Sore hari ketika jatah makan Roni tiba. Seorang anak buah Hendra pun mengantarkan itu."Makan ini! Agar kamu tidak mati konyol," ucap seorang laki-laki bertubuh kekar."Kenapa tidak bebaskan aku saja? Aku ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhnya sakit semuanya," tanya Roni lirih sembari menahan sakit di bagian dada dan kemaluannya. "Kamu masih punya mulut untuk bicara. Kalau kamu mau. Kamu bisa saja mengancam keselamatan bos kami. Sehingga kamu perlu diamankan agar tidak sampai mulut kamu bocor," jawab anak buah Hendra."Aku berjanji tidak akan mengatakannya. Jadi tolong lepaskan aku! Kasihan orang tuaku yang saat ini pasti sedang mencari ku. Tolong!" pinta Roni memelas."Tidak. Kamu makan saja apa yang ada. Yang kelas aku tidak akan melepaskanmu. Mengerti kamu?""Tolong bilang sama Hendra lepaskan aku! Aku sangat kesakitan saat ini," pinta Roni kembali."Itu salah kamu sendiri. Kamu kan sudah diminta bos untuk hanya bergerak sesuai perintahnya. Tetapi kamu malah bermain p
"Terima kasih, Om. Tetapi kemarin waktu saya bertemu Hendra katanya Om dan Hendra ke makam ayah karena tidak sempat ke rumah,"sahut Andre.Ayah Hendra mengernyitkan keningnya. "Tidak. Om juga tidak ke makam ayahmu. Dimana makam ayahmu, Om juga tidak tahu,'' balas ayah Hendra."Berarti Hendra sudah berbohong. Tetapi kenapa Hendra meninggalkan rumah, Om? Kemarin Hendra juga terlihat menggunakan motor," tanya Andre penasaran."Entah bagaimana Hendra sekarang. Sebenarnya kan Om memang tidak setuju kalau Hendra turun jadi pengacara. Maunya Om, dia itu ke perusahaan Om saja. Agar nantinya dia yang akan meneruskan perusahaan. Paling tidak saat ini belajar dulu. Tetapi dia menolak, dan ingin jadi pengacara. Om bilang saja kalau perusahaan dan semua aset nantinya akan turun ke kamu. Terus dia marah dan pergi dari rumah," jelas Ayah Hendra.Andre jadi berpikir, kalau kemarin Hendra ragu saat mengatakan boleh berkunjung ke rumahnya. Ternyata hal itu yang sedang terjadi. "Tapi apa Om serius aka
Petugas tadi pun tidak berani memegang yang diduga mayat tersebut. Mereka kemudian menghubungi kepolisian untuk bisa membawanya dari sana.Beberapa saat kemudian polisi pun datang bersama dengan ambulan. Di tempat pembuangan sampah tersebut sudah dikerumuni oleh banyak orang. Seorang petugas rumah sakit tersebut kemudian memastikan keadaan yang diduga mayat. "Pak, dia masih hidup," ucap petugas rumah sakit.Ucapan tersebut lantas membuat orang-orang yang ada di sana terkejut. Orang yang sudah berbau busuk itu masih hidup. Petugas rumah sakit memastikan masih hidup dari denyut nadi di pergelangan tangan serta nafas yang masih berhembus meskipun begitu lemah.Polisi memerintahkan untuk segera membawa Roni ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit Roni langsung ditangani oleh tenaga medis. Serta polisi berkoordinasi dengan anggota yang lain untuk menghubungi keluarganya.Beberapa jam kemudian polisi berhasil mendapatkan informasi Roni. Roni memang sedang dicari oleh polisi. Namun, Roni
Mata sayu Roni mengisyaratkan jika dia sedang mendengar Roni."Ron. Aku sedang mencari siapa yang sebenarnya menyuruh kamu untuk membuat aku kehilangan ayahku. Dan juga yang membuat kamu seperti ini. Apakah itu Hendra?" tanya Andre.Pandangan Roni masih sama."Ron, kalau memang iya Hendra tolong kamu kedipkan matamu dua kali! Kalau tidak kamu jangan mengedipkan mata! Coba lihat foto ini? Apakah Hendra ini?" titah Andre. Lalu dia memperhatikan mata Roni.Roni kemudian mengedipkan matanya dua kali."Jadi benar, Hendra adalah dalang dari semua ini?" tanya Andre kembali.Roni mengedipkan matanya dua kali."Oke, cukup. Kamu pulihkan dulu keadaan kamu, Ron! Aku akan mencari keberadaan Hendra. Sudah banyak kejahatan yang Hendra lakukan," tutur Andre.Benar dugaan Andre sebelumnya jika perbuatan yang Hendra lakukan adalah karena salah paham. Namun Hendra cukup temperamental, hingga tidak memikirkan kembali apa akibatnya. Andre berniat segera menemukan Hendra agar bisa menyelesaikan masalah d
Andre kemudian mengajak Mosa untuk pulang. "Dre, boleh nggak kita ke makam ayah? Aku mau cerita sama ayah," tanya Andre."Boleh. Tapi tidak sekarang, ya? Ini kan sudah mau malam. Nggak mungkin kita ke sana sekarang. Nanti saja kalau akhir pekan kita ke sana. Aku akan antar kamu," jawab Andre."Oh, ya sudah. Terima kasih, ya. Aku juga sangat bersyukur aku bisa hamil lagi secepat ini. Benar-benar di luar dugaan. Langsung dua lagi. Bagaimana kalau kita mengadakan pengajian atau syukuran kecil-kecilan gitu. Ya untuk keselamatan bayi kita ini dan juga untuk orang tua kamu," usul Mosa."Iya, ide bagus. Ya sudah nanti kita pikirkan untuk itu, ya?" sahut Andre.Andre lantas mengajak Mosa untuk ke sebuah cafe. "Loh, kok kita ke sini? Bukannya langsung pulang," tanya Mosa."Iya. Aku ingin mengajak kamu makan berdua. Aku sangat bersyukur sekali memiliki kamu," jawab Andre."Baru juga nggak lama kita makan sate di pinggir jalan,'' sahut Mosa."Iya. Tetapi di momen kali ini aku benar-benar ingin
Keesokan harinya Mosa ingin jalan-jalan di sekitar rumahnya. Dia juga sudah mendapatkan izin dari Andre untuk bisa jalan-jalan dengan Mina. "Bu, itu ada orang jual bunga. Kita lihat ke sana, yuk!" ajak Mosa.Beberapa bunga terpajang di pinggir jalan. Mulai dari bunga mawar, kenanga, melati dan lain sebagainya. Mosa tertarik untuk memiliki salah satunya."Bu, aku mau bunga kenanga ini. Kira-kira susah nggak ya menanamnya?" tanya Mosa. ''Tidak kok. Bunga kenanga ini mudah. Hanya perlu disiram saja sekali sehari terus diletakkan di depan rumah nanti akan tumbuh sendiri," jawab penjual bunga."Oh gitu, ya? Saya mau satu, ya?" sahut Mosa.Setelah membayar Mosa pun pulang dengan membawa satu pot bunga kenanga. Sesampainya di rumah Mosa meletakkan di teras rumahnya bersama dengan bunga yang lain."Loh, Bu Mosa baru beli bunga, ya?'' tanya Bi Imah yang kebetulan menyiram bunga di depan rumahnya. "Iya nih, Bi. Sepertinya menarik dan kata yang jual juga gampang. Aku mau punya bunga kenanga.
"Kami juga berusaha semaksimal mungkin, Pak. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lagi," balas polisi.''Saya percaya kepada polisi. Karena polisi selalu menjadi pengayom masyarakat. Kalau begitu saya permisi dulu, Pak," pamit Andre."Terima kasih banyak, Pak."Enam bulan kemudian, Andre mengajak Mosa ke suatu tempat. Dimana kini kandungan Mosa sudah semakin terlihat besar. Andre mengajak Mosa ke sebuah resort yang cukup jauh dari keramaian kota. Dimana di sana tersedia fasilitas yang memadai. Dari pemandangan pantai yang eksotis serta alam yang masih asri pun ada di sana.Mosa dengan senang hati menikmati udara nan sejuk di sana. Apalagi kini dia juga sudah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu dari bayi kembarnya.Menurut dokter paling cepat satu bulan lagi atau juga tiga bulan lagi. Semua tergantung dari bayi yang ada di dalam perut. "Dre, aku senang kamu mau mengajak aku ke sini. Kita akan menginap berapa lama di sini?" tanya Mosa."Tiga hari dua malam. Aku se
"Aku juga sangat mencintaimu. Oleh karena itu aku ingin terus bisa membahagiakan kamu, Mosa. Dan juga anak-anak kita nanti. Aku ingin mereka besar dan tumbuh dalam keluarga yang saling mencintai. Sehingga mereka tidak akan kekurangan kasih sayang dan tidak perlu juga mencari kasih sayang di luar sana," sahut Andre menatap wajah Mosa."Aku akan berusaha seperti itu. Sebagai istri dan calon ibu tentu tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadi ibu dan istri yang baik," sahut Mosa.Menikmati malam yang indah, mereka merebahkan diri di atas ranjang. Memandang langit dengan hamparan bintang. Mereka hanya merasa jika sedang berbulan madu untuk kesekian kalinya. Karena setiap waktu bagi mereka adalah kesempatan emas. Mosa pun merasakan betapa senangnya bisa tidur di sana. Saat malam hari, Mosa merasa risih karena hampir tidak bisa tidur lagi saat terbangun. "Dre, bangun dong!" Mosa mengoyak tubuh Andre."Ada apa?" tanya Andre masih mengant
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel