Pukul 18.45 waktu Shanghai.Mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong telah berhenti di halaman depan. Pria paruh baya itu kemudian bergegas turun setelah salah seorang anak buahnya membukakan pintu untuknya.“Bagaimana keadaan di rumah?” tanya Lu Dong.“Semuanya aman, Tuan,” jawabnya, yang tidak mengetahui tentang pertengkaran yang terjadi antara Yin dan Li Na di dapur. Begitu mendengar kata “aman” diucapkan, Lu Dong menaikan kedua sudut bibirnya. Setidaknya perkataan anak buahnya itu sedikit mengurangi beban pikiran yang ditanggungnya selama beberapa hari ini.Sudah beberapa hari setelah berita kebangkrutan Group GT dan merosotnya nilai saham perusahaan mereka, Lu Dong mendatangi banyak perusahan besar di Shanghai. Dia berusaha melobi petinggi-petinggi perusahaan untuk sudi menanamkan sebagian modalnya di Group Lushang.Dan pada malam ini, wajah Lu Dong yang sebelumnya tampak bengis itu kini berubah kuyu. Karena tak satu pun dari petinggi-petinggi itu yang mau menemui dirinya, sekalipu
Suara tawa yang cekikikan serta suara sumbang yang sejak tadi membicarakan kesialan yang kelak akan menimpa Yin dan Lu Wan Wan mendadak berhenti. Tiga pasang mata yang berjarak cukup dekat satu sama lain itu mengikuti gerak-gerik Lu Dong yang baru saja memasuki ruang makan.Sungguh aneh, jika melihat betapa lebarnya kedua sudut bibir pria paruh baya itu tersenyum. Bukankah beberapa menit yang lalu, wajah suami serta ayah mereka tampak garang? Suara baritonnya yang selalu menggelegar itu juga terdengar menggema di dalam lorong saat berteriak memanggil sang menantu serta putri bungsunya?Apa yang terjadi? Semua pertanyaan mereka itu akhirnya terjawab dengan suara gelindingan roda yang meluncur di atas lantai.Mereka tahu, kalau roda-roda itu adalah bagian dari sebuah kereta kecil yang kerap kali digunakan oleh seseorang untuk membawa berbagai macam jenis makanan dengan satu kali antar.Kedua alis mereka pun tampak saling bertautan begitu melihat Yin mendorong sebuah kereta kecil memas
Masih di malam yang sama ketika kegiatan makan malam di rumah Keluarga Lu telah selesai.Yin membawa semua piring-piring kotor itu ke dapur. Membuang semua sisa-sisa makanan itu ke dalam tempat sampah yang berlubang kecil. Namun, alangkah terkejutnya Yin setelah penutup sampah itu dibuka. Dia sudah tidak lagi mendapati lima kotak bekas makanan milik sebuah restoran yang sebelumnya telah dibuang di sana.Terpikir olehnya mungkin saja Lu Wan Wan yang melakukan. Mungkin tanpa sepengetahuan dirinya, istri sang pemilik tubuh itu berjalan masuk ke dapur untuk membuang kotak tersebut di tempat pembuangan di luar.Akan tetapi, keterkejutan Yin semakin menjadi tatkala melihat Lu Shen Shen telah berdiri di hadapannya. Wanita berambut coklat pendek itu tersenyum sinis. “Dari awal aku sudah menduga, pasti ada yang tidak beres dengan masakan kalian. Dan ini buktinya,” beber Lu Shen Shen sembari memperlihatkan lima kotak bekas makanan itu kepada Yin.Yin menatap semua benda yang ada di tangan Lu
Nyonya Bai mengambil amplop putih yang baru saja diletakkan Yin di atas meja kerja. Dia membuka amplop besar berbentuk persegi panjang dengan seulas tali yang melilit bagian lidah. Selembar kertas putih yang dicetak dengan printer telah terpampang jelas di depan mata.Beberapa kerutan mulai muncul menghiasi kening Nyonya Bai. Sepasang matanya yang berada di balik kacamata merah itu tampak memicing. Menengadah menatap wajah Yin yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.“Kau akan berhenti?” tanyanya.“Aku harap Nyonya Bai segera menyetujuinya.” Yin menjawab.“Aku harus membicarakan ini kepada Tuan Chao. Kalau boleh tahu, apa alasanmu berhenti? Karena aku tidak melihat alasan itu tertulis dalam surat pengunduran dirimu.”“Hanya alasan pribadi.” Yin mengatakan seperti yang diajarkan Arthur padanya.“Alasan pribadi apa? Apa itu soal pengirim video misterius? Atau soal kau ada masalah dengan rekan kerjamu?” cecar Nyonya Bai, yang tidak mengetahui dan sebagian besar penduduk Shanghai, jug
Hari Kamis, minggu kedua Maret 2024.Inilah hari yang disukai oleh pasangan suami istri Bo ketika hendak merayakan hari ulang tahun Bo Zhai yang ke-8. Karena bukan akhir minggu, suasana di dalam Shanghai Ocean Aquarium tidak terlalu ramai pengunjung. “Kita akan ke mana?” Yin bertanya pada Pengacara Bo. Karena sejak meninggalkan Lu Wan Wan bersama Nyonya Bai di restoran, dia terus mengikuti langkah kaki pria paruh baya itu menuju pintu keluar.“Ikut saja denganku. Tidak perlu mengkhawatirkan Wan Wan. Dia baik-baik saja bersama dengan Bai Lun dan yang lain,” ujar Pengacara Bo.Yin mengatupkan kedua bibirnya rapat, namun dia terus saja melangkah hingga sang pengacara membawanya ke halaman parkir yang cukup luas. Ada banyak ratusan kendaraan roda empat berada di sana. Dia bahkan telah melewati mobil pribadinya itu.Perjalanan itu pun terus berlanjut, hingga sampailah Yin dan Pengacara Bo di sebuah lokasi parkir yang berada dekat dengan tempat pembelian tiket. Lampu depan sebuah mobil lis
Masih di malam yang sama. Setelah pesta ulang tahun Bo Zhai berakhir.Yin yang saat itu sedang mengendarai mobil listriknya bersama Lu Wan Wan tampak sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak habis pikir, kenapa tidak ada seseorang di samping Kakek Lu Bei yang membantunya kala itu?Seandainya saja ada, maka penderitaan yang dialami Lu Wan Wan akan berakhir dengan cepat dan istri sang pemilik tubuh ini juga akan mendapatkan kehormatannya kembali, sebagai penerus Group Lushang yang sah!Bahkan seorang pengacara ternama, seperti Pengacara Bo juga tidak dapat menyentuh Lu Dong!Memangnya sehebat apa ayah mertua dari si pemilik tubuh ini?“Yin.”Suara yang mirip seperti cicitan burung itu membuyarkan segala pemikiran Yin tentang mendiang Kakek Lu Bei. Tanpa menelengkan kepalanya, dia pun berkata. “Ada apa?”“Apa kau sedang sakit?” Lu Wan Wan menatap wajah samping Yin lekat-lekat.“Tidak. Tubuhku baik-baik saja.”“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?”Pertanyaan itu lantas membuat Yin menoleh seje
“WAN WAN!” teriak Yin.Begitu melihat lampu sorot mobil menyinari wajah mereka, maka dengan cepat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu segera menangkap tubuh Lu Wan Wan, lalu menyeretnya hingga ke tepian Sungai Huangpu.Hampir saja!Seandainya saja Yin alias Shun Yuan itu tidak bergerak cepat, dia mungkin saja akan kehilangan wanita yang memiliki keterikatan takdir yang sama dengannya. Di dalam pelukannya, Yin bukan hanya merasakan jantungnya sendiri yang berdegup kencang, tetapi juga merasakan detak jantung Lu Wan Wan yang bertalu-talu tak karuan. Wajah oval Lu Wan Wan membeku. Begitu juga dengan kedua tangannya yang hanya menggantung di belakang punggung Yin, tanpa membalas pelukan pria itu. “Kau aman sekarang. Semua baik-baik saja. Aku akan menjagamu,” ucap Yin sembari mengusap punggung dan belakang rambut Lu Wan Wan berkali-kali.Namun, perkataan yang dilontarkan Yin serta apa yang baru saja diperbuatnya itu, membuat hati Lu Wan Wan meleleh. Isak tangis wanita itu langsung ter
Keesokan harinya ….Selepas mendapat persetujuan dari Tuan Chao tentang pengunduran dirinya, maka keluarlah Yin dari ruang sang direktur. Seperti yang dikatakan Arthur, memang benar seharusnya dia melepas pekerjaan ini sejak lama dan fokus untuk mengambil alih apa yang menjadi hak kepunyaan si pemilik tubuh baru ini.Sambil melonggarkan ikatan dasi panjangnya, Yin berjalan menyusuri lantai demi lantai yang ada di dalam gedung tinggi ini. Dia memang tidak menyayangkan pekerjaan ini, akan tetapi ada satu hal yang masih belum sempat diselesaikannya, yaitu menemukan siapa gerangan si pengirim video dan yang telah memberikan ponsel peledak itu kepadanya?“Yin!”Seketika itu pemilik nama pun menoleh. Sepasang matanya yang kecil langsung menatap wajah seorang gadis blasteran berambut panjang, namun sedikit ikal. Gadis berkacamata tebal itu sedang berjalan menghampirinya.“Denise Allard?” Yin pun terkejut. “Hei, Yin." Denise menepuk pundak Yin. "Kudengar dari Nyonya Bai, kalau kau akan berhe
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu