"Pak, apa ada yang terluka?'' tanya Luki segera setelah turun dari mobil."Tidak. Kami semua sudah keluar dari rumah sebelum rumah kami juga ikut kebakaran," jawab Andre. Ia lalu mendekati Mosa dan juga Mina yang duduk bersebelahan di ruang tamu di rumah Pak Nur."Mosa, Ibu. Ayo kita ke rumah kita! Nanti rumah ini biar direnovasi dulu kalau memang ibu mau tinggal di sini lagi. Tapi sebaiknya kita istirahat dulu di rumah kita, ya!"Mina masih menatap nanar rumahnya yang separuhnya sudah dilahap si jago merah."Bu, kita istirahat di rumah kita dulu, ya! Nanti atau besok biar dibersihkan," ajak Mosa. Sudah beberapa jam dia duduk dan menahan nyeri di bagian perut karena tidak bisa merebahkan diri. Ia terus mengusap perutnya."Tapi Mosa, Ibu berat mau meninggalkan rumah ini," sahut Mina."Iya, aku tahu. Tapi kan kita belum bisa tinggal di sini. Nanti biar diurus sama Andre juga. Karena rumah itu belum bisa ditinggali. Ibu percaya lah sama Andre!" balas Mosa."Ya sudah kalau begitu. Kamu se
"Pak, rumah mertua Bapak hari ini juga akan dilakukan pembersihan. Tapi untuk renovasi mungkin butuh waktu satu minggu," tutur Luki. "Iya terima kasih karena sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga saya, Luk," sahut Andre.Mereka kemudian melanjutkan perbincangan tentang pekerjaan dan lain hal. Sampai pukul delapan, akhirnya Andre menghampiri Mosa di kamar. Ia melihat Mosa sedang memainkan ponsel tetapi susu dan buah masih utuh."Mosa, kamu tidak minum susu itu?" tanya Andre."Tidak. Aku nggak mau. Biasanya kan kamu yang siapkan. Kok malah Mawar yang disuruh?" sahut Mosa."Tadi kan aku lagi ngobrol sama Luki, dan kebetulan di rumah ini ada pembantu, jadi aku minta tolong saja sama pembantu. Oh, jadi nama pembantu itu adalah Mawar, aku malah baru tahu," jawab Andre."Iya. Dan pembantu itu pakai baju seksi amat di rumah. Aku nggak suka, lebih baik Bi Imah saja yang disuruh di sini. Aku nggak suka sama Mawar.""Yah, nggak bisa begitu dong, Mosa! Dia kan sudah diberikan amanah dari
"Ini sepertinya juga enak, Mosa. Udang asam manis. Kamu mau?" tanya Andre. "Enggak. Aku gak mau. Kalau kamu mau makan saja!" sahut Mosa.Mawar lega akhirnya Andre mau mengambil masakannya. Ternyata Andre memang tidak seangkuh Mosa dan juga ibu mertuanya. Mawar semakin yakin kalau Andre bisa ditaklukkan. Bermodal cantik dan bisa memasak, Mawar bisa mendapatkan Andre.Mawar hanya memperhatikan majikannya menikmati makan malam. Lalu Andre meneruskan mengajak Mosa untuk ke ruang keluarga. Karena rumah itu cukup luas, Mosa juga masih belum mengetahui banyak."Andre, kamu besok kerja atau libur lagi?" tanya Mosa sembari menyenderkan kepalanya di paha Andre. "Aku masuk. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal? Ada ibu juga di sini," balas Andre."Gak masalah. Tapi Bi Imah kapan diajak ke sini?" "Tadi aku sudah menelpon. Katanya mulai besok. Setelah Luki mengantarkan aku ke kantor, nanti Luki menjemput Bi Imah untuk ke sini," jawab Andre."Syukurlah kalau begitu. Aku bisa minta tolong sama Bi
Mawar masih berpikir licik. Ia tidak ingin menuruti kata Mosa malah akan melawannya. Esok harinya, Bi Imah tiba di rumah baru Mosa."Wah, Bi Imah sudah datang. Senang Bi Imah mau bekerja di sini sama kami,'' sambut Mosa."Saya juga senang. Bu Mosa masih ingat sama saya dan memanggil saya untuk bekerja sama Bu Mosa," balas Bi Imah."Ya sudah ayo masuk dulu, Bu!" ajak Mosa.Mawar dari belakang pun memperhatikan Mosa yang begitu akrab dengan pembantu baru di sana. Begitu juga dengan Mina.Meskipun Mina lebih kalem daripada Mosa, tetapi tetap saja bagi Mawar, Mina juga menyebalkan. Mosa mengajak Bi Imah untuk duduk di rumah tamu. Tidak lama kemudian Mawar membawa nampan berisi minuman dan juga makanan kecil."Ayo, Bi Imah dimakan dulu. Jadi ini Mawar, nanti Bi Imah juga membantu di sini. Mawar ini juga masih baru di sini hanya selisih satu hari saja. Tetapi Bi Imah jauh lebih berpengalaman bekerja sama saya dan Andre," jelas Mosa.Mawar pun melemparkan senyum tipis kepada Bi Imah. Lalu
"Sudah, Bi Imah dan Mawar silakan duduk saja di sini!" titah Mina untuk menjadi penengah.Bi Imah yang memang merasa tidak enak akhirnya menurut untuk duduk bersama. Sedangkan Mawar dengan senang hati duduk dan berseberangan dengan Andre.Mosa tidak memperhatikan Mawar. Melihatnya saja malas. Sudah diingatkan untuk pakai baju yang lebih sopan selama di rumah tidak diindahkan. Saat makan malam berlangsung, Mawar mencuri pandang Andre. Beberapa kali Mawar terlihat tersenyum dengan menatap wajah Andre. Hal itu diketahui oleh Mosa."Hey, Mawar! Tolong jaga pandanganmu, ya! Kamu di sini malah memandang suamiku. Rasanya aku risih. Bisa nggak lebih dijaga matanya!" sergah Mosa.Mawar menunduk. Semua mata tertuju pada Mawar."Mosa, kenapa? Kamu yang lebih sabar lah!" tanya Andre."Dre, aku itu bisa melihat matanya Mawar itu memandang kamu dan tersenyum. Kamu nggak sadar hal itu. Sebagai istri aku merasa risih. Sudah aku bilang Mawar ini membuat aku tidak nyaman,'' jawab Mosa."Maaf, Bu Mosa
Roni kembali ke sel nya. Hari ini dia merasa gatal di bagian organ sex nya. "Aduh. Kenapa gatal ya? Perasaan saya aku cuci juga tadi," keluh Roni.Roni terus menggaruk organ itu hingga polisi pun merasa risih melihatnya dan menghampiri Roni."Ada apa denganmu?" tanya polisi."Entah, Pak. Ini saya merasa gatal sekali. Saya mau ke kamar mandi dulu,'' izin Roni.Roni kemudian membersihkan bagian itu. Sudah merasa bersih tetapi masih saja gatal dan merasa makin gatal ketika digaruk dan panas."Aduh kenapa sih ini?'' gerutu Roni. Roni mengira jika kebersihan air di kantor polisi tersebut bermasalah."Pak, bolehkah saya memeriksakan diri? Karena saya merasa ini saya gatal sekali," tanya Roni, ia sungguh tidak tahan dengan rasa gatal itu."Nanti saya tanyakan sama atasan saya dulu. Sebaiknya kamu istirahat saja!" sahut polisi.Menahan rasa gatal, Roni hanya terdiam di sel. Ia menunggu waktu untuk bisa memeriksakan diri ke dokter.Siang harinya tepat pukul sepuluh, Roni dibebaskan, karena da
Sebagai dokter spesialis, tentunya dokter tersebut sudah banyak menemui pasien yang beragam.Memang penyebab utama dari penyakit seksual menular karena banyak berhubungan seksual dengan orang yang berpenyakit. Dan dokter juga menjaga privasi setiap pasiennya.Begitu juga dengan Roni. Dokter menganggap hal tersebut biasa. Karena pernah juga ada yang lebih parah. Sampai akhirnya meninggal karena sudah tertular HIV.Tetapi dalam kasus Roni tidak sampai tertular HIV. Tetapi infeksi. Meskipun demikian jika tidak mendapatkan penanganan yang memadai maka bisa jadi akan lebih parah.Sementara itu, Roni setelah mendapatkan obat dan juga salep, dis tidak ingin pulang karena cukup malu. Mobil yang dijadikan barang bukti pun juga sudah dikembalikan. Tetapi dirinya enggan pulang apalagi mendapatkan musibah yang cukup berat baginya.Untuk bertemu dengan orangtua nya terutama Bapak Roni sangat malu rasanya. Roni kemudian memutuskan untuk sementara tinggal di kota tersebut. Bermodal uang dari Tina ma
Mawar kemudian mulai membersihkan sisa pecahan cangkir itu. Dibantu oleh Bi Imah juga.Andre hanya menghela nafas panjang. Ia tidak mau langsung menegur Mosa saat itu juga karena sama saja dengan mempermalukan Mosa di hadapan orang banyak."Mosa, ikut aku ke kamar, yuk!" ajak Andre.Mosa kemudian hanya menurut saat Andre menggandeng tangannya menuju ke kamar.Saat di kamar, Andre membimbing Mosa untuk duduk menatap wajahnya."Mosa, coba lihat aku!" titah Andre.Mosa kemudian menatap wajah suaminya. "Kenapa?""Mosa. Kamu tidak kasihan sama Mawar? Dia sudah berusaha untuk melayani kami dengan baik sebagai pembantu. Coba kamu lebih berempati kepadanya! Perbuatan yang kamu lakukan tadi itu tidak baik. Kamu tahu itu, kan?" tanya Andre."Aku sudah katakan kalau aku tidak suka sama Mawar, Dre. Wajahnya itu selalu menatap kamu. Bukan aku. Dia sepertinya suka sama kamu. Penampilannya sudah aku nasihati tetapi dia tidak mengindahkan itu. Lebih baik pecat saja dia dari sini! Daripada membuat aku