Apa yang terjadi dengan Yin, membuat jantung Lu Wan Wan berdebar kencang. Dia yang saat itu sedang berkutat dalam pekerjaannya di Ma Yuan Food, serta merta meletakkan telapak tangannya di depan dada.Di musim semi yang baru saja terjadi pada awal bulan Maret dan di dalam ruangan yang diperlengkapi dengan mesin pendingin itu, bagaimana bisa peluhnya mendadak muncul membasahi kening dan punggungnya?“Ada apa ini? Kenapa perasaanku menjadi tidak karuan?” batin Lu Wan Wan, yang memang tidak tahu menahu soal adanya keterikatan takdir antara dirinya dengan mantan jenderal besar Dinasti Qing itu.Dua teguk. Tiga teguk air mineral telah Lu Wan Wan habiskan untuk membuat hatinya tenang. Namun, perasaan tidak enak yang tidak bisa dia jelaskan itu tak kunjung pergi dalam dirinya.Dia yang bermaksud hendak meninggalkan ruang kerjanya demi mencari udara segar di luar, malah dikejutkan dengan sebuah teriakan rekan kerjanya.“Ahhh! Ada bom meledak di atas Jembatan Sungai Yang Tze! Mengerikan! Benar-
“Kenapa aku bisa kembali lagi ke wujud ini?” gumam Yin alias Shun Yuan.Dia pantas terkejut, karena mendapati tubuhnya saat ini kembali terbungkus dengan pakaian pengantin bergaya kolosal khas Dinasti Qing, padahal jelas-jelas dirinya waktu itu masih mengenakan pakaian kerja bergaya moderen. Dia juga masih mengingat, bahwa pakaian pengantin berwarna merah itu adalah baju terakhir yang dirinya kenakan, sebelum terbunuh di tangan Yue Jing dan Yue Fa—ayah Yue Jing, yang adalah seorang perdana menteri Dinasti Qing. Dan sekarang keterkejutan Shun Yuan semakin bertambah tatkala menyadari dirinya ada di mana saat ini!Sebuah ruang gelap tanpa ujung batas. Dengan pencahayaan minim yang berasal dari beberapa kolam api yang terus menyala tanpa henti. Ya, keberadaan lidah-lidah api serta dinding batu yang tidak beraturan. Semua itu mengingatkan Shun Yuan pada sebuah sosok ….DEWA KEMATIAN!Begitu ingatan Shun Yuan tertuju kepadanya, detik itu pula penguasa tempat ini pun muncul b
Yin yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit sontak diam membeku setelah mendengar penjelasan Lu Wan Wan. Kedengarannya penjelasan tersebut sangat masuk akal. Baik di kehidupannya yang lama maupun dalam kehidupannya yang baru, masalah keingintahuan itu sama seperti sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi.Hari ini dia tidak bermaksud untuk menjadi seorang pahlawan atau mencari ketenaran. Yang dia butuhkan adalah sebuah nama! Nama si pengirim video misterius sekaligus yang hampir mencelakainya.“Yin, aku akan membantumu.”Suara beraksen Inggris itu sontak membuat Yin, Lu Wan Wan, dan juga Arthur menoleh. Mereka melihat seorang dokter dengan potongan rambutnya yang berwarna blonde telah berdiri dekat kelambu hijau yang memisahkan bangsal Yin dengan bangsal yang lain.“Dokter Bert?”Sepasang mata Yin membeliak begitu melihat dokter yang telah merawat tubuh barunya ini datang menghampiri. Dia kemudian memperkenalkan Dokter Bert kepada Lu Wan Wan dan juga Arthur Chen. “Baga
Sebelum pukul 17.00 …Selepas membeli beberapa bahan yang diperlukan Lu Wan Wan untuk memasak, Yin bergegas mengayuhkan sepeda rentalnya menuju pinggiran Kota Shanghai.Bukan untuk kembali pulang ke tempat kediaman Keluarga Lu, melainkan ingin menemui Arthur Chen. Dia berpikir, dengan waktu empat puluh menit yang masih tersisa, dirinya mampu menjalani perjalanan pulang pergi dari supermarket menuju gedung apartemen Arthur, lalu pulang kembali ke rumah Keluarga Lu.“Aku harus menanyakan sesuatu pada lelaki tua itu,” batin Yin mengungkap alasan mengunjungi Arthur.KRING! KRING!Yin sengaja membunyikan bel sepedanya hanya karena dia menyukai suara itu. Lagi pula, karena suara yang dia mainkan tersebut, banyak pengguna kendaraan bermotor yang memberikan kesempatan kepadanya untuk jalan lebih dulu. Membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu tertawa lepas dalam setiap perjalanan.Dua puluh menit!Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk tiba di gedung apartemen Arthur.Kali ini Yin tidak
Lokasi sudah ditemukan dan hanya tinggal lelaki tua itu seorang yang masih berkutat dalam tombol-tombol papan keyboard serta beberapa layar monitor yang masih menyala. Direntangkannya kedua tangannya itu ke samping untuk meregangkan otot-otot tuanya yang sejak tadi menumpu di atas meja.Sambil menguap lebar, dia pun mengambil satu buah plum merah peninggalan Yin. Satu gigitan. Tiga kali kunyahan. Detik itu juga mata tua tersebut langsung terpejam dengan kuat.“Cih! Asam sekali!” Arthur langsung membuang sisa plum yang ada di dalam mulutnya ke tempat sampah. “Bisa-bisanya dia tahan dengan rasa asam seperti ini? Jangankan makan satu buah, satu gigitan saja tidak sanggup kuhabiskan.”“Coba kuhitung, Yin telah memakan berapa,” gumam Arthur seraya membawa sisa buah plum peninggalan Yin menuju lantai tiga.Begitu pintu lift terbuka di lantai tiga. Arthur Chen—si lelaki tua yang hanya terlihat serius jika berada di depan layar laptop itu terkaget-kaget ketika menyaksikan sendiri bagaimana ke
Bisikan Lu Fen Fen yang tak mendasar membuat sepasang manik mata Lu Wan Wan membeliak. Pernyataan yang baru saja diungkap itu seolah membuat Lu Wan Wan terbangun dari mimpi indah yang pernah dialaminya ketika melihat perubahan yang terjadi dalam diri Yin.Sebenarnya perubahan itu bukan sesuatu yang salah, hanya saja Lu Wan Wan terlanjur menyukai keberadaan Yin saat ini.Kehangatan seorang pria, tatapan mata yang saling berbalas saat berbicara, pertolongan-pertolongan Yin yang membuatnya senang, karena merasa dirinya tidak diabaikan di dalam rumah, serta guyonan receh pria itu yang mampu membuat hati Lu Wan Wan mendesir sekaligus tertawa.Sejak itulah Lu Wan Wan merasa memiliki seorang suami, bukan seorang pelayan, apalagi sebuah patung manekin yang tak berperasaan. Pada waktu itu juga, sebuah gelengan kepala yang kuat dari Lu Wan Wan membuat senyum Lu Fen Fen dan Lu Shen Shen memudar. Putri bungsu itu pun berucap kepada kedua kakaknya.“Kak, jangan fitnah Yin!”“Siapa yang memfitn
Cengkeraman kuat yang menahan tangannya untuk bergerak. Suara bariton yang terdengar menggelegar di telinga.Dan tepisan tangan yang kasar.Semua itu membuat wajah Li Na memucat. Dia yang semula ingin melayangkan telapak tangannya ke pipi Lu Wan Wan mendadak berdiri bagai patung. Bibir merah yang sejak tadi dia gunakan untuk memaki-maki putri bungsungnya itu mendadak hening dalam kebisuan. Menatap wajah samping Yin dalam kejanggalan.Yin yang dapat merasakan, bagaimana cara ibu mertua menatapnya memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada selembar kain lap yang tergeletak begitu saja di atas meja.Keluarga munafik ini benar-benar keterlaluan!Selama ini Yin hanya mampu merasakan penderitaan yang dialami Lu Wan Wan melalui bekas luka yang mendadak muncul pada permukaan kulitnya, tetapi sore ini dia telah melihat semuanya dengan kepala mata sendiri.Sejak dalam perjalanan pulang menuju rumah mertua, Yin yang saat itu sedang mengayuh sepeda rentalnya di tengah padatnya lalu lintas Kota
Ketika senja mulai merayap di langit Kota Shanghai, satu per satu gedung pencakar langit yang menjulang tegak di sana sudah mulai bersiap-siap untuk menyambut kehidupan baru yang penuh energik.Tampak ribuan titik lampu sudah mulai mengisi kelamnya malam, seiring dengan jutaan manusia yang telah berkeriapan di sudut-sudut kota. Bukan hanya untuk mengisi perut mereka yang kosong, melainkan juga melegakan jiwa mereka yang haus. Adalah Ma Jia Wei—seorang pewaris Keluarga Ma yang saat ini sedang berada di dalam sebuah restoran bersama dengan seorang gadis cantik berusia 25 tahun, bernama Han Zhi Zhi. Mereka duduk saling berhadapan sambil menikmati makanan oriental yang disajikan di atas piring panas yang terbuat dari logam besi. Pertemuan mereka bukanlah atas inisiatif Jia Wei ataupun Zhi Zhi, melainkan berasal dari orangtua masing-masing yang menginginkan agar hubungan mereka semakin dekat.Tujuh tahun telah berlalu. Selama waktu itu pula, baik Ma Jia Wei maupun Han Zhi Zhi tidak pern