Mawar kemudian mulai membersihkan sisa pecahan cangkir itu. Dibantu oleh Bi Imah juga.Andre hanya menghela nafas panjang. Ia tidak mau langsung menegur Mosa saat itu juga karena sama saja dengan mempermalukan Mosa di hadapan orang banyak."Mosa, ikut aku ke kamar, yuk!" ajak Andre.Mosa kemudian hanya menurut saat Andre menggandeng tangannya menuju ke kamar.Saat di kamar, Andre membimbing Mosa untuk duduk menatap wajahnya."Mosa, coba lihat aku!" titah Andre.Mosa kemudian menatap wajah suaminya. "Kenapa?""Mosa. Kamu tidak kasihan sama Mawar? Dia sudah berusaha untuk melayani kami dengan baik sebagai pembantu. Coba kamu lebih berempati kepadanya! Perbuatan yang kamu lakukan tadi itu tidak baik. Kamu tahu itu, kan?" tanya Andre."Aku sudah katakan kalau aku tidak suka sama Mawar, Dre. Wajahnya itu selalu menatap kamu. Bukan aku. Dia sepertinya suka sama kamu. Penampilannya sudah aku nasihati tetapi dia tidak mengindahkan itu. Lebih baik pecat saja dia dari sini! Daripada membuat aku
Setengah jam kemudian Mosa dan Andre sudah bersiap untuk berangkat. Semua sudah masuk mobil. Mawar terlihat mengantarkan semuanya sampai ke depan pintu gerbang. Lalu setelah mobil Andre meninggalkan rumah itu, Mawar kemudian menutup pagar dan menuju ke dalam rumah."Mosa itu memang kurang ajar. Sudah dikasih enak rumah bagus dan semua fasilitas lengkap malah memilih pindah. Aku jadi jauh juga sama pujaan hatiku," ucap Mawar.Sementara itu di rumah Andre. Mosa dan semuanya baru saja tiba.Andre terlebih dahulu membuka pintu yang selama ini cukup lama tertutup. "Assalamualaikum," ucap Andre memasuki rumah.Disusul Mosa, Mina dan juga Bi Imah."Wah, tidak ada yang berubah dari rumah ini. Masih sama seperti yang dulu. Hanya ada beberapa barang saja yang nggak ada karena disumbangkan," tutur Mosa lalu duduk di ruang tamu."Iya, Bu. Karena memang itu kan permintaan Ayahnya Pak Andre sendiri. Jadi ya hanya menjalankan wasiat saja," sahut Bi Imah. "Bi Imah juga tahu hal itu?" tanya Mosa."I
"Kamu ternyata orang baik. Saya tidak menyangka. Tolong maafkan anak saya kalau ada salah sama kamu!" pinta Sarni.Andre yang memakai jas rapi dan terlihat memang seorang berkedudukan tinggi tidak menganggap remeh mereka yang ada di depannya. "Saya sudah memaafkan Roni. Dia memang teman saya sejak lama. Lagipula untuk apa menyimpan dendam. Roni mungkin tidak terima kalau Mosa menikah dengan saya. Tetapi mungkin ini semua sudah ada yang mengatur. Alangkah baiknya memang kita sama-sama berdoa untuk kebaikan Roni saja," sahut Andre."Iya, terima kasih banyak. Kalau boleh tahu bagaimana sekarang kabar Mosa? Jujur, saat menjadi menantu saya, saya bukanlah mertua yang baik untuknya," tanya Sarni."Mosa sehat. Dan dia sedang mengandung anak kami. Mohon doanya juga!" sahut Andre.Luki datang menghampiri dengan membawa bingkisan. "Ini, Pak.""Pak, Bu. Ini bisa untuk mengganjal perut Bapak dan Ibu. Mungkin menunggu memang membutuhkan kesabaran. Tetapi alangkah baiknya Bapak dan Ibu makan dulu!
Sarni paham kalau saat ini dirinya memang bersalah. Selama ini bukan malah membimbing Roni ke jalan yang benar tetapi malah menjerumuskan. Roni juga selalu menurut apa katanya. Apalagi terakhir malah menyarankan untuk mendekati perempuan kaya agar tidak susah mencari uang.Tetapi yang didapat adalah Roni terjerumus ke lubang yang sangat dalam. Roni terserang penyakit seksual dan kini Roni juga terbaring kritis di rumah sakit karena mobilnya dibegal oleh preman dengan sangat keji.Kini Sarni hanya bisa tertunduk. Kalau saja Sarni menyarankan untuk bekerja dengan baik tentu kejadiannya akan tidak seperti ini. Tetapi semua sudah terlanjur. Ibarat kata nasi sudah menjadi bubur. Sarni juga hanya bisa menyesali perbuatannya. Anak semata wayangnya sedang kritis dan entah kapan akan bisa bangun. Kemungkinan adalah 50%. Kini hanya bisa mendoakan dan mencoba menata hidup menjadi lebih baik lagi.Di kantor Andre. "Dre, bagaimana keadaan rumah ibu mertuamu yang kebakaran itu?" tanya Bos Andre.
"Nantinya aku akan mengasuh dan mendidik anakku sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau mungkin di zaman ibu dulu, memberikan Makanan pendamping ASI, nantinya aku ingin memberikan itu kepada anakku jika sudah berusia enam bulan. Anggapan kalau anak menangis karena lapar tidak harus kemudian diberikan makanan sebelum enam bulan. Bisa jadi karena popoknya penuh atau dia menginginkan hal lain," jawab Mosa."Ya, terserah kamu saja. Memang ibu sudah berpengalaman. Tetapi benar apa katamu kalau setiap zaman itu ilmu pengetahuan makin berkembang," sahut Mina. "Iya, Bu. Miris sekali ketika orangtua atau mertua yang merasa paling benar kemudian tetap menerapkan cara yang salah saat mengasuh anak. Pemberian makanan pendamping ASI itu yang paling populer. Juga cara menggedong. Di artikel ini disebutkan ada metode menggedong bayi yaitu M shape dan itu bisa diterapkan sejak bayi baru lahir. Kalau ada anggapan nantinya si anak akan jalan ngangkang itu tidak benar. Jadi metode ini justru membantu b
Sepulang dari rumah sakit, Mosa pulang dan ingin makan sesuatu. "Dre, boleh nggak aku mau makan sesuatu? Kamu balik ke kantor lagi nggak?" tanya Mosa."Sebutkan saja! Kalau bisa mudah pasti cepat. Tetapi kalau sulit ya mungkin nanti aku akan usahakan. Dan aku sudah pulang, besok lagi ke kantornya," jawab Andre santai."Aku mau makan jagung bakar," jawab Mosa."Ohh, jagung bakar. Gampang, ya sudah aku pesankan dulu, ya?" "Enggak. Aku maunya beli dan langsung makan di tempat," jawab Mosa.Andre berfikir sejenak. Dimana tempat yang menjual jagung bakar yang masih sore begini."Kamu tahu dimana?'' tanyanya."Tahu.""Dimana?" tanya Andre penasaran."Di kota saat kita bulan madu dulu itu," jawab Mosa."Ohh, di sana. Kamu memang nggak apa-apa?"Mosa mengernyitkan keningnya, "Memangnya kenapa dengan aku?" "Mungkin kamu capek atau butuh selonjoran?""Enggak. Aku pengen ke sana. Makan jagung bakar langsung di tempatnya sepertinya nikmat banget," jawab Mosa sembari membayangkan makan jagung
"Dre, boleh nggak kalau aku ke sekolah senin besok? Aku ingin berkunjung aja. Mereka juga sudah meluangkan waktu berdoa untukku," tanya Mosa."Iya, boleh. Tapi bagaimana, ya? Aku tidak bisa mengantarkan kamu," sahut Andre bingung."Kan ada Luki. Kan di sekolah juga banyak orang. Aku juga bisa pulang sendiri kok," balas Mosa.Mengingat begitu banyak ancaman yang bisa saja mengganggu keluarganya rasanya Andre berat kalau membiarkan Mosa keluar sendiri. Apalagi dalang dari kecelakaan mereka juga belum ditemukan. Andre takut kalau masih mengawasi keluarganya dan bisa saja mencelakai keluarganya lagi."Mungkin lain kali, ya? Nanti kalau di kantor agak senggang, aku akan antar kamu, tetapi tidak senin besok. Nggak apa-apa, kan?" Raut wajah Mosa berubah kecewa. "Ya sudah, nggak apa-apa," sahutnya. "Aku nggak tega saja kalau melepas kamu sendirian. Aku harap kamu mengerti itu, ya?" Andre mencoba memberikan pengertian. "Iya, ya sudah kita pulang, yuk! Jagung bakarnya sudah habis nih. Oh ya,
"Iya, masih, Bu.""Sepertinya perasaanku tidak enak. Pak Luki, tolong antar saya masuk ke dalam!" pinta Mosa."Baik, Bu."Memasuki rumah mewah tersebut, Luki membuka pintu. Mosa berada di belakang Luki.Mosa sangat terkejut pemandangan yang sangat tidak bisa dibiarkan, Mawar sedang menjilati tubuh suaminya. "Mawar!" teriak Mosa.Mawar yang sama sekali tidak menyadari kedatangan Mosa dan juga yang lain juga terkejut. Dirinya sama sekali tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Begitu juga dengan Andre.Namun Andre terpejam matanya, tidak bergerak meskipun Mawar ada di atas tubuh Andre.Dengan segera Mosa melangkah ke arah Mawar dan Andre dan langsung mendorong tubuh Mawar dengan kuat hingga Mawar terjatuh. "Aduh, sakit," keluh Mawar. Lalu dia segera meraih pakaian yang sempat dilepaskannya. Mosa juga menutupi tubuh suaminya dengan pakaiannya.''Sakit kamu bilang? Wanita jalang kamu memang, Mawar! Wanita pelacur kamu! Wanita gila kamu!" Berkali-kali Mosa mengatai Mawar.Mawar juga seles
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel