Selepas mendengar perkataan Arthur Chen, maka bibir Yin yang berwarna coklat itu pun terkatup. Untuk sejenak dia hanya mampu berpikir sambil menyandarkan punggungnya di depan salah satu dinding rumah sakit. Melihat sekilas para manusia yang berlalu lalang di hadapannya dengan warna pakaian yang hampir sama.Dia yang semula telah berjanji untuk membebaskan Lu Wan Wan dari rumah yang hampir mirip seperti neraka itu, malah tidak mendapat persetujuan dari Arthur Chen.Dulu dia pernah meminta Arthur agar melepas kamera CCTV yang ada di kamar mandi, namun lelaki tua itu dengan tegas menolak. Semua itu demi alasan keamanan. Katanya, semakin privat sebuah ruangan, maka semakin mudah bagi seorang penyusup untuk bersembunyi.Memangnya siapa yang akan menyusup masuk ke dalam gedung apartemen yang hanya bisa dimasuki dengan sidik jari dan tampilan bola mata? Akhirnya Yin hanya bisa menghela napasnya dengan panjang. Menyadari bahwa gedung apartemen yang memiliki ketinggian lima lantai itu memang
DEG!Pertanyaan Lu Wan Wan yang mirip seperti sebuah cercaan itu sontak membuat Yin tercengang. Tanpa bermaksud ingin membohongi istri sang pemilik tubuh, dia hanya mampu menatap wanita muda itu dalam diam.Sungguh, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan semua hal yang terjadi antara dirinya dan pemilik tubuh baru ini. Serta identitas tersembunyi yang tiba-tiba saja ditunjukkan oleh Arthur Chen.Sampai akhirnya sepasang tangan Lu Wan Wan mulai mencengkeram lengan jaket dan mengguncang tubuhnya, barulah kesadaran Yin kembali terjaga.“Wan Wan,” ucap Yin sembari memegang kedua tangan wanita itu, lalu menurunkannya dengan lembut. “Aku tahu, kau terkejut. Tapi percayalah … semuanya baik-baik saja. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."“Kau tidak berbuat kriminal’kan?” tuduh Lu Wan Wan dengan tatapan menyelidik. “Aku tidak akan melakukannya.” Yin menggeleng tegas. “Semua ini memang salahku. Selama kita menikah, aku tidak pernah terbuka tentang keuanganku, karena—““Karena apa, Yin?”“
Pencarian rumah baru itu pun harus berakhir dengan kegagalan. Dengan terpaksa keduanya kembali ke rumah Keluarga Lu.Sebelum tiba ke rumah Keluarga Lu, Yin lebih dulu mengantarkan mobil listrik barunya itu ke dalam gedung apartemen Arthur. Yin tahu, kalau beberapa hari yang lalu Lu Wan Wan dan Arthur pernah saling bertemu di depan gedung Ma Yuan Food. Karena itu, untuk malam ini, Yin sengaja tidak mempertemukan istri sang pemilik tubuh dengan Arthur Chen. "Yin, sepertinya majikanmu itu orang yang baik, karena mau mempercayakan mobil mewah serta password untuk masuk ke dalam tempat tinggalnya," puji Lu Wan Wan, yang tak menyadari kalau orang yang dia puji itu adalah Arthur Chen. "Yah, begitulah,” sahut Yin sambil menarik kedua sudut bibirnya ke samping. “Ternyata memang masih ada orang baik di dunia ini, meskipun yang lebih jahat juga banyak.” Malam pun tiba ….Pukul 21.00 Yin dan Lu Wan Wan memasuki tempat kediaman Keluarga Lu. Begitu langkah kaki itu menbawa mereka menu
Di salah satu kelab malam yang cukup terkenal di kota itu, Judy—satu-satunya putra Gao Xiong tampak sedang duduk di depan meja bartender sambil menikmati segelas dua gelas minuman beralkoholnya.Apa yang terjadi tadi pagi di Grand Ballroom Cinta Sejati, semakin membuat kebencian dan kemarahan Judy kepada Yin semakin menumpuk. Meskipun dia telah membayar mahal kelompok pembunuh bayaran seperti Black OWL, namun hatinya tak kunjung lega ketika belum mendengar kabar kematian menantu Keluarga Lu tersebut.KRING! KRING! KRING!Suara dering dan getaran ponsel yang ada di dalam saku, membuat Judy segera mengambil benda tersebut. Untuk sesaat kening dan tatapan matanya yang berwarna hijau itu memicing, tatkala mendapati nama Lu Dong tertera pada layar ponselnya. “Halo, paman,” sapa Judy.“Mana janjimu itu, saat kau bilang akan menyingkirkan menantu sampah itu dari rumahku?!” Lu Dong berteriak di balik ponselnya.“Apa maksud paman?” Judy sontak bangkit berdiri. “Jelas-jelas aku sudah mengatak
“Yin!” sentak Lu Wan Wan.Dia bukan hanya terkejut saat Yin mendadak menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, melainkan karena tubuh suaminya itu, kini berada di atas tubuhnya. Lebih tepatnya, Yin tidak menindihnya secara langsung, melainkan menahan beban tubuhnya sendiri dengan kedua telapak tangan yang berada di samping lengan Lu Wan Wan.“Ssstt … pelankan suaramu,” bisik Yin sambil membalas tatapan mata Lu Wan Wan dengan begitu dalam.Sayangnya, Yin—pria kaku dan dingin itu tidak menyadari, kalau apa yang baru saja dia lakukan itu telah memporak-porandakan perasaan istri sang pemilik tubuh.Lu Wan Wan—wanita muda yang belum pernah jatuh cinta. Hidupnya selalu di bawah kendali Lu Dong dan Li Na, tidak sebebas kedua kakaknya yang bisa memilih teman ataupun pergi ke mana pun setiap akhir pekan. Mulai dari sejak kecil hingga dewasa, hidup Lu Wan Wan hanya seputar rumah hingga sekolah atau kantor.Bertemu dengan Yin membuat Lu Wan Wan memiliki sedikit harapan untuk berteman dan berbagi hid
BRAAKK! BRAAKKK! BRAAKKKKK! "Buka pintunya! Keluar kalian sekarang!”Suara gedoran pintu yang diikuti dengan sebuah teriakan, membuat jantung Yin serta Lu Wan Wan hampir saja meledak. Mereka yang baru saja membaringkan tubuh di atas ranjang, mendadak tersentak lalu duduk dengan gelisah. Detik itu juga, Lu Wan Wan langsung menyadari, bahwa itu adalah suara Lu Dong. Semua ini pasti ulah kedua kakaknya yang telah memberitahu ayah mereka, apa yang telah diperbuat Yin di kamar ini.“Kau tetaplah di ranjang. Biar aku saja yang buka pintunya,” ucap Yin, yang kemudian bergegas bangkit berdiri.“Tunggu, Yin!” cegah Lu Wan Wan.Sentuhan dan cengkeraman dari telapak tangan yang lembut, sontak membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu menoleh ke belakang. Di situlah dia menatap sang pemilik mata bulat itu dengan keningnya yang mengerut dalam. “Ada apa? Bukankah kita harus segera membuka pintu?” “Yin, jika kau masih berharap ingin menjadi menantu Keluarga Lu, kita harus membuat mereka pe
“Kalian lihat betapa kurang ajarnya menantu sampah itu terhadapku?” Sambil berjalan menuruni beberapa deret anak tangga, Lu Dong mengomel pada istri dan kedua putrinya yang lain.“Benar-benar keterlaluan!” sahut Lu Shen Shen. “Memangnya berapa banyak uang yang dia miliki, hingga berani mengusir kita dari kamar Wan Wan!”“Kalian tidak usah mempercayainya, itu hanya bualan Yin saja!” imbuh Lu Fen Fen yang berada di barisan paling belakang. “Pria miskin seperti dia sudah pasti tidak memiliki uang. Setelah membayar hutang-hutangnya pada Ayah, mana mungkin dia masih memiliki simpanan uang.”“Kau benar, Kak. Jika dia punya, dia tidak akan kembali ke rumah ini. Dia akan mencari sebuah kamar hotel untuk tidur bersama Wan Wan!” ketus Lu Shen Shen. Di saat suami dan kedua putrinya itu sedang membicarakan Yin selama mereka menuruni beberapa deret anak tangga, tiba-tiba saja Li Na yang berada di barisan paling depan mendadak berbalik. Wanita paruh baya itu lalu menghentikan langkah kaki mereka
Yin tidak pernah menyangka, bahwa suatu hari Arthur Chen akan memintanya untuk pergi meninggalkan Perpustakaan Shanghai!Ini bukan pergi meninggalkan gedung yang memiliki atap mercusuar dengan 24 lantainya, melainkan dia harus berhenti dari pekerjaannya sebagai pustakawan atau karyawan perpustakaan.Saat Yin bertanya, apa alasan di balik permintaan Arthur itu?Arthur Chen—si lelaki tua dengan tingginya yang hanya mencapai pundak Yin itu memberikan alasan yang tidak masuk akal. Dia mengatakan, kalau selama tiga tahun ini, apa yang dikerjakan oleh Yin itu tidak menghasilkan.Ditambah lagi, penyakit gagap dan penyakit jantungnya juga telah sembuh. Yin bisa mencari pekerjaan lain, layaknya orang normal pada umumnya.Awalnya Yin juga berpikir seperti itu. Namun, ketika dirinya mulai meminta uang USD 5.000.000 kepada Arthur untuk melakukan investasi terhadap Lushang Group, lelaki tua yang katanya adalah ajudan mendiang ayah dari pemilik tubuh itu malah menendang pantatnya.Keterlaluan sekal
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu