Lega rasanya Samsul malam itu, istrinya tak menaruh curiga sedikitpun terhadap Intana. Mereka bertiga malam itu makan bersama. Intana merasa bahagia melihat rumah tangga mantannya itu. Beristri cantik dan pintar memasak. Andai saja rumah tangganya sebahagia Samsul. Mungkin malam itu ia bisa bernafas lega di samping suaminya. Tapi kenyataan nya sungguh memilukan. Tak ada kebahagian yang di dapat. Hanya air mata yang Toro berikan setiap hari. Intana bahagia melihat Samsul bahagia. Ia takkan pernah lagi mengganggu rumah tangga Samsul. Setelah situasi mulai tenang. Ia akan pergi dari rumah itu. "Oiya. Dari tadi Mama lupa Pa," kata Mila seketika membuat Samsul dan Intana menghentikan makanan yang mereka kunyah. "Ada apa Ma?" ujar Samsul sambil menyusut keringat yang dari tadi tak berhenti menitik karena menahan ketegangan yang sedang berlangsung. "Mama belum mengenalkan diri Mama. Siti, nama saya Mila," ucap Mila tersenyum ramah
Intana tersenyum kecil melihat gerakan spontan Samsul saat ia mendekat. Lelaki itu memang tak berubah, selalu setia pada pasangannya. Untuk itu. Intana berjanji akan melupakan Samsul untuk selamanya, karena lelaki itu sudah bahagia hidup berumah tangga. Ia akan pergi menjauh darinya."Pa!" Mila tiba- tiba sudah berdiri di hadapan mereka berdua. Keduanya langsung berdiri melihat kehadiran Mila."Ma, Mama, udah bangun Ma ... " jawab Samsul gagap. Mila lalu mendekati suaminya. Lalu menatap sekilas Intana kemudian tatapannya beralih pada nasi goreng yang terdampar di atas meja makan. "Ini pasti nasi goreng buatan Siti. Betul kan, Pa?" ujar Mila sambil memasukan satu sendok nasi goreng ke mulutnya. Samsul menelan salivanya. Tenggorokannya seakan tercekat mendengar perkataan istrinya. "Eh, itu. Siti yang buat," ucap Samsul gelagapan. Ia tak mau istrinya curiga dengan Intana. "Enak juga nasi goreng bua
"Jangan Mbak. Saya masih ada uang kok!" tolak Intana seraya memberikan uang itu kembali ke tangan Mila. Tapi dengan tegas Mila menolaknya. "Sudah. Kamu jangan menolak! Barangkali kamu mau beli sesuatu di depan sana." "Iya Mbak. Terima kasih," ucap Intana kemudian. "Ohiya. Bagaimana penampilan Mbak. Cantik tidak?" "Ca, cantik Mbak!" ujar Intana sambil mengusap keringat yang dari tadi membasahi dahinya. Karena takut ketahuan oleh Mila karena ia secara tidak sengaja membaca pesan dari pria yang bernama Deni tadi, saat akan membereskan tempat tidur Mila. Mila berdiri di depan pagar. Mungkin menunggu ojek online yang tadi di pesan lewat ponselnya. Hari itu ia berencana menikah siri dengan Deni. Tentu saja rencana mereka berdua telah disepakati sebelumnya. Deni sengaja memanggil seorang penghulu untuk menikahkan mereka berdua. Dan dengan uang pemberian dari Mila. Deni berhasil membujuk penghulu itu untuk melancarkan semua niatnya yaitu men
Sambil mengawasi rumah yang diyakini tempat Mila dan Deni melangsungkan pernikahan sirinya. Intana sengaja membeli baso yang tempatnya tak berada jauh dari rumah tersebut. Meski sebenarnya. Intana tak pernah jajan di pinggir jalan Seperti itu. Tapi karena untuk membuktikan kebenaran. Intana harus mencari akal agar gerakannya tidak di ketahui Mila. "Mang basonya dua mangkuk, ya? Tidak pake sayur. Baso nya saja," pesan Intana sambil terus mengawasi rumah itu. Mang ojek duduk dengan tenang sambil menunggu pesanan. Sesekali ia memperhatikan gerak gerik Intana yang terlihat gelisah. Dua mangkuk baso sudah siap. Lalu Kang Baso memberikannya pada Intana dan Mang ojek. "Bu. Maaf, bukan maksud saya mencampuri urusan Ibu. Tapi siapa wanita itu?" tanya Mang ojek sambil melahap baso yang masih panas. Intana duduk terdiam. Kursi plastik yang di duduknya sangat tidak nyaman. Membuat Intana risih. "Mang, maka
Sambil menunggu Samsul yang belum juga datang. Intana memasak apa yang ada di lemari es. Hanya ada ayam potong dan sayur kol. Intana berusaha menetralisir detak jantungnya. Ingin rasanya ia cepat mengadukan Perselingkuhan Mila kepada Samsul. Tapi lelaki itu tak mungkin percaya begitu saja. Intana harus punya bukti yang benar benar nyata. Tak ujug ujug mengatakan pada Samsul bahwa Mila sudah menikah siri dengan seorang pemuda yang bernama Deni. Perasaan murka dan geram pada Mila. Sedikit menguras pikiran Intana siang itu. Ia terus mengutuk perbuatan Mila. Semula ia menyangka rumah tangga Samsul bahagia. Tapi yang terjadi di luar kenyataan. Baru sehari, Intana berada di rumah mantannya. Justru ia mengungkap perselingkuhan Mila. Sungguh wanita itu tidak bermoral sama sekali. Meski masih jadi istri sah Samsul. Mila berani mengambil keputusan yang sangat membahayakan biduk rumah tangganya. Hidup dengan dua suami. Menjijikkan!! T
"Cukup Intana! Ada apa ini sebenarnya?" Samsul mulai kesal dengan sikap Intana. Tiba- tiba berdiri dan memukuli dadanya sendiri, membuat Samsul panik. Intana lalu menghentikan kegiatannya lalu berjalan perlahan mendekati Samsul seraya berkata. "Apa kamu yakin, istrimu hamil anakmu?" ujar Intana dengan sorot mata tajam menatap Samsul. Amarah Samsul sudah meluap. Dari tadi arah pembicaranya selalu memojokkan istrinya membuat Samsul geram dan tak tahan lagi dengan sikapnya. "Pergi kamu dari sini sekarang juga!" Mata Samsul berkilat menunjuk satu jarinya tepat di wajah Intana. Intana sudah tak tahan lagi. Sakit rasanya menerima perlakuan Samsul. Harus kah ia katakan yang sebenarnya pada Samsul mengenai pernikahan siri Mila? Tapi tak tega rasanya ia melakukan itu semua. Situasi dan kondisi nya tidak tepat jika ia harus berterus terang hari itu. Intana butuh waktu dan bukti. "Baiklah ... aku akan per
Selesai ijab qobul. Mila dan Deni kini bisa bernafas lega. Kini mereka resmi menjadi suami istri. Tak ada lagi yang perlu di cemaskan. Terutama Deni. Wanita yang berhasrat tinggi itu kini telah sah menjadi istrinya. Meski mereka menikah secara siri. Tapi bagi Deni ia bisa dengan leluasa melayani kebutuhan wanita itu tanpa merasa berdosa. Meski Mila masih berstatus istri orang. Tapi tak mengapa, yang penting ia kini bisa memperlakukan Mila sebagaimana layaknya suami terhadap istrinya. Apalagi kini wanita yang terpaut jauh umurnya itu. Sedang mengandung anaknya. Siang itu tampak Mila duduk bersandar di dada Deni dengan hati berbunga- bunga. Pemuda tampan idamannya itu, kini sudah menjadi miliknya seutuhnya. "Sayang ... kamu bahagia ... ucap Mila dengan suara syahdunya. "Tentu saja sayang ... aku sangat bahagia sekali. Apalagi kamu kini tengah mengandung buah cintaku ... " ucap Deni sambil membelai rambut Mila dengan lembut. "Sayang ...
Dan. Mila tepaksa harus berhenti bersuara, ketika tanpa di duga ia menyaksikan sebuah tontonan panas yang dilakukan suaminya dengan wanita yang diakui suaminya itu sebagai Siti. Samsul berdiri tepat di depan pintu dan menggandeng Intana. Seakan mereka tak menyadari bahwa saat ini ada seseorang yang sedang berdiri menyaksikan, pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Tanduk- tanduk transparan sudah mulai muncul di kepala Mila, seolah dia sudah siap menyeruduk dua manusia laknat yang telah berani membodohi nya. Yang sepertinya memang tidak sadar akan keadaan di sekitarnya. Menciptakan aura kemurkaan yang terpancar begitu kentara di raut wajah Mila. Sampai ketika Mila sudah tidak tahan lagi dalam menyaksikan kemesraan suaminya dengan wanita licik itu. Sontak Mila meraih sesuatu yang terjangkau oleh tangannya dan berjalan ke arah mereka berdua. Tanpa pikir panjang, ia lantas bersiap memukulkan sebuah vas bunga ke arah k