membangunkannya. Yang ia lihat bibi Morin membawa ember hitam dan menuangkan seluruh isi ke tubuhnya. Ia yang kedinginan setelah itu tertidur di kamar dengan damai tanpa mau mendengarkan berisik suara di luar.Rena sempat bertanya pada Jordan sebenarnya apa yang terjadi tapi jawaban pria itu tak terlalu memuaskan.

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 12 : Kelakar Raven

    Terduduk di ujung tebing dengan pemandangan langit jingga di sore hari membuat pria berambut ikal tersenyum, apalagi suara air terjun di bawah sana menambah kesyahduan alam.“Masih meratapi kebodohanmu, ha?” Suara interupsi membuat Romeo berdiri dan sigap. Siapa yang berani-berani mengganggu waktunya.“Kau melewati batas wilayah!” tegas Romeo melihat pria berjubah hitam yang masih menyender di batang pohon. Tatapan hina yang pria itu

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 13 : Pelampiasan

    Rena hanya bisa terdiam menatap Jordan. Sedikit tak menyangka memang, kedekatannya yang bisa dihitung dengan jari-jari malah membuat pria itu begitu yakin ingin hidup bersama. Bagaimana bisa seorang Jordan memberikan kepastian untuk seorang perempuan yang tidak jelas asal usulnya.Mulutnya terkatup rapat saat wajah Jordan dengan perlahan mendekatinya. Wangi yang menguar dari parfum mewah pria itu membuat Rena mengepalkan tangannya. Pipinya masih ditangkup dan matanya tak lepas dari manik cokelat nan tajam.

Latest chapter

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 8 : Apakah Ini Akhirnya?

    Dari berbagai hal yang membuat Rena bingung adalah dia mendapati banyaknya orang yang datang ke ruangannya. Orang yang sama sekali asing di matanya. Mungkin jika di hitung, jumlah orang di ruangan ini ada lebih dari dua puluh orang, itu termasuk dengan pria yang memiliki tinggi badan sama seperti suaminya. Pria besar yang hanya diam saja di pojok ruangan dan juga depan pintu.Ia menatap suaminya yang saat ini memasang wajah pias. Pria itu ada di sampingnya sambil memegang tangannya erat.“

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 7 : Dia Tidak Peka!

    Romeo tergagap dengan kalimat demi kalimat yang istrinya lontarkan. Seperti mendapatkan tikaman tajam yang tepat di ulu hatinya Ini sungguh menyesakkan. Apa yang ditakutinya akhirnya terjadi juga.Sedikit demi sedikit Rena akhirnya tahu identitas sebenarnya. Sedikit demi sedikit memori itu akhirnya datang lagi.“Dengarkan aku dulu,” ucap Romeo masih mencoba untuk bisa meminta pertolongan pengertian dari tatapan matanya. Namun, ia bisa melihat bagaimana pandangan sorot Rena yang berub

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 6 : Ancaman Depan Mata

    Sepertinya Romeo memang tidak bisa meninggalkan Rena sendiri atau membiarkan perempuan itu berpikiran yang macam-macam. Buktinya sudah beberapa kali Romeo mendapati Rena berbicara macam-macam yang menyangkut tentang masa lalunya. Hal yang membuat Romeo semakin waswas.Bukan karena apa. Tapi karena ia sendiri takut jika ingatan Rena kembali dan menjauhi dirinya. Ia takut jika istrinya itu kembali mengingat masa kelam yang sudah terkubur lama.“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Romeo

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 5 : Aku Selalu Menyayangimu

    Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Sekarang adalah dua tahun pernikahan Rena dan juga Romeo. Di tahun kedua ini mereka benar-benar diberikan keberkahan oleh Moongoddes. Begitu sabarnya Romeo menghadapi sikap kanak-kanak yang Rena berikan.Wanita itu, bertingkah seperti anak kecil yang sedang kehilangan susu. Lihat saja sekarang, wanita muda itu merajuk karena Romeo sama sekal tidak menanggapi perkataannya.Bukan karena Romeo sengaja, melainkan karena pria itu sendiri sedang sibuk dengan

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 4 : My Mine

    [ Gunung Fuji - Jepang ]Ini sudah hari kedua mereka ada di sini, menikmati destinasi yang begitu mengagumkan. Negeri Matahari Terbit itu sungguh membuat para turis betah di sini.Lihatlah Rena! Dia sedang bermain dengan bunga-bunga yang berada di Danau Kawaguchi. Tanaman phlox berwarna merah muda membuat pinggiran sungai itu tampak sangat cantik.

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 3 : Bertemu Jade

    Rena semakin heran saat tidak mendapati darah keperawanannya di kasur. Bukankah setiap perawan pasti ada darah, atau paling tidak bercak kecil di sana. Tapi, di kasur putih itu tak terdapat apa-apa.“Mau sampai kapan kau terus memandangi kasur ini, Rena?” Romeo datang dan sudah tercium sangat harum Pria itu telah mandi lebih dulu karena mencoba meredakan gejolak nafsu yang masih dominan.Pria itu memeluk Rena dari belakang dan mengel

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-Part – 2 : Tak Bisa Tanpamu

    Rena masih saja sesenggukan karena pria yang ada di atas ranjang ini tidak juga membuka mata sejak satu jam yang lalu. Pria bodoh yang telah hampir kehilangan nyawa karena bertengkar dengan Kak Ben.“Sudahlah, Rena, dia tidak akan pernah mati. Dia memiliki sembilan nyawa.” Ben bersender di dinding. Rambutnya masih basah karena aksi penyelamatan Romeo yang terdengar gila.Pria korban budak cinta itu mencoba untuk meyakinkan Ben dengan

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   X-PART – 1 : One And Only

    Mata Rena berbinar saat mendapati seorang pria yang datang untuk menemuinya. Seorang paling tampan menurutnya yang pernah ia kenal. Dalam hidupnya, ia tak pernah melihat pria yang begitu dominan tapi bisa membuat hatinya berbunga-bunga.Ia sudah kenal pria itu hampir setengah tahun lamanya. Pria yang dikenal dengan nama Romeo Riley. Awalnya, yang ia tahu, pria itu sering datang ke rumah hanya ingin bertemu dengan Ben. Namun, lama-kelamaan justru ia yang menjadi lebih dekat.

  • Beta Romeo And His Rogue [ID]   Bab 51 : In The End

    Euforia di pack Lightcrown Claws Pack semakin meriah karena Beta yang paling mereka cintai akhirnya bisa membuka mata dan hadir ditengah-tengah mereka saat ini. Tak peduli jika Romeo yang sekarang memiliki fisik yang tak sempurna. Kakinya yang tak bisa menapak sepenuhnya, tak membuat para rakyat memandang remeh. Bagaimanapun jika diadu dengan orang normal pasti Romeo yang akan menang."Selamat atas keberhasilanmu, Nak." Jovial selaku ayah kandung dari Beta itu memberikannya beberapa kali ucapan. Padahal, sedari tadi ia telah mengucapkannya sampai membuat telinga Romeo berdenging. Begitu juga dengan ibunya,

DMCA.com Protection Status