Mina mengusap tangan Mosa yang tidak percaya dengan keadaan yang sedang menimpanya. Sedangkan Andre masih di samping Mosa tanpa mengatakan sepatah kata pun."Semua benar terjadi, Mosa. Kamu sudah di kuret. Dan sudah tidak ada janin di dalam perutmu. Itu terjadi karena kamu terlalu stres. Dan kamu juga belum makan. Sehingga janinmu jadi lemah. Dan akhirnya gugur," jelas Mosa menoleh ke arah Andre di ada di sampingnya. "Ini semua gara-gara kamu, Dre. Coba saja kamu dengarkan perkataan ku untuk tidak minum pemberian Mawar. Pasti ini tidak akan terjadi. Dan aku masih bersama anakku. Ini semua gara-gara kamu. Aaaaahhhh." Mosa berteriak.Sampai seorang perawat datang menghampiri mereka. "Ada apa, Bu?" "Sabar, Mosa! Ini semua sudah kehendak yang kuasa. Kamu tahu kan hidup dan mati itu sudah ada yang mengatur. Jadi kamu tidak boleh seperti itu. Apalagi menyalahkan suami mu. Dia juga sangat kehilangan. Sama seperti kamu,'' Mina memberikan nasihat."Tapi, Bu. Kalau saja Andre tidak minum pe
Satu bulan kemudian.Roni sudah mulai sadar sejak kemarin. Tetapi kondisinya masih cukup lemah, karena luka di dalam yang masih cukup parah. Meskipun begitu Roni dalam penjagaan polisi. Karno dan Sarni pun juga masih menunggu di sana. Cukup lelah sudah mereka menunggu Roni. Kekhawatiran mereka juga karena sebentar lagi jika Roni sudah boleh pulang tidak bisa pulang ke rumah melainkan ke kantor polisi lagi.Dokter pun sudah menyampaikan jika Roni sudah bisa diajak berkomunikasi. Meskipun masih sepatah atau dua patah kata. Namun dokter juga menekankan agar tidak terlalu menekan Roni untuk menjawab pertanyaan yang sekiranya bisa membuat drop Roni.Sehingga polisi pun juga menunggu waktu yang tepat untuk mencerca banyak pertanyaan kepada Roni.Saat itu Karno diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Roni dengan tanpa polisi. Karno dan Roni berbicara empat mata.Roni nampak kurus dan terlihat lemah. Beberapa alat masih terpasang di tubuh Roni itu.''Ron, syukurlah kamu sudah sadar. Bagaim
Roni terdiam sejenak. "Memang ada yang menyuruh saya. Tetapi saya takut mengatakannya. Karena hanya saya yang tahu. Saya keluarga saya akan menjadi korban selanjutnya. Karena dia terlalu kejam dan memiliki ide yang sangat tidak masuk akal," jawabnya."Katakan saja, Pak! Kami akan melindungi keluarga Pak Roni. Setiap pengakuan pasti akan dilindungi. Kalau Pak Roni merahasiakan bagaimana dia akan bebas di luar sana? Pasti akan banyak korban lagi. Katakan saja! Nanti pihak kami akan memproses," sahut polisi.Roni masih merasa ragu dengan jawaban polisi. Waktu itu saja Hendra dengan mudah membebaskan dirinya. Lalu dengan bebas juga membuat kesimpulan jika Roni tidak bersalah. Apakah nanti Hendra benar bisa ditangkap oleh polisi? Bagaimana kalau tidak? Pasti keluarganya yang akan menjadi korban."Saya masih belum bisa mengatakan, Pak. Saya takut keluarga saya yang jadi korban kalau saya sampai mengatakan,'' ucap Roni."Pihak kami akan menjamin keselamatan keluarga Pak Roni. Jadi tolong jaw
Luki sebelumnya sudah menyampaikan permasalahan Mosa kepada sang ustad. Sehingga ustad tersebut pun sudah menyiapkan pencerahan kepada Mosa.Ustad tersebut awalnya melihat secara sekilas mata Mosa. Dia melihat jika kesedihan mendalam yang dialami Mosa.Kemudian sang ustad mulai untuk mematikan ceramah. Bersamaan dengan itu juga ada Andre, Mina dan juga Bi Imah. "Bu Mosa. Apa yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Kita bisa hidup, kita juga bisa mati. Tetapi kapannya itu yang dirahasiakan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa pasrah atas takdir Tuhan tersebut. Mungkin saat ini anak yang sudah berpulang terlebih dahulu. Atau kita sendiri besoknya yang berpulang. Tidak baik rasanya kita terlalu bersedih. Bukankah Tuhan juga tidak menyukai sesuatu yang berlebihan? Seperti api, kalau sedikit bisa bermanfaat untuk memasak, tetapi kalau banyak dan besar bisa menghanguskan segalanya," tutur ustad.Mosa mulai memahami perkataan ustad. Seperti rumahnya yang terbakar waktu itu."Ada ju
Setelah pesanan datang. Mosa mencium aroma sate yang masih mengepul. Perlahan Mosa mulai menikmati sate yang ada di hadapannya. "Bagaimana, enak?" tanya Andre."Enak banget," jawab Mosa.Andre membiarkan istrinya menikmati sate itu. Seharian tadi belum makan apapun. Baru kali ini setelah satu bulan Andre melihat istrinya begitu menikmati makanan dengan antusias. Andre seperti melihat Mosa yang lama kembali muncul. Andre tidak ingin bertanya apapun. Yang jelas melihat Mosa sudah kembali rasanya sudah bahagia. "Enak sekali makan di sini. Rasanya sudah sangat lama aku nggak makan di pinggir jalan begini," ucap Mosa setelah selesai makan satenya."Kalau kamu mau nanti satu minggu sekali kita bisa makan di sini atau menikmati udara malam begini," sahut Andre."Iya. Aku mau. Aku sudah mengikhlaskan anak kita. Rasanya mendengarkan ceramah Ustadz tadi begitu lebih parah dari aku. Tetapi dia bisa tegar dan jauh lebih baik. Aku ingin aku ikhlas dan mendoakan yang terbaik untuk anak kita. Sem
Sore hari ketika jatah makan Roni tiba. Seorang anak buah Hendra pun mengantarkan itu."Makan ini! Agar kamu tidak mati konyol," ucap seorang laki-laki bertubuh kekar."Kenapa tidak bebaskan aku saja? Aku ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhnya sakit semuanya," tanya Roni lirih sembari menahan sakit di bagian dada dan kemaluannya. "Kamu masih punya mulut untuk bicara. Kalau kamu mau. Kamu bisa saja mengancam keselamatan bos kami. Sehingga kamu perlu diamankan agar tidak sampai mulut kamu bocor," jawab anak buah Hendra."Aku berjanji tidak akan mengatakannya. Jadi tolong lepaskan aku! Kasihan orang tuaku yang saat ini pasti sedang mencari ku. Tolong!" pinta Roni memelas."Tidak. Kamu makan saja apa yang ada. Yang kelas aku tidak akan melepaskanmu. Mengerti kamu?""Tolong bilang sama Hendra lepaskan aku! Aku sangat kesakitan saat ini," pinta Roni kembali."Itu salah kamu sendiri. Kamu kan sudah diminta bos untuk hanya bergerak sesuai perintahnya. Tetapi kamu malah bermain p
"Terima kasih, Om. Tetapi kemarin waktu saya bertemu Hendra katanya Om dan Hendra ke makam ayah karena tidak sempat ke rumah,"sahut Andre.Ayah Hendra mengernyitkan keningnya. "Tidak. Om juga tidak ke makam ayahmu. Dimana makam ayahmu, Om juga tidak tahu,'' balas ayah Hendra."Berarti Hendra sudah berbohong. Tetapi kenapa Hendra meninggalkan rumah, Om? Kemarin Hendra juga terlihat menggunakan motor," tanya Andre penasaran."Entah bagaimana Hendra sekarang. Sebenarnya kan Om memang tidak setuju kalau Hendra turun jadi pengacara. Maunya Om, dia itu ke perusahaan Om saja. Agar nantinya dia yang akan meneruskan perusahaan. Paling tidak saat ini belajar dulu. Tetapi dia menolak, dan ingin jadi pengacara. Om bilang saja kalau perusahaan dan semua aset nantinya akan turun ke kamu. Terus dia marah dan pergi dari rumah," jelas Ayah Hendra.Andre jadi berpikir, kalau kemarin Hendra ragu saat mengatakan boleh berkunjung ke rumahnya. Ternyata hal itu yang sedang terjadi. "Tapi apa Om serius aka
Petugas tadi pun tidak berani memegang yang diduga mayat tersebut. Mereka kemudian menghubungi kepolisian untuk bisa membawanya dari sana.Beberapa saat kemudian polisi pun datang bersama dengan ambulan. Di tempat pembuangan sampah tersebut sudah dikerumuni oleh banyak orang. Seorang petugas rumah sakit tersebut kemudian memastikan keadaan yang diduga mayat. "Pak, dia masih hidup," ucap petugas rumah sakit.Ucapan tersebut lantas membuat orang-orang yang ada di sana terkejut. Orang yang sudah berbau busuk itu masih hidup. Petugas rumah sakit memastikan masih hidup dari denyut nadi di pergelangan tangan serta nafas yang masih berhembus meskipun begitu lemah.Polisi memerintahkan untuk segera membawa Roni ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit Roni langsung ditangani oleh tenaga medis. Serta polisi berkoordinasi dengan anggota yang lain untuk menghubungi keluarganya.Beberapa jam kemudian polisi berhasil mendapatkan informasi Roni. Roni memang sedang dicari oleh polisi. Namun, Roni
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel