Luki sebelumnya sudah menyampaikan permasalahan Mosa kepada sang ustad. Sehingga ustad tersebut pun sudah menyiapkan pencerahan kepada Mosa.Ustad tersebut awalnya melihat secara sekilas mata Mosa. Dia melihat jika kesedihan mendalam yang dialami Mosa.Kemudian sang ustad mulai untuk mematikan ceramah. Bersamaan dengan itu juga ada Andre, Mina dan juga Bi Imah. "Bu Mosa. Apa yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Kita bisa hidup, kita juga bisa mati. Tetapi kapannya itu yang dirahasiakan oleh Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa pasrah atas takdir Tuhan tersebut. Mungkin saat ini anak yang sudah berpulang terlebih dahulu. Atau kita sendiri besoknya yang berpulang. Tidak baik rasanya kita terlalu bersedih. Bukankah Tuhan juga tidak menyukai sesuatu yang berlebihan? Seperti api, kalau sedikit bisa bermanfaat untuk memasak, tetapi kalau banyak dan besar bisa menghanguskan segalanya," tutur ustad.Mosa mulai memahami perkataan ustad. Seperti rumahnya yang terbakar waktu itu."Ada ju
Setelah pesanan datang. Mosa mencium aroma sate yang masih mengepul. Perlahan Mosa mulai menikmati sate yang ada di hadapannya. "Bagaimana, enak?" tanya Andre."Enak banget," jawab Mosa.Andre membiarkan istrinya menikmati sate itu. Seharian tadi belum makan apapun. Baru kali ini setelah satu bulan Andre melihat istrinya begitu menikmati makanan dengan antusias. Andre seperti melihat Mosa yang lama kembali muncul. Andre tidak ingin bertanya apapun. Yang jelas melihat Mosa sudah kembali rasanya sudah bahagia. "Enak sekali makan di sini. Rasanya sudah sangat lama aku nggak makan di pinggir jalan begini," ucap Mosa setelah selesai makan satenya."Kalau kamu mau nanti satu minggu sekali kita bisa makan di sini atau menikmati udara malam begini," sahut Andre."Iya. Aku mau. Aku sudah mengikhlaskan anak kita. Rasanya mendengarkan ceramah Ustadz tadi begitu lebih parah dari aku. Tetapi dia bisa tegar dan jauh lebih baik. Aku ingin aku ikhlas dan mendoakan yang terbaik untuk anak kita. Sem
Sore hari ketika jatah makan Roni tiba. Seorang anak buah Hendra pun mengantarkan itu."Makan ini! Agar kamu tidak mati konyol," ucap seorang laki-laki bertubuh kekar."Kenapa tidak bebaskan aku saja? Aku ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tubuhnya sakit semuanya," tanya Roni lirih sembari menahan sakit di bagian dada dan kemaluannya. "Kamu masih punya mulut untuk bicara. Kalau kamu mau. Kamu bisa saja mengancam keselamatan bos kami. Sehingga kamu perlu diamankan agar tidak sampai mulut kamu bocor," jawab anak buah Hendra."Aku berjanji tidak akan mengatakannya. Jadi tolong lepaskan aku! Kasihan orang tuaku yang saat ini pasti sedang mencari ku. Tolong!" pinta Roni memelas."Tidak. Kamu makan saja apa yang ada. Yang kelas aku tidak akan melepaskanmu. Mengerti kamu?""Tolong bilang sama Hendra lepaskan aku! Aku sangat kesakitan saat ini," pinta Roni kembali."Itu salah kamu sendiri. Kamu kan sudah diminta bos untuk hanya bergerak sesuai perintahnya. Tetapi kamu malah bermain p
"Terima kasih, Om. Tetapi kemarin waktu saya bertemu Hendra katanya Om dan Hendra ke makam ayah karena tidak sempat ke rumah,"sahut Andre.Ayah Hendra mengernyitkan keningnya. "Tidak. Om juga tidak ke makam ayahmu. Dimana makam ayahmu, Om juga tidak tahu,'' balas ayah Hendra."Berarti Hendra sudah berbohong. Tetapi kenapa Hendra meninggalkan rumah, Om? Kemarin Hendra juga terlihat menggunakan motor," tanya Andre penasaran."Entah bagaimana Hendra sekarang. Sebenarnya kan Om memang tidak setuju kalau Hendra turun jadi pengacara. Maunya Om, dia itu ke perusahaan Om saja. Agar nantinya dia yang akan meneruskan perusahaan. Paling tidak saat ini belajar dulu. Tetapi dia menolak, dan ingin jadi pengacara. Om bilang saja kalau perusahaan dan semua aset nantinya akan turun ke kamu. Terus dia marah dan pergi dari rumah," jelas Ayah Hendra.Andre jadi berpikir, kalau kemarin Hendra ragu saat mengatakan boleh berkunjung ke rumahnya. Ternyata hal itu yang sedang terjadi. "Tapi apa Om serius aka
Petugas tadi pun tidak berani memegang yang diduga mayat tersebut. Mereka kemudian menghubungi kepolisian untuk bisa membawanya dari sana.Beberapa saat kemudian polisi pun datang bersama dengan ambulan. Di tempat pembuangan sampah tersebut sudah dikerumuni oleh banyak orang. Seorang petugas rumah sakit tersebut kemudian memastikan keadaan yang diduga mayat. "Pak, dia masih hidup," ucap petugas rumah sakit.Ucapan tersebut lantas membuat orang-orang yang ada di sana terkejut. Orang yang sudah berbau busuk itu masih hidup. Petugas rumah sakit memastikan masih hidup dari denyut nadi di pergelangan tangan serta nafas yang masih berhembus meskipun begitu lemah.Polisi memerintahkan untuk segera membawa Roni ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit Roni langsung ditangani oleh tenaga medis. Serta polisi berkoordinasi dengan anggota yang lain untuk menghubungi keluarganya.Beberapa jam kemudian polisi berhasil mendapatkan informasi Roni. Roni memang sedang dicari oleh polisi. Namun, Roni
Mata sayu Roni mengisyaratkan jika dia sedang mendengar Roni."Ron. Aku sedang mencari siapa yang sebenarnya menyuruh kamu untuk membuat aku kehilangan ayahku. Dan juga yang membuat kamu seperti ini. Apakah itu Hendra?" tanya Andre.Pandangan Roni masih sama."Ron, kalau memang iya Hendra tolong kamu kedipkan matamu dua kali! Kalau tidak kamu jangan mengedipkan mata! Coba lihat foto ini? Apakah Hendra ini?" titah Andre. Lalu dia memperhatikan mata Roni.Roni kemudian mengedipkan matanya dua kali."Jadi benar, Hendra adalah dalang dari semua ini?" tanya Andre kembali.Roni mengedipkan matanya dua kali."Oke, cukup. Kamu pulihkan dulu keadaan kamu, Ron! Aku akan mencari keberadaan Hendra. Sudah banyak kejahatan yang Hendra lakukan," tutur Andre.Benar dugaan Andre sebelumnya jika perbuatan yang Hendra lakukan adalah karena salah paham. Namun Hendra cukup temperamental, hingga tidak memikirkan kembali apa akibatnya. Andre berniat segera menemukan Hendra agar bisa menyelesaikan masalah d
Andre kemudian mengajak Mosa untuk pulang. "Dre, boleh nggak kita ke makam ayah? Aku mau cerita sama ayah," tanya Andre."Boleh. Tapi tidak sekarang, ya? Ini kan sudah mau malam. Nggak mungkin kita ke sana sekarang. Nanti saja kalau akhir pekan kita ke sana. Aku akan antar kamu," jawab Andre."Oh, ya sudah. Terima kasih, ya. Aku juga sangat bersyukur aku bisa hamil lagi secepat ini. Benar-benar di luar dugaan. Langsung dua lagi. Bagaimana kalau kita mengadakan pengajian atau syukuran kecil-kecilan gitu. Ya untuk keselamatan bayi kita ini dan juga untuk orang tua kamu," usul Mosa."Iya, ide bagus. Ya sudah nanti kita pikirkan untuk itu, ya?" sahut Andre.Andre lantas mengajak Mosa untuk ke sebuah cafe. "Loh, kok kita ke sini? Bukannya langsung pulang," tanya Mosa."Iya. Aku ingin mengajak kamu makan berdua. Aku sangat bersyukur sekali memiliki kamu," jawab Andre."Baru juga nggak lama kita makan sate di pinggir jalan,'' sahut Mosa."Iya. Tetapi di momen kali ini aku benar-benar ingin
Keesokan harinya Mosa ingin jalan-jalan di sekitar rumahnya. Dia juga sudah mendapatkan izin dari Andre untuk bisa jalan-jalan dengan Mina. "Bu, itu ada orang jual bunga. Kita lihat ke sana, yuk!" ajak Mosa.Beberapa bunga terpajang di pinggir jalan. Mulai dari bunga mawar, kenanga, melati dan lain sebagainya. Mosa tertarik untuk memiliki salah satunya."Bu, aku mau bunga kenanga ini. Kira-kira susah nggak ya menanamnya?" tanya Mosa. ''Tidak kok. Bunga kenanga ini mudah. Hanya perlu disiram saja sekali sehari terus diletakkan di depan rumah nanti akan tumbuh sendiri," jawab penjual bunga."Oh gitu, ya? Saya mau satu, ya?" sahut Mosa.Setelah membayar Mosa pun pulang dengan membawa satu pot bunga kenanga. Sesampainya di rumah Mosa meletakkan di teras rumahnya bersama dengan bunga yang lain."Loh, Bu Mosa baru beli bunga, ya?'' tanya Bi Imah yang kebetulan menyiram bunga di depan rumahnya. "Iya nih, Bi. Sepertinya menarik dan kata yang jual juga gampang. Aku mau punya bunga kenanga.