"Kamu ternyata orang baik. Saya tidak menyangka. Tolong maafkan anak saya kalau ada salah sama kamu!" pinta Sarni.Andre yang memakai jas rapi dan terlihat memang seorang berkedudukan tinggi tidak menganggap remeh mereka yang ada di depannya. "Saya sudah memaafkan Roni. Dia memang teman saya sejak lama. Lagipula untuk apa menyimpan dendam. Roni mungkin tidak terima kalau Mosa menikah dengan saya. Tetapi mungkin ini semua sudah ada yang mengatur. Alangkah baiknya memang kita sama-sama berdoa untuk kebaikan Roni saja," sahut Andre."Iya, terima kasih banyak. Kalau boleh tahu bagaimana sekarang kabar Mosa? Jujur, saat menjadi menantu saya, saya bukanlah mertua yang baik untuknya," tanya Sarni."Mosa sehat. Dan dia sedang mengandung anak kami. Mohon doanya juga!" sahut Andre.Luki datang menghampiri dengan membawa bingkisan. "Ini, Pak.""Pak, Bu. Ini bisa untuk mengganjal perut Bapak dan Ibu. Mungkin menunggu memang membutuhkan kesabaran. Tetapi alangkah baiknya Bapak dan Ibu makan dulu!
Sarni paham kalau saat ini dirinya memang bersalah. Selama ini bukan malah membimbing Roni ke jalan yang benar tetapi malah menjerumuskan. Roni juga selalu menurut apa katanya. Apalagi terakhir malah menyarankan untuk mendekati perempuan kaya agar tidak susah mencari uang.Tetapi yang didapat adalah Roni terjerumus ke lubang yang sangat dalam. Roni terserang penyakit seksual dan kini Roni juga terbaring kritis di rumah sakit karena mobilnya dibegal oleh preman dengan sangat keji.Kini Sarni hanya bisa tertunduk. Kalau saja Sarni menyarankan untuk bekerja dengan baik tentu kejadiannya akan tidak seperti ini. Tetapi semua sudah terlanjur. Ibarat kata nasi sudah menjadi bubur. Sarni juga hanya bisa menyesali perbuatannya. Anak semata wayangnya sedang kritis dan entah kapan akan bisa bangun. Kemungkinan adalah 50%. Kini hanya bisa mendoakan dan mencoba menata hidup menjadi lebih baik lagi.Di kantor Andre. "Dre, bagaimana keadaan rumah ibu mertuamu yang kebakaran itu?" tanya Bos Andre.
"Nantinya aku akan mengasuh dan mendidik anakku sesuai dengan perkembangan zaman. Kalau mungkin di zaman ibu dulu, memberikan Makanan pendamping ASI, nantinya aku ingin memberikan itu kepada anakku jika sudah berusia enam bulan. Anggapan kalau anak menangis karena lapar tidak harus kemudian diberikan makanan sebelum enam bulan. Bisa jadi karena popoknya penuh atau dia menginginkan hal lain," jawab Mosa."Ya, terserah kamu saja. Memang ibu sudah berpengalaman. Tetapi benar apa katamu kalau setiap zaman itu ilmu pengetahuan makin berkembang," sahut Mina. "Iya, Bu. Miris sekali ketika orangtua atau mertua yang merasa paling benar kemudian tetap menerapkan cara yang salah saat mengasuh anak. Pemberian makanan pendamping ASI itu yang paling populer. Juga cara menggedong. Di artikel ini disebutkan ada metode menggedong bayi yaitu M shape dan itu bisa diterapkan sejak bayi baru lahir. Kalau ada anggapan nantinya si anak akan jalan ngangkang itu tidak benar. Jadi metode ini justru membantu b
Sepulang dari rumah sakit, Mosa pulang dan ingin makan sesuatu. "Dre, boleh nggak aku mau makan sesuatu? Kamu balik ke kantor lagi nggak?" tanya Mosa."Sebutkan saja! Kalau bisa mudah pasti cepat. Tetapi kalau sulit ya mungkin nanti aku akan usahakan. Dan aku sudah pulang, besok lagi ke kantornya," jawab Andre santai."Aku mau makan jagung bakar," jawab Mosa."Ohh, jagung bakar. Gampang, ya sudah aku pesankan dulu, ya?" "Enggak. Aku maunya beli dan langsung makan di tempat," jawab Mosa.Andre berfikir sejenak. Dimana tempat yang menjual jagung bakar yang masih sore begini."Kamu tahu dimana?'' tanyanya."Tahu.""Dimana?" tanya Andre penasaran."Di kota saat kita bulan madu dulu itu," jawab Mosa."Ohh, di sana. Kamu memang nggak apa-apa?"Mosa mengernyitkan keningnya, "Memangnya kenapa dengan aku?" "Mungkin kamu capek atau butuh selonjoran?""Enggak. Aku pengen ke sana. Makan jagung bakar langsung di tempatnya sepertinya nikmat banget," jawab Mosa sembari membayangkan makan jagung
"Dre, boleh nggak kalau aku ke sekolah senin besok? Aku ingin berkunjung aja. Mereka juga sudah meluangkan waktu berdoa untukku," tanya Mosa."Iya, boleh. Tapi bagaimana, ya? Aku tidak bisa mengantarkan kamu," sahut Andre bingung."Kan ada Luki. Kan di sekolah juga banyak orang. Aku juga bisa pulang sendiri kok," balas Mosa.Mengingat begitu banyak ancaman yang bisa saja mengganggu keluarganya rasanya Andre berat kalau membiarkan Mosa keluar sendiri. Apalagi dalang dari kecelakaan mereka juga belum ditemukan. Andre takut kalau masih mengawasi keluarganya dan bisa saja mencelakai keluarganya lagi."Mungkin lain kali, ya? Nanti kalau di kantor agak senggang, aku akan antar kamu, tetapi tidak senin besok. Nggak apa-apa, kan?" Raut wajah Mosa berubah kecewa. "Ya sudah, nggak apa-apa," sahutnya. "Aku nggak tega saja kalau melepas kamu sendirian. Aku harap kamu mengerti itu, ya?" Andre mencoba memberikan pengertian. "Iya, ya sudah kita pulang, yuk! Jagung bakarnya sudah habis nih. Oh ya,
"Iya, masih, Bu.""Sepertinya perasaanku tidak enak. Pak Luki, tolong antar saya masuk ke dalam!" pinta Mosa."Baik, Bu."Memasuki rumah mewah tersebut, Luki membuka pintu. Mosa berada di belakang Luki.Mosa sangat terkejut pemandangan yang sangat tidak bisa dibiarkan, Mawar sedang menjilati tubuh suaminya. "Mawar!" teriak Mosa.Mawar yang sama sekali tidak menyadari kedatangan Mosa dan juga yang lain juga terkejut. Dirinya sama sekali tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Begitu juga dengan Andre.Namun Andre terpejam matanya, tidak bergerak meskipun Mawar ada di atas tubuh Andre.Dengan segera Mosa melangkah ke arah Mawar dan Andre dan langsung mendorong tubuh Mawar dengan kuat hingga Mawar terjatuh. "Aduh, sakit," keluh Mawar. Lalu dia segera meraih pakaian yang sempat dilepaskannya. Mosa juga menutupi tubuh suaminya dengan pakaiannya.''Sakit kamu bilang? Wanita jalang kamu memang, Mawar! Wanita pelacur kamu! Wanita gila kamu!" Berkali-kali Mosa mengatai Mawar.Mawar juga seles
"Kita sekarang di rumah sakit. Aku yang membawa kamu ke sini. Kamu tadi minum apa yang diberikan Mawar? Sudah aku katakan, jangan minum apapun yang diberikan Mawar. Dia itu bukan perempuan baik-baik. Kamu masih saja ngeyel. Ini kan akibatnya. Kamu diberikan obat tidur sama dia," cerocos Mosa."Dia kasih aku obat tidur?" tanya Andre."Iya. Sudah lebih dari lima jam kamu tidur. Karena kamu tidak mengindahkan kata-kataku. Jangan makan atau minum apapun yang Mawar berikan. Ini kan akibatnya, dia sekarang membiarkan dia menikmati tubuhmu. Mungkin saja kamu tidur tadi tapi dia dengan sangat leluasa menggerayangi tubuhmu tepat di hadapanku. Aku sangat jijik melihat mu," sahut Mosa. "Benarkah itu, Mosa?" "Dari tadi kamu nggak percaya? Aku sudah katakan dan semuanya itu benar. Dari tadi aku sama sekali tidak menyentuhmu, sebelum kamu mandi untuk membersihkan dirimu. Aku benar-benar merasa jijik dekat sama kamu," jelas Mosa yang tiada henti berbicara.Andre yang masih pusing menghela napas. M
"Maafkan saya, Bu. Kalau bukan karena saya mungkin ini tidak akan terjadi,'' sesal Andre lalu menangis tersedu di hadapan Mina."Ya Tuhan. Cobaan terus ada di kehidupan kalian. Belum juga tadi Mawar, sekarang Mosa kehilangan janinnya. Apa dia sudah tahu hal ini?" tanya Mina."Belum, Bu. Sejak tadi dia Belum sadarkan diri. Sampai sekarang, mungkin dia sedang diberi obat bius," jawab Andre terisak."Kamu yang sabar, ya! Mungkin ini cobaan untuk kalian. Semoga setelah ini Mosa bisa segera pulih dan meminta kembali pada Tuhan agar segera diberikan pengganti,'' tutur Mina.Sesungguhnya Mina juga sedih dan hatinya tidak karuan. Mendengar putrinya baru saja kehilangan janinnya. Anak yang sudah ditunggu kehadirannya di dunia, tetapi justru sudah memilih untuk meninggalkan dunia terlebih dahulu.Perih yang dirasakan oleh Mina. Karena tahu nantinya Mosa juga pasti akan sangat terpukul. Cobaan bertubi-tubi menyerang anak dan menantunya. Saat ini masih menunggu dokter untuk selesai proses kureta